Mengenang tragedi tsunami, ratusan siswa sekolah dasar menangis
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
SD Negeri 2 Banda Aceh mengadakan simulasi bencana tsunami setiap tahunnya untuk memperingati hilangnya lebih dari 1.000 siswa akibat tragedi tersebut.
BANDA ACEH, Indonesia – “Ada Allah yang akan melindungi,” kata Indah, 10 tahun, siswa kelas 4 SD Negeri 2 Banda Aceh, Senin (1512), saat mengikuti simulasi di sekolahnya.
Ia mengaku tak takut bencana tsunami terulang kembali. “Jika terjadi gempa, kita diajarkan untuk tidak panik dan berdoa kepada Allah. “Kalau di rumah, kita lari ke masjid,” ucapnya dengan nada tenang.
Berbeda dengan Indah yang terlihat tegar, beberapa siswa lainnya malah menangis dan memeluk gurunya, ada pula yang berlindung di bawah meja kelas, di tengah suara sirine yang menggelegar. Sirene tersebut menandakan ‘seolah-olah’ gempa berkekuatan 7,8 skala Richter mengguncang Negeri Rencong.
‘Sebelum tsunami, sekolah kami memiliki 1.200 siswa. Semuanya hilang. Hanya ada 50 orang yang selamat.’
– Guru
Begitu gempa mereda, para guru di kelas tersebut menyuruh seluruh siswanya meninggalkan ruangan dengan tertib. Mereka berkumpul dan duduk di halaman sekolah.
Sekitar 20 menit kemudian, seorang guru mengumumkan melalui pengeras suara bahwa pihaknya baru saja menerima informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang potensi tsunami dari gempa yang pusat gempanya berada di Samudera Hindia dekat Banda Aceh itu.
Seluruh siswa dan guru diminta melarikan diri ke lantai dua gedung sekolah. Anak-anak sering naik ke lantai dua. Di lantai dua, para guru membimbing siswanya untuk berdoa dan membaca ayat suci Alquran.
Dalam suasana panik, beberapa ‘dokter’ terlihat merawat korban yang mengalami luka dan patah kaki akibat terjatuh saat berusaha menyelamatkan diri.
Satu jam kemudian, terdengar pengumuman melalui pengeras suara bahwa peringatan potensi tsunami telah dicabut dan para siswa dapat turun dari lantai dua yang selama ini digunakan sebagai tempat evakuasi.
Sekolah tersebut kehilangan lebih dari 1.000 siswanya akibat tsunami
Simulasi evakuasi tsunami telah berakhir. Ratusan pelajar mengikuti simulasi gempa dan tsunami sebagai upaya mengurangi risiko jika terjadi bencana di kemudian hari, sekaligus mengenang bencana serupa yang melanda Aceh 10 tahun lalu.
Usai acara simulasi, seluruh siswa dan guru kembali duduk di lapangan sekolah. Mereka masih berdoa. Beberapa relawan dan guru membagikan air mineral dan kue. Puluhan siswa masih terlihat pucat.
Diumumkan juga melalui pengeras suara bahwa ‘simulasi’ gempa tersebut telah menimbulkan korban jiwa maya satu siswa meninggal, lima patah kaki, dan empat lainnya pingsan.
Nani Irawati, Kepala SD Negeri 2 Banda Aceh, mengatakan simulasi gempa dan tsunami rutin diadakan setiap tahun menjelang peringatan gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004.
Selain itu, SD Negeri 2 Banda Aceh ditetapkan sebagai salah satu sekolah siaga bencana di ibu kota provinsi Aceh.
Simulasi bencana banjir juga rutin diadakan di sekolah yang hancur total saat dihantam tsunami 10 tahun lalu itu, karena lokasinya hanya berjarak 3 kilometer dari bibir pantai.
“Sebelum tsunami, sekolah kami memiliki 1.200 siswa. Semuanya hilang. Hanya ada 50 orang yang selamat. “Bahkan yang tinggalnya jauh dari sekolah,” kata Nani seraya menambahkan, sekolahnya kini memiliki 600 siswa.
Menurutnya, setelah tsunami tahun 2004 yang menewaskan lebih dari 170.000 warga Aceh, sekolah mulai mengajarkan mitigasi bencana.
“Tidak ada pembelajaran khusus mitigasi bencana, tapi diintegrasikan ke dalam berbagai mata pelajaran,” jelasnya.—Rappler.com