• November 29, 2024

Mengapa inflasi cenderung meningkat di bulan Ramadhan?

Jakarta, Indonesia – Apa arti datangnya bulan puasa Ramadhan bagi Anda? Apakah bulan ini saat yang tepat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah, ataukah saat berkumpul kembali dengan sahabat lama dengan berpuasa bersama?

Jika Anda seorang ekonom atau bagian dari tim ekonomi pemerintah, maka alih-alih pilihan di atas, kata pertama yang muncul di benak Anda sebagai jawabannya kemungkinan besar adalah inflasi.

Kajian Bank Indonesia mengenai pola inflasi pada bulan Ramadhan hingga Idul Fitri tahun 2011-2014 menunjukkan bahwa laju inflasi mengalami percepatan pada periode tersebut. Hal ini terutama disebabkan oleh inflasi harga pangan. Penyumbang terbesarnya adalah nasi, daging, dan aneka bumbu masakan.

Mengapa ini terjadi? Berikut penjelasannya:

Inflasi 101

Mengacu pada buku panduan gabungan yang diterbitkan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan Kementerian Dalam Negeri, inflasi diartikan sebagai kecenderungan kenaikan harga-harga secara umum secara konsisten.

Mengapa inflasi bisa terjadi? Jika dikelompokkan secara garis besar, ada tiga faktor pemicunya yaitu,

1. Keuntungan permintaan (inflasi tarikan permintaan): Inflasi dapat timbul dari sisi permintaan apabila terdapat kelebihan permintaan (permintaan berlebih) dalam interaksi antara sisi penawaran dan permintaan suatu perekonomian.

2. Terjadi perubahan tingkat penawaran (inflasi dorongan biaya/kejutan pasokan): Inflasi juga dapat disebabkan oleh kenaikan biaya produksi suatu barang atau jasa, sehingga mempengaruhi tingkat penawaran, baik dalam kaitannya dengan harga maupun jumlah barang atau jasa tersebut.

Kenaikan biaya produksi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kenaikan harga komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (harga yang diatur) seperti bahan bakar minyak (BBM) dan tarif listrik (TTL), serta faktor-faktornya terkejut (guncangan).

Hal terakhir ini biasanya terjadi pada komoditas yang proses produksinya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sulit dikendalikan, misalnya komoditas pangan yang sangat bergantung pada cuaca.

3. Harapan: Inflasi juga dapat timbul akibat perubahan ekspektasi yang umum terjadi di masyarakat. Ekspektasi terhadap inflasi bergantung pada pandangan subyektif pelaku ekonomi.

Faktor yang membentuk pandangan tersebut dapat berupa situasi yang terjadi di masa lalu, misalnya data sejarah; kemungkinan terjadinya sesuatu di masa depan, misalnya proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah; atau kombinasi keduanya.

Dengan kata lain, inflasi juga bisa terjadi ketika masyarakat memperkirakan akan terjadi kenaikan harga.

Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai lembaga yang bertanggung jawab mengumumkan besaran inflasi di Indonesia setiap bulannya biasanya menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebagai indikator besarnya inflasi.

Harga yang mereka teliti dibagi menjadi tujuh kelompok berdasarkan cara masyarakat mengalokasikan pengeluarannya:

  1. kelompok makanan
  2. kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau
  3. kelompok perumahan
  4. kelompok pakaian
  5. kelompok kesehatan
  6. kelompok pendidikan dan olahraga
  7. kelompok transportasi dan komunikasi

Inflasi di bulan puasa

Seperti yang diungkapkan oleh sebuah pelajaran dari AC Nielsen, di bulan Ramadhan, penjualan barang konsumsi di Indonesia, termasuk makanan, meningkat sebesar 9,2%. Angka tersebut mencerminkan peningkatan konsumsi masyarakat.

Penjualan biskuit, misalnya, meningkat 11 kali lipat. Menurut Nielsen, hal tersebut disebabkan banyaknya kegiatan saling mengunjungi dan bersilaturahmi dengan memanfaatkan momentum buka puasa bersama. Cookies sepertinya menjadi salah satu hidangan andalan yang disajikan pada acara ini.

Sama halnya dengan minuman ringan, penjualan juga tumbuh selama bulan Ramadhan. Menurut Nielsen, hal ini dikarenakan produsen minuman ringan umumnya menyiapkan program khusus untuk menembus pasar selama bulan Ramadhan.

Komoditas lain yang juga mengalami pertumbuhan penjualan di bulan Ramadhan adalah sosis dan bakso (34%), serta ikan kaleng dan daging (119%).

Tak hanya barang konsumsi, melihat statistik tahun lalu, konsumsi bahan bakar juga meningkat selama Ramadhan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ambil catatan peningkatan sekitar 14% dari rata-rata harian normal untuk konsumsi premium dan 4,9% untuk solar.

Peningkatan konsumsi akan menyebabkan peningkatan permintaan. Hal ini pada gilirannya akan mengubah titik keseimbangan dalam proses interaksi antara penawaran dan permintaan dalam suatu perekonomian. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hal ini merupakan salah satu faktor pendorong inflasi.

Pada bulan Ramadhan 2015, fluktuasi pada sisi penawaran juga berpotensi mendongkrak laju inflasi dalam negeri.

Kenaikan harga minyak dunia yang mencapai titik tertinggi tahun ini kemungkinan akan berdampak pada kenaikan harga bahan bakar dalam negeri selama bulan Ramadhan. Jika hal ini benar-benar terjadi, biaya produksi pasti akan meningkat.

(BACA: Kementerian Keuangan Siap Hadapi Potensi Kenaikan Harga BBM di Bulan Ramadhan)

Apalagi, rupiah saat ini sedang dalam tren melemah. Meski diperkirakan tidak akan menimbulkan krisis ekonomi besar seperti tahun 1998 dan 2008, namun hal ini akan membuat biaya impor menjadi lebih tinggi.

(BACA: Rupiah Terus Turun, Tapi Diprediksi Tak Picu Krisis)

Selain itu, untuk beras, terjadi penurunan pasokan yang signifikan setelah berakhirnya masa panen raya pada bulan Maret dan April.

(BACA: Efisiensi Distribusi, Kunci Turunkan Inflasi Pangan)

Kombinasi faktor-faktor di atas akan menyebabkan perubahan tingkat penawaran, baik dari segi harga maupun kuantitas. Seperti halnya perubahan tingkat permintaan, hal ini juga akan menimbulkan tekanan inflasi dari sisi penawaran.

Sesuai dengan hasil kajian Bank Indonesia, perlu diingat bahwa tren kenaikan inflasi di bulan Ramadhan bukanlah hal baru dalam konteks perekonomian Indonesia. Fenomena ini terjadi tahun demi tahun.

Situasi ini berdampak pada ekspektasi masyarakat yang menilai secara subyektif bahwa di bulan Ramadhan pasti akan terjadi peningkatan inflasi. Ekspektasi, kembali ke penjelasan di bagian sebelumnya, juga menjadi salah satu faktor pendorong inflasi. —Rappler.com

slot demo pragmatic