• October 5, 2024
Lima langkah menerapkan ‘mengemudi defensif’ di jalan raya

Lima langkah menerapkan ‘mengemudi defensif’ di jalan raya

Masih ingat dengan kasus sekelompok sepeda motor besar (mungkin) Harley Davidson dicegat oleh seorang pengendara sepeda di Yogyakarta beberapa minggu lalu? Peristiwa tersebut disebabkan oleh Elanto Wijoyono, warga yang kesal karena rombongan sepeda motor tidak memperhatikan rambu lalu lintas.

Kemudian tersiar kabar bahwa rombongan sepeda motor lain juga menghalangi pengguna jalan lain karena ada gundukan di jalan.

Kasus lain yang menjadi perbincangan dan perhatian media terkait lalu lintas terjadi pada Juni lalu. Seorang PNS asal Kabupaten Bogor tewas usai terlibat baku hantam di Tol Sentul, Bogor, Jawa Barat.

Penyebabnya sepele, yakni berebut masuk ke pintu Tol Lingkar Luar Bogor. Insiden kecil berlanjut dengan menyalip di jalan tol. Akhirnya, korban dan pengemudi lainnya menepi lalu adu jotos di pinggir jalan. Korban meninggal karena luka-lukanya.

Pada tanggal 28 Juli 2015, kejadian kemarahan di jalan atau kemarahan di jalan juga membuat heboh lagi. Di Tol Lingkar Luar Jakarta, seorang pengemudi mobil bernama Rahmanto melepaskan tembakan senjata airsoft hartanya di mobil lain yang dikendarai warga bernama Dwi.

Meski pengemudi dan pengemudi mobil tersebut tidak mengalami luka-luka, namun kejadian penembakan ini pun menjadi berita besar. Lagi-lagi penyebabnya adalah hal kecil, yakni aksi saling mendahului di jalan.

Kita tidak tahu siapa yang kita hadapi di jalan

“Dua kejadian ini tidak boleh terjadi jika salah satu pihak yang terlibat bisa mengendalikan emosinya,” kata Senior Instructor Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Boy Falatehansyah, pada acara Ford Driving Skills for Life di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat. Agustus.

Menurut Boy, mengendarai kendaraan di jalan raya bukan hanya soal kemampuan teknis. “Kalau sebenarnya ingin persentasenya keahlian “Berkendara hanya berperan 10 persen dalam keselamatan jalan raya, sisanya 90 persen soal emosi,” ujarnya.

Emosi ini, kata Boy, salah satunya keterampilan lunak yang harus dimiliki pengguna kendaraan sebelum mereka “menyelam” ke medan pertempuran bernama jalan raya.

Di jalan, apa pun bisa terjadi. Sebab, kata dia, kita sebagai pengguna jalan juga berbagi dengan pengemudi lain. “Kita tidak pernah tahu perilaku atau kondisi pengemudi lain di sekitar kita.”

Bisa jadi saat di jalan, kita bertemu dengan orang yang baru saja mengalami masalah, sehingga emosinya tidak stabil. Atau kemungkinan terburuknya bertemu dengan pengemudi mabuk, kata Boy.

Wah, kamu tidak hanya berbicara. Ia pernah tergabung dalam tim kart bersama pembalap muda Indonesia Rio Haryanto. Boy juga mempelajari teknik mengemudi dan seluk beluk lalu lintas jalan raya di Brunel University, London, Inggris. Ilmu yang didapatnya ia bawa dari negeri Ratu Elizabeth dan menyebarkannya ke Indonesia melalui JDDC.

“Kecelakaan di jalan raya merupakan salah satu pembunuh terbesar,” kata Boy.

Untuk menekan tingginya angka kecelakaan, jelas Boy, para ahli lalu lintas telah mengembangkan teknik berkendara yang disebut mengemudi defensif. Dalam teknik ini, nilai terpenting yang ditanamkan kepada pengemudi adalah tentang berbagi di jalan.

“Semua orang mulai dari pejalan kaki hingga pengemudi truk dan bus harus dihormati, dan kita tidak boleh egois,” ujarnya.

Mengemudi defensif Hal ini juga mengajarkan pengemudi untuk mengelola emosi dan tidak mudah terprovokasi oleh kelakuan pengemudi lain. “Insiden muncul bukan hanya karena kelalaian, tapi juga, seperti dalam banyak kasus, karena emosi antar pengguna jalan.”

Pada prinsipnya, mengemudi defensif mengharuskan pengemudi untuk selalu memperhatikan kondisi disekitarnya. Tujuannya adalah proaktif menghadapi berbagai kemungkinan dan potensi bahaya, ujarnya.

Dalam penerapannya, pengemudi harus memantau area sekitar kendaraannya dengan melihat dan memperhatikan kaca spion setiap 8 detik. “Ini membantu menjaga konsentrasi dan juga menciptakan zona aman imajiner saat berkendara,” kata Boy.

Pengguna jalan juga wajib mengedepankan sikap mengalah satu sama lain. “Apa salahnya mengorbankan 3-5 detik saja di jalan untuk berhenti dan memberi jalan kepada pengemudi lain?” dia berkata.

“Lagi pula, itu tidak akan merugikan. Daripada agresif yang bisa berujung pada kecelakaan, kerugiannya lebih besar.”

Dalam kesempatan yang sama, Boy mengatakan 5 langkah di bawah ini sering disebut dengan teknik dasar mengemudi defensif yang dapat diaplikasikan pada berbagai jenis kendaraan.

1. Memahami dinamika kendaraan

Dinamika kendaraan merupakan dampak yang terjadi pada saat pengemudi mempercepat, membelok, atau mengerem kendaraan.

“Jangan menginjak pedal gas secara tiba-tiba karena ban bisa selip dan kecepatan kendaraan tidak terkendali,” kata Boy.

Kemudian saat berbelok, posisi kedua lengan tidak boleh melebihi titik jam 12 dan jam 6 di setir.

Artinya tangan kanan tidak boleh menyilang ke sisi kiri kemudi dan sebaliknya, tapi gunakan teknik dorong dan tarik sehingga pergerakan kendaraan saat berbelok lebih lancar dan aman.”

2. Jaga jarak aman

Ada aturan 3 detik yang harus diterapkan pengemudi, terutama saat berkendara dengan kecepatan di atas 40 km/jam. Caranya, gunakan benda mati di sekitar jalan sebagai pengukur jarak ke kendaraan di depan Anda.

Hitunglah waktu ketika kendaraan di depan anda melintasi suatu benda patokan misalnya tiang listrik dari posisi kendaraan anda. Jarak waktunya minimal harus tiga detik sejak kendaraan melintas di depan patokan hingga Anda juga melewati titik yang sama.

Menurut pakar lalu lintas, jeda 3 detik akan menciptakan jarak yang cukup untuk ruang pengereman jika kendaraan di depan berhenti secara tiba-tiba. Sebagai gambaran, dengan kecepatan 45 km/jam kendaraan akan menempuh jarak sejauh 12,5 meter per detik atau menempuh jarak 3 mobil.

3. Selalu memantau kondisi sekitar

Pengguna kendaraan harus mengarahkan pandangan jauh ke depan agar dapat memperhitungkan kecepatan dan jarak aman. Pandangan jauh juga bisa membuat kita memetakan kondisi jalan yang kita hadapi, sehingga kita menjadi lebih antisipatif.

“Selalu periksa kembali kondisi sekitar kendaraan setiap melakukan manuver,” kata Boy.

Ia berpesan kepada pengemudi agar tidak mudah menerima pergerakan kendaraan lain.

“Misalnya saat kita ingin berbalik arah Putar balik atau berbelok, kita tidak boleh berasumsi bahwa mobil lain dari arah berlawanan akan berhenti dan memberi jalan bagi kita, melainkan kita harus berhenti dan memastikan kondisi benar-benar aman untuk berbelok.”

4. Waspadai ‘titik buta’

titik buta adalah titik dimana kondisi di sekitar kendaraan Anda sendiri atau kendaraan lain berada di luar jangkauan mata dan kaca spion Anda. Boy menyarankan pengendara membuat lingkaran imajiner (gelembung aman) untuk memeriksa kendaraan itu sendiri melalui kaca spion setiap 5-8 detik, terutama sebelum bermanuver.

Tips ini berguna untuk menjaga konsentrasi pengemudi dan membuatnya lebih waspada.

Padahal, jika pandangan hanya terfokus pada satu titik, pengemudi akan lebih mudah mengantuk, ujarnya.

Teknik ini sangat cocok diterapkan saat kita berkendara di jalan tol yang lurus dan monoton.

5. Hindari gangguan

Gangguan atau distraksi saat berkendara bisa berupa penggunaan ponsel, makan dan minum, berbicara, mengganti saluran radio, mengecek peta, atau bahkan rasa mengantuk atau mabuk.

“Jangan sampai konsentrasi berkendara terganggu, yang terpenting saat berkendara atau mengendarai sepeda motor, perhatian harus diutamakan pada jalan dan lingkungan sekitar,” ujarnya.

Tak hanya untuk keselamatan, teknik ini juga akan meningkatkan efisiensi konsumsi bahan bakar kendaraan hingga 3 persen.

Sebab dengan bersikap defensif di jalan raya, kata Boy, pergerakan kendaraan menjadi lebih lancar dan mengikuti pola lalu lintas di sekitarnya.

“Jangan lupa, jaga emosi dan jangan mudah terpancing amarah,” ujarnya. —Rappler.com

BACA JUGA:

sbobet