Lukman Sardi melihat tragedi Mei 98 dari dapur istana
- keren989
- 0
Setelah puluhan tahun berkecimpung di dunia akting, aktor Lukman Sardi mencoba peruntungan sebagai sutradara. Film pertamanya sebagai sutradara diberi judul Di belakang 98 mengangkat beban sejarah yang tidak ringan. Meski demikian, ia berkali-kali menegaskan bahwa film ini bukanlah film sejarah apalagi bermuatan politik.
Dia juga membantahnya Di belakang 98, film produksi MNC Pictures, dibiayai oleh seorang jenderal yang diduga terlibat perselingkuhan berdarah 16 tahun lalu. Lukman mengungkapkannya Di belakang 98 adalah film drama keluarga, tentang pengharapan terhadap apa yang ingin dicapai. (BACA: ‘Di Balik 98’ Bukan Film Politik)
Karakter dalam film ini beragam. Ada Bagus, Letnan Dua; Salma, pegawai Istana Negara, istri Bagus yang sedang hamil besar; Diana, adik ipar Bagus, seorang aktivis reformasi mahasiswa; dan Daniel, pacar Diana, keturunan Tionghoa yang kehilangan keluarganya dalam kerusuhan Mei 1998.
Ada pula karakter pendukung yang membuat film ini semakin menarik. Seperti mantan Presiden Soeharto dan mantan Wakil Presiden BJ Habibie.
Lukman, putra pemain biola kondang Idris Sardi, bercerita kepada Rappler Indonesia bahwa ia ingin mewujudkan mimpinya menjadi sutradara di usia 40 tahun. Sebagai alumnus Universitas Trisakti, ia berharap bisa lolos Di belakang 98, bisa memberikan sesuatu untuk almamaternya. Lebih dari itu, ia juga ingin mengingatkan masyarakat melalui film ini akan pentingnya hidup dalam harapan.
Berikut wawancara Rappler Indonesia dengan Lukman Sardi di sela-sela wawancara pratinjau media Di belakang 98 di Djakarta Theatre, Rabu 7 Januari 2015.
Ini adalah film pertama Anda, tetapi Anda memilih latar belakang yang berat. Mengapa?
Saya sangat ingin menjadi sutradara, obsesi lama dan berpikir bahwa pada usia 40 tahun saya akan menjadi sutradara. Tapi sekali lagi, ini jalan Tuhan. Saya tidak pernah merencanakan bahwa saya akan membuat film ini di film pertama saya. Semuanya berjalan seiring berjalannya kehidupan.
Sampai teman-teman di MNC ngomongin pembuatan film ini, dan saya bilang itu tantangan buat saya. Belum tentu saya akan mendapatkan tawaran lagi dan kebetulan saya ingin menjadi sutradara di usia tersebut.
Saat kejadian tahun 1998 itu, di mana Lukman?
Saya alumni Trisakti, saya lulus tahun 1994 memang. Namun saat itu saya mendapat kabar dari teman. Beberapa hari saya berada di gedung MPR/DPR. Saya tidak seperti teman-teman aktivis yang berjuang, saya berjuang secara berbeda dengan membantu logistik.
Bagaimana penelitian atau pengumpulan data film ini?
Data banyak kita peroleh dari buku-buku, penelitian dan pertemuan dengan orang-orang yang terlibat langsung. Saya bukannya cuek, meski ini bukan film politik atau sejarah, namun ada latar belakang yang membuat saya harus pandai menjelaskan hal-hal yang bersejarah.
Meski berlatar belakang sejarah kuat, Lukman bilang itu film drama?
Kalau mau, aku kupas semua gan. Itu diambil dari peristiwa, misalnya demonstrasi, kita tahu ada, penembakan yang kita tahu ada. Perundingan Habibie dan Soeharto sudah jelas dan cukup menggembirakan. Saat Pak Habibie dan Soeharto bertemu, menurut saya itu adalah momen yang mesra.
Contoh lainnya, kemunduran Pak Harto, disiarkan di TV. Namun di film tersebut, dari kejadian inilah ia bertemu dengan sebuah keluarga. Kembali ke kemanusiaan lagi. Ada potret orang bahagia karena Pak Harto lengser, ada yang sedih, semuanya potong demi potong untuk membuatnya menarik.
Dalam film tersebut terdapat sosok Ririn, seorang pegawai dapur istana yang memiliki saudara aktivis kampus dan suami seorang prajurit. Dari manakah ide dapur istana berasal?
Inilah hasilnya bertukar pikiran bersama. Dapur merupakan area yang selalu ramai, dan dalam sebuah film menarik terdapat aktivitas memasak, memotong, dan karakter yang tidak terlalu dekat dengan unsur politik. Dan karena ini bukan film politik, saya tidak bisa menempatkan Ririn sebagai orang keraton yang dekat dengan politik. Tidak ada kontak di dapur, yang terlihat hanya Pak Harto atau orang lain dari dunia luar. Dari sudut pandangnya.
Lalu apa tema besar film ini?
Tema film ini adalah film keluarga cinta dan kegelisahan yang berlatar Mei 1998. Saya memahami bahwa ini adalah masalah sensitif, sehingga diperlukan tema yang berbeda. Film ini tentang harapan. Begitu banyak harapan orang yang pupus. Misalnya keluarga Ririn, mereka kehilangan harapan. Begitu pula Daniel dan Diana yang sempat berharap untuk bisa bersama, akhirnya harapan mereka hancur karena kejadian itu.
Seperti apa proses produksinya dan apakah ada sensor yang cukup ketat?
Amandemen Pertama 4 jam. Karena ini film pertama saya sebagai sutradara, banyak yang menginginkannya. Kami akhirnya banyak mengedit karena kami tidak mungkin membuat film berdurasi 4 jam. Dari 4 jam hingga akhirnya 107 menit. Sensornya tidak terpotong sama sekali. Untuk remaja 13 tahun. Kami hanya memotong demi kekuatan cerita.
Lantas bagaimana tanggapan Lukman atas somasi dari Kelompok Aktivis ’98?
Saya belum tahu bagaimana somasinya. Saya ingin bertanya, apakah mereka menontonnya atau tidak? Mengenai perubahan sejarahnya, saya harap mereka melihatnya terlebih dahulu. Bagi saya, ini pembelajaran yang bagus. Mengenai pemanggilan tersebut, saya tidak bisa memberikan jawaban apa pun, karena saya tidak mengetahui isi pemanggilan tersebut. Namun itu adalah hak mereka sebagai masyarakat hukum di Indonesia.
Di belakang 98 di bioskop mulai 15 Januari 2015. —Rappler.com