Lantas, apakah perban yang mengandung klorin berbahaya?
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
YLKI menegaskan pembalut yang mengandung klorin harus ditarik kembali. Kementerian Kesehatan tidak sependapat.
JAKARTA, Indonesia – Kajian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menunjukkan sejumlah pembalut yang beredar di pasaran mengandung klorin yang berbahaya bagi kesehatan.
Namun Kementerian Kesehatan membantahnya. Berdasarkan Kementerian, nyatanya meski mengandung kaporit, pembalut yang disebutkan YLKI tetap aman digunakan karena sudah lolos uji laboratorium dan mendapat izin edar.
Menurut YLKI, dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 16-6363-2000, Pembalut wanita harus bersihtidak mengandung kotoran dan zat asing, serta tidak menimbulkan iritasi atau efek berbahaya lainnya.
Selain itu tidak mengeluarkan bulu halus saat digunakan, tidak berbau dan lembut.
Berikut daftar pembalut dan stoking mengandung klorin:
- Pesona (klorin 54,73 ppm)
- Nina Anion (39,2 ppm)
- Nyonya (24,44 ppm)
- VClass Ultra (17,74 ppm)
- Koteks (8,23 ppm)
- Protex miliknya (7,93 ppm)
- Teluk (7,77 ppm)
- Softex (7,3 ppm)
- Kelembutan (6,05 ppm)
Pada stokingkandungan klorin tertinggi terdapat pada:
- Kelas V (klorin 14,68 ppm)
- Gaya Murni (10,22 ppm)
- Nyonya (9,76 ppm)
- Kotex Fresh Liner (9,66 ppm)
- Pelindung Celana Dalam Lembut (9,00 ppm)
- Superdry tanpa beban (7,58 ppm)
- Laurier Active Fit (5,87 ppm)
Ketua Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan, klorin bersifat karsinogenik dan dapat menyebabkan kanker serviks. Selain itu, kandungan klorin pada pembalut dapat menyebabkan keputihan, gatal, dan iritasi.
Ia menyarankan agar masyarakat beralih ke perban kain untuk menghindari bahaya klorin.
“Klorin tidak terdapat pada pembalut kain. Selain itu, pembalut kain juga bisa digunakan kembali dan dicuci kembali. Tingkat keamanannya bersifat jangka panjang, kata Tulus seperti dikutip, Selasa media. Selain itu, pembalut kain juga lebih ramah lingkungan dibandingkan pembalut sekali pakai.
“Ada yang takut penetrasi, jadi bisa pakai yang ganda. “Selama dicuci bersih pasti tidak ada iritasi,” tambah Tulus.
Menurut Kementerian Kesehatan, pembalut di atas telah mendapat izin edar dan masih aman digunakan.
Dalam standar internasional, tidak ada batasan penggunaan klorin karena dianggap aman asalkan tidak dimakan.
“Ambang batas klorin tidak termasuk dalam persyaratan internasional. Jadi, inilah yang memenuhi syarat dengan ambang batas lemah. “Kalau makan kaporit pasti khawatir,” kata Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Maura Linda Sitanggang. media.
“Klorin adalah sesuatu yang tidak bisa terkandung dalam makanan. Nah nanti kita klarifikasi ke YLKI, kalau itu aturan pangan, tidak boleh. “Di SNI tidak tercantum (standar klorin), FDA juga tidak.” —Rappler.com