• October 5, 2024
Mahkamah Agung menghentikan perintah eksekutif pungutan kelapa

Mahkamah Agung menghentikan perintah eksekutif pungutan kelapa

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Asisten Presiden Francis Pangilinan mengatakan solusinya adalah penggunaan dana retribusi kelapa secara bijaksana, bukan perlawanan langsung terhadap dana tersebut.

MANILA, Filipina – Mahkamah Agung untuk sementara menghentikan pelaksanaan dua perintah eksekutif mengenai privatisasi dan realokasi dana retribusi kelapa sebesar P74,3 miliar ($1,65 miliar) yang baru-baru ini dinyatakan oleh Pengadilan sebagai dana publik.

“Pengadilan telah mengeluarkan perintah penahanan sementara yang berlaku segera dan sampai ada perintah lebih lanjut dari Mahkamah terhadap pelaksanaan Perintah Eksekutif (EO) Nomor 179 dan 180,” kata juru bicara MA Theodore Te pada Selasa, 30 Juni.

EO 179 mewajibkan inventarisasi, privatisasi dan pengalihan kembali dan mendukung pemerintah atas semua aset pungutan kelapa, termasuk namun tidak terbatas pada saham di United Coconut Planters Bank (UCPB), Perusahaan Dana Investasi Industri Kelapa (CIIF) dan Perusahaan Induk CIIF , serta 5.500.000 saham San Miguel Corporation yang terdaftar atas nama Komisi Presiden untuk Pemerintahan yang Baik (PCGG).

EO180 memerintahkan agar segera dilakukan pengalihan dan pengalihan kembali aset pungutan kelapa kepada pemerintah dan digunakan untuk Peta Jalan Industri Kelapa Terpadu dan Peta Jalan Retribusi Kelapa. (BACA: Aquino tandatangani EO penggunaan dana retribusi kelapa)

EO ‘inkonstitusional’

Dalam petisi setebal 33 halaman yang diajukan pada 20 Mei, Konfederasi Organisasi Petani Kelapa Filipina dipimpin oleh Charles Avila menuduh Aquino melakukan penyalahgunaan wewenang yang serius ketika ia mengeluarkan EO 179 dan 180 tanpa persetujuan Kongres dan pengadilan anti-korupsi Sandiganbayan.

“Pemohon dengan rendah hati menyampaikan bahwa putusan (Mahkamah Agung) ini, tanpa adanya imprimatur legislatif terlebih dahulu, tidak dapat ‘dilaksanakan’ secara terburu-buru dan prematur oleh Presiden melalui EO belaka. Dengan meloloskan EO yang dipermasalahkan, presiden telah bertindak melampaui kewenangannya yang diamanatkan secara konstitusional,” kata Avila.

Avila menambahkan bahwa perintah eksekutif kembar tersebut hanya akan semakin mengecualikan petani dari dana tersebut dan membuka kemungkinan penyalahgunaan.

Pengadilan memutuskan bahwa dana retribusi kelapa merupakan dana masyarakat dalam dua keputusan (Republik vs Sandiganbayan Divisi Satu dan Eduardo Cojuangco Jr. pada April 2011, dan Cocofed vs Republik pada Januari 2012).

Sayangnya

Dalam keterangannya, Rabu, 1 Juli, Asisten Presiden Bidang Ketahanan Pangan dan Modernisasi Pertanian Francis “Kiko” Pangilinan mengatakan dana pungutan kelapa sudah hampir 4 dekade tersangkut sengketa hukum dan kasus terbaru ini semakin memperpanjang perselisihan tersebut.

“Sangat disayangkan beberapa pihak tetap keras kepala menentang penggunaan dana tersebut sehingga merugikan penerima manfaat, yaitu para petani kelapa yang sudah menua,” kata Pangilinan.

Pangilinan menambahkan, solusinya adalah penggunaan dana secara bijaksana, bukan perlawanan langsung terhadap dana tersebut.

“EO 179 dan 180 dimaksudkan untuk memastikan dana retribusi kelapa digunakan secara bijaksana. Sengketa hukum yang tidak ada habisnya dan berkepanjangan menjadi bagian dari permasalahan tersebut,” ujarnya.

Untuk menentang penggunaan dana tersebut adalah hal yang mudah, namun hal ini mencerminkan cara-cara lama dalam melakukan sesuatu, sesuatu yang sudah ketinggalan zaman, katanya.

“Kita tidak bisa saling menuntut selamanya dan dengan melakukan hal ini, reformasi yang kita upayakan akan semakin tertunda. Kita perlu bergerak maju dan menghindari sengketa hukum adalah langkah pertama yang penting. Sebuah langkah yang sayangnya belum bisa diambil dengan perkembangan terkini ini,” kata Pangilinan. – Rappler.com

$1 = P45,09

login sbobet