Maritime Outlet untuk menjaga harga di Indonesia Timur
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Tujuan dari Toko Maritim adalah agar kesenjangan harga antar wilayah di Indonesia dapat ditekan hingga di bawah 13,5%
JAKARTA, Indonesia – Mahalnya harga kebutuhan pokok di kawasan timur Indonesia diharapkan dapat teratasi dengan hadirnya Gerai Maritim, sebuah program pemerintah untuk memperlancar distribusi bahan pokok.
“Salah satu upaya untuk mengurangi selisih harga khususnya di wilayah timur dan luar atau perbatasan Indonesia adalah dengan program Gerai Maritim,” kata Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Jumat, 19 Juni 2015.
Targetnya, kesenjangan harga antar wilayah di Indonesia bisa ditekan hingga di bawah 13,5 persen.
Tingginya harga bahan pokok di Indonesia Timur salah satu penyebabnya adalah kendala dan biaya distribusi yang tinggi.
Maritime Outlet akan menjadi tempat penjualan bahan pokok di 30 pelabuhan di Indonesia Timur. Pemerintah menggunakan beberapa kapal untuk mendistribusikan bahan pokok di sana.
“Jadi tadi pagi saya bersama Menteri Perhubungan melepas kapal yang membawa 11 kontainer ke Indonesia Timur. proyek percontohan,” kata Rachmat.
Kontainer tersebut diangkut dengan kapal KM Dempo rute Jakarta-Jayapura. Barang-barang yang diangkut antara lain telur, minyak goreng, tepung terigu, gula pasir, beras, ayam kampung dan komoditas lainnya. Kapal berangkat menuju Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua.
Nantinya akan ada 6 jalur distribusi yang menghubungkan 30 pelabuhan di Indonesia Timur.
Bisakah ini benar-benar mengatasi kesenjangan harga?
Analis dari Institute for Development of Economics and Finance menilai kebijakan ini patut diapresiasi. Namun, masih banyak pekerjaan rumah untuk mewujudkan misi tersebut.
“Itu bagus, tapi bagaimana dengan infrastruktur pelabuhannya? Itu juga perlu dibangun. Hanya di Tanjung Priok waktu tinggal kita memakan waktu lama, apalagi di tempat lain. Kapal hanya mengantarkan logistik ke pelabuhan, setelah itu bukan tanggung jawab mereka, kata Imaduddin kepada Rappler, Jumat.
(BACA: Jokowi Marah ‘Living Time’ di Tanjung Priok, Apa Solusinya?)
Menurut Imadudin, integrasi proses peningkatan efisiensi antara moda transportasi darat dan laut juga harus dikembangkan sebagai sistem pendukung Maritime Outlet.
“Penting juga mengenai integrasi maritim dan transportasi laut. Pasarnya bukan di pelabuhan, melainkan di kawasan pemukiman. Dari pelabuhan menuju pasar harus menggunakan jalur darat. “Selama ini masih menggunakan truk, harus menggunakan kereta api,” kata Imaduddin. — Rappler.com