• October 8, 2024
Menjadi model majalah dewasa di ujung dunia prostitusi

Menjadi model majalah dewasa di ujung dunia prostitusi

JAKARTA, Indonesia—Menjadi pekerja seks kini terasa begitu mudah dengan adanya media sosial. Menjual diri lewat media sosial tidak memerlukan biaya yang besar, bisa dibilang gratis, tidak tersentuh hukum, tidak dikejar Satpol PP, dan uang seolah mengalir dengan mudah.

Media sosial menjadi wadah bagi para pekerja seks dari berbagai kalangan untuk berbisnis, mulai dari yang mematok tarif ratusan ribu hingga puluhan juta. Bagi yang tak mau mengurusi urusan sendiri, bisa menggunakan jasa muncikari atau penghubung melalui penata rias, seperti yang dialami artis berinisial AA dan muncikarinya, RA.

Bisnis yang tadinya aman dan ‘terlindungi’ dengan prinsip pengetahuan kini mulai menjadi perhatian masyarakat. Sejak pembunuhan seorang pekerja seks di Tebet, Jakarta Selatan, polisi mulai mencari orang-orang di balik bisnis prostitusi tersebut on linebaik kelas bawah maupun kelas artis.

Aktris Fifie Buntaran mengaku malu dengan praktik tersebut. Dia setuju jika pelakunya dihukum. “Karena itu dalam undang-undang, (mucikari) memang harus dihukum karena dialah yang merayu dan memerintah. “Bukan hanya muncikari, harus ada pelakunya juga,” kata Fifie kepada Rappler baru-baru ini.

Sebagai ibu satu anak, ia khawatir anak, suami atau orang-orang terdekatnya akan mudah mengakses bisnis tersebut.

“Karena itu di media sosial bebas, banyak sekali orang yang menjual diri. Ini sangat tidak membangun. “Membuat foto cabul dan cantik akan memberikan status model, saya tidak tahu dari mana model itu berasal,” ujarnya.

Fifie yang pernah menjadi model majalah dewasa ini sejak awal sudah jelas bisa tampil seksi namun tak boleh diajak berkencan, apalagi kini ia sudah punya anak. Namun, nampaknya masih banyak pria berselingkuh yang mencoba merayunya.

Statusnya sebagai model seksi kerap menarik perhatian para pria. Status model sudah menjadi ‘harga jual’ bagi sebagian orang. Tak heran jika memasuki dunia hiburan atau modeling merupakan jalan pintas untuk memasuki dunia prostitusi kelas atas.

“Saya bingung dengan selebritis yang hanya tampil di satu atau dua sinetron, tapi langsung menganggap dirinya artis, model. peragaan busana, belum berpartisipasi dalam iklan dan sudah menyebut dirinya model. Banyak artis baru yang bisa langsung memanfaatkan mobil mewah, kata perempuan kelahiran 4 Oktober 1979 itu.

Hal ini sesuai dengan pernyataan penulis terlaris Jakarta Undercover, Moammar Emka.

Katanya, untuk kelas artis papan atas tarifnya tidak terbatas. Statusnya bukan hanya teman tidur, tapi juga simpanan, nikah siri.

Apa yang mereka dapatkan? Berbagai jenis layanan kelas atas, mobil mewah, real estate, lengkap dengan perjalanan ke luar negeri.

Menjadi model majalah dewasa

Jika berbicara dunia entertainment, jalan masuk yang biasa dilakukan adalah dengan menjadi model majalah dewasa. Meski terkesan glamor, ternyata mata pencaharian ini berada di zona abu-abu

Fiq (sebutkan nama aslinya), seorang fotografer majalah dewasa, mengatakan, bayaran seorang model untuk pemotretan di majalah dewasa atau media pria tidak lebih dari satu juta rupiah.

Bahkan bisa kurang dari itu untuk sekali pemotretan, ujarnya.

Mereka hanya mendapat lebih banyak uang jika ingin bergabung pertunjukan keliling atau berburu foto model yang dipegang oleh majalah dan perusahaan swasta.

“Aku bingung dengan selebritis yang hanya tampil di satu atau dua sinetron, tapi langsung menganggap dirinya artis.”

Dibandingkan dengan gaya hidup mereka, uang sebesar itu tentu tidak ada apa-apanya. Namun nampaknya masih banyak orang yang ingin mengambil pekerjaan tersebut karena berbagai alasan.

Fiq mengatakan, para wanita tersebut berasal dari berbagai kalangan, mulai dari agensi model, dibawakan oleh make-up artist, hingga kenalan dari media.

“Dulu kami punya satu bernama Tony, agensi untuk model-model seperti itu. “Kami menyebutnya KFC, itu seperti KFC yang menjual paha dan dada,” canda Fiq. Tony bertugas membawa serta para model pemeran.

Selain humas seperti Tony, para model juga biasa memanfaatkan make-up artist-nya sebagai manajer, baik untuk pemotretan maupun bisnis plus-plus.

“Biasanya pembaca terhubung dengan model lewat juru riasYa, ada nomor telepon mereka di sana. “Merekalah yang dihubungi,” ujarnya.

Namun, tidak semua penata rias juga berprofesi sebagai mucikari.

De Luna, make-up artist yang biasa menangani model majalah dewasa ini mengaku benci terlibat dalam dunia prostitusi.

“Kalau kita bisa membawa diri, tidak ada hubungannya, kita hanya bekerja,” ujarnya. Ia tak menampik pertanyaan pihak luar yang meminta dikoneksikan dengan model yang menjadi kliennya.

“Ada yang tanya, minta kontak artisnya, tapi jawabnya tidak,” ujarnya.

Meski sudah 8 tahun berkecimpung di dunia glamor, Fiq tak menyarankan remaja putri yang ingin berkarir profesional di dunia hiburan untuk berlangganan majalah dewasa.

“Saya pribadi tidak pernah menyarankan, kalau ada teman yang menarik dan mau masuk, saya bilang pikirkan lagi. Jarang sekali memulai dari majalah dewasa dan melompat ke majalah lain genre lain. Kalaupun ada, jumlahnya sedikit, karena gambar itu sudah diperbaiki,” katanya.

Sementara itu, Fifie Buntaran tak ingin melarang remaja putri masuk majalah dewasa, karena semua tergantung siapa dirinya – apakah ingin menjadi model profesional atau sekadar jalan pintas menjual jasa seksual.—Rappler.com

slot online gratis