Mengapa Surabaya lebih baik dari Bandung?
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Surabaya dan Bandung sama-sama mengalami peningkatan skor dari survei persepsi korupsi sebelumnya
JAKARTA, Indonesia — Transparency International Indonesia (TII) pada hari ini, Selasa, 15 September mengumumkan hasil survei Indeks Persepsi Korupsi di 11 kota. Berdasarkan hasil survei, Surabaya mendapat skor lebih tinggi dibandingkan Bandung.
Skor indeks persepsi korupsi di Surabaya sebesar 65 poin, sedangkan skor di Bandung sebesar 39. Semakin tinggi skornya, berarti semakin bersih kota tersebut dari korupsi.
Apakah ini berarti Surabaya lebih baik dari Bandung?
Menurut Ketua Pengurus TII Natalia Soebagjo, tidak ada perbedaan antara Surabaya dan Bandung dalam indeks persepsi korupsi tahun ini. Natalia menjelaskan, data Surabaya dan Bandung sama-sama mengalami peningkatan skor 6-7 poin.
Surabaya naik 6 poin dari survei sebelumnya yakni 59 poin. Sementara itu, skor indeks persepsi korupsi Kota Bandung naik sebesar 7 poin dari sebelumnya sebesar 32 poin.
Pertimbangan lainnya, Surabaya dan Bandung start dari skor berbeda. Surabaya sudah mendapat nilai tinggi. Sedangkan Bandung memulai dari skor rendah.
Padahal, kata Natalia, kenaikan skor untuk Surabaya dan Bandung mempunyai pesan yang sama.
“Ada optimisme dari para pengusaha bahwa Ny. Risma (Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini) akan terus memperbaiki sistem tersebut. Sama seperti (Wali Kota Bandung) Ridwan Kamil, kata Natalia.
Koordinator Program Manajemen Pengetahuan TII Wawan Heru Suyatmiko memberikan pemberitahuan khusus kepada kedua kota tersebut.
Menurutnya, Surabaya memang punya keunggulan dibandingkan Bandung. Salah satunya adalah Sistem Pelayanan Satu Jendela yang dimiliki Kota Surabaya.
Sistem ini, kata Wawan, menjadi salah satu faktor pendukung tingginya indeks persepsi korupsi di kota ini.
“Meski tidak memiliki PTSP (pelayanan terpadu satu pintu), mereka sudah menerapkan SOP (Standar Operasional Prosedur) dan SPM (Standar Pelayanan Minimal) yang benar-benar di waktu yang tepat, bebasdan hanya membutuhkan waktu 3-5 hari,” kata Wawan.
Sementara menurut Wawan, hal tersebut saat ini tidak terjadi di Bandung.
“Pengusaha lebih melihat inovasi apa yang dilakukan Ridwan. Apakah PTSP sudah sesuai dengan SOP dan SPM? Karena hal-hal inilah yang kemudian dinilai oleh para pengusaha.”
Tidak dapat dipungkiri bahwa seorang kepala daerah mempunyai peranan penting dalam pemberantasan korupsi. Pengusaha di Bandung kini menunggu terobosan birokrasi dari Ridwan.
Namun menurut Natalia, yang dinilai dalam indeks ini adalah kualitas interaksi pengusaha dengan lembaga pemerintah terkait dunia usahanya.
Jadi bukan Risma, bukan Ridwan, jelas Natalia.
Apalagi, Ridwan baru menjabat Wali Kota Bandung sejak 2013. Hal ini, kata Natalia, tidak bisa dibandingkan dengan Risma yang menjabat selama satu periode.—Rappler.com
BACA JUGA: