• October 9, 2024
Menjadi Pelindung Anak, akhiri siklus kekerasan terhadap anak

Menjadi Pelindung Anak, akhiri siklus kekerasan terhadap anak

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Portal proteksianak.org bertujuan untuk mencegah kekerasan terhadap anak Indonesia.

JAKARTA, Indonesia — Hasil studi Hidden in Plain Sight yang dilakukan United Nations Children’s Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa 40% anak-anak berusia 13-15 tahun mengalami kekerasan fisik setidaknya setahun sekali.

Data: Kekerasan juga terjadi di Indonesia.

Namun ini hanya data kekerasan fisik, data lain seperti kekerasan seksual dan emosional belum diungkapkan. Mengapa? Sebab kekerasan terhadap anak masih dianggap tabu khususnya di Indonesia.

Guna memutus rantai kekerasan terhadap anak, UNICEF Indonesia meluncurkan Portal Perlindungan Anak pada Selasa, 11 Agustus 2015 bertepatan dengan puncak Hari Anak Nasional.

“Membicarakan atau bertindak mengenai kekerasan terhadap anak di Indonesia bisa menjadi sulit jika isu tersebut dianggap tabu,” kata perwakilan UNICEF Indonesia Gunilla Olsson pada hari Selasa.

Kampanye Perlindungan Anak menyoroti bagaimana setiap orang di Indonesia dapat memainkan peran penting dalam mencegah kekerasan terhadap anak.

Diharapkan jika masyarakat melihat kekerasan terhadap anak terjadi, dapat segera melaporkannya melalui portal pelindunganak.org. Kampanye ini mengusung slogan: “Semua anak adalah anak kita.”

“Pelindung anak akan mendorong masyarakat untuk membantu melindungi anak-anaknya melalui tradisi gotong royong Indonesia. “Kita semua harus bekerja sama untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak-anak,” kata Gunilla.

Mengapa kita harus peduli?

Menurut Gunilla, korban kekerasan fisik saat masih anak-anak nantinya bisa menjadi pelaku ketika sudah dewasa.

“Anak-anak yang menjadi korban kekerasan fisik, seksual, dan emosional memiliki risiko lebih besar untuk melakukan kekerasan ketika mereka tumbuh dewasa. “Hal ini mengarah pada siklus kekerasan lintas generasi,” kata Gunilla dalam siaran pers yang diterima Rappler.

Lalu bagaimana kita memutus siklus kekerasan?

Semuanya dimulai dengan lingkungan. Hal ini memerlukan keyakinan bahwa semua orang dewasa adalah “orang tua” bagi semua anak. Semua pihak harus terlibat dalam melindungi anak dari kekerasan saat mereka tumbuh dewasa.

“Jika dibutuhkan sebuah desa untuk membesarkan seorang anak, dibutuhkan juga sebuah desa untuk melindungi anak tersebut,” kata Gunilla.

Menurutnya, mengakhiri kekerasan terhadap anak tidak hanya akan membantu anak-anak Indonesia, tetapi juga membantu perekonomian negara.

“Karena kekerasan terhadap anak dapat menimbulkan konsekuensi kesehatan, sosial, dan ekonomi seperti masalah kesehatan mental, peningkatan risiko penyakit kronis, dan penurunan kinerja profesional saat dewasa,” ujarnya.

Apa kata Presiden Jokowi?

Sementara itu, dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional yang digelar hari ini di Istana Bogor, Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya melindungi anak-anak Indonesia karena mereka adalah masa depan bangsa.

Menurut Jokowi, yang terpenting adalah membangun budaya dan nilai-nilai perlindungan anak.

“Yang melakukan ini bukan hanya pemerintah, tidak hanya sekolah, tapi juga keluarga, tapi juga masyarakat,” kata Jokowi.

Apabila dilakukan upaya penanaman nilai-nilai tersebut, maka anak yang dibesarkan akan memiliki karakter, kepribadian, dan jati diri yang baik.

Jika Anda ingin menjadi Pelindung Anak, kunjungi websitenya di pelindunganak.org. Semakin kita melindungi, semakin banyak kekerasan yang akan terjadi pada anak-anak kita.—Rappler.com

BACA JUGA:

SGP Prize