• November 26, 2024
Menjelang akhir masa jabatannya, SBY meminta maaf kepada masyarakat Indonesia

Menjelang akhir masa jabatannya, SBY meminta maaf kepada masyarakat Indonesia

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

“Saya minta maaf jika apa yang saya lakukan tidak memenuhi harapan semua orang dan masyarakat. Aku ingin melakukannya dengan baik, tapi aku orang normal. Ada kekurangan dan kelemahannya.”

JAKARTA, Indonesia – Menjelang akhir masa kepemimpinannya yang akan berakhir pada 20 Oktober, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar acara sarasehan nasional di Sentul, Bogor pada Rabu (15/10) yang juga dihadiri kepala daerah se-Indonesia. sebagai pegawai negeri sipil, pimpinan Tentara Nasional Indonesia dan pimpinan Kepolisian Republik Indonesia.

Dalam sambutannya, SBY mengucapkan terima kasih kepada bangsa Indonesia yang telah memberikan kepercayaan kepadanya untuk memimpin negara ini selama 10 tahun. Ia pun meminta maaf atas segala hal yang tidak menyenangkan selama menjabat kepala negara.

Saya mohon maaf jika apa yang saya lakukan tidak memenuhi harapan semua orang dan rakyat, kata SBY. “Saya ingin melakukannya dengan baik, tetapi saya adalah orang biasa. Ada kekurangan dan kelemahannya.”

Ia juga menyampaikan lima poin refleksi singkat selama memimpin Indonesia.

Pertama, pembangunan merupakan proses jangka panjang, bukan peristiwa yang terjadi hanya dalam satu atau dua tahun.

Kedua, reformasi adalah kesinambungan dan perubahan. “Apa yang sudah baik sejak berdirinya republik ini…harus dijaga kesinambungannya. “Apa yang kurang baik harus dicapai dan dilakukan perubahan untuk mengatasi permasalahan bangsa,” ujarnya.

Ketiga, transparansi dalam pengelolaan pemerintahan. Menurutnya, evaluasi dalam pembangunan berkelanjutan harus dilakukan secara obyektif, terbuka dan jujur.

Keempat, sinergi pemerintah pusat dan daerah yang diyakininya sudah mulai menemukan pola yang mapan hingga membuahkan hasil nyata.

Kelima, beliau menyadari bahwa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dan menghadapi tantangan yang kompleks. “Kita harus menjadi masyarakat yang harmonis,” ujarnya. “Akibat dari intoleransi ternyata harganya sangat mahal. Oleh karena itu, kita berupaya menjaga persatuan, kerukunan, dan toleransi.”

Di akhir pidatonya, SBY mengapresiasi penyelenggaraan pemilu tahun ini yang meski penuh intrik dan permasalahan, namun tetap demokratis. Ia pun mengajak para tamu yang datang untuk mendukung penuh pemerintahan Presiden terpilih Joko “Jokowi” Widodo.

Saat tugasnya sebagai presiden Indonesia berakhir, SBY dikabarkan menerima tawaran menjadi presiden Global Green Growth Institute (GGGI), sebuah organisasi pelestarian lingkungan di Seoul, Korea Selatan. —Rapper

Toto HK