Menpora menggelar Liga Santri Nusantara
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
“Ke depan, kami berharap mahasiswa tidak hanya identik dengan buku, tapi juga berprestasi di bidang olahraga.”
JAKARTA, Indonesia – Usai Menpora Imam Nahrawi menggelar Piala Kemerdekaan, ia siap melaksanakan Liga Santri Nusantara (LSN). LSN mengadakan workshop pada tanggal 24-26 Agustus untuk mempersiapkan kompetisi kasta tertinggi bagi pelajar Indonesia.
Baru kali ini pembinaan sepak bola melibatkan asrama Islam. Biasanya pembinaan selalu dikaitkan dengan sekolah sepak bola (SSB) atau klub sepak bola.
Kalaupun ada mahasiswa yang terlibat, itu karena mereka terafiliasi dengan SSB atau klub. Bukan karena pesantrennya mereka ikut sepak bola.
Meski demikian, Kemenpora menganggap serius LSN. Faktanya, level tersebut dianggap sebagai liga pelajar sepak bola remaja.
Kalau di liga mahasiswa ada workshop, ada bimbingan teknis (bimtek) di LSN. Fungsinya sama dengan rapat manajer yaitu mensosialisasikan peraturan dan menggambar alias pengundian turnamen.
Proses ini dilakukan LSN pada 24-26 Agustus. Lokakarya ini dihadiri oleh perwakilan seluruh provinsi di Indonesia. Namun proses seleksi nasional hanya dilaksanakan di 10 provinsi.
Meski baru, LSN berani menerapkan aturan bahwa kompetisi hanya diperuntukkan bagi santri di bawah 17 tahun atau u.17. Tujuannya agar bisa bersaing dengan proses skuad sepak bola yang dilakukan klub-klub daerah.
Sesmenpora Alfitra Salam mengatakan, LSN merupakan wadah mencari atlet-atlet muda sepak bola nasional. Menurutnya, semakin banyak ajang maka semakin banyak pula pemain terampil yang dihasilkan.
Tak hanya mengejar prestasi sepak bola, LSN juga bertujuan menggairahkan olahraga di daerah. Dengan jaringan yang ada, diyakini tidak akan sulit membangun tim untuk mengikuti kompetisi.
“Kedepannya kita berharap mahasiswa tidak hanya identik dengan buku, tapi juga berprestasi di bidang olahraga. Hunian yang Islami hendaknya mengajarkan kejujuran, kesederhanaan, dan keikhlasan yang patut ditiru oleh para atlet lainnya, kata Alfitra.
Mengambil ruang klub dan SSB
Ketua Panitia Asep Nur Hasan, Workshop Sepak Bola U-17, Liga Santri Indonesia, Piala Menpora memaparkan laporannya. pic.twitter.com/pLTEYS0jm4
— LigaSantri Nusantara (@ligasantrinas) 24 Agustus 2015
LSN mengejutkan banyak orang. Kemunculannya sangat mendadak di saat antusiasme sepak bola nasional sedang meredup. Apalagi, saat ini banyak pihak yang mempertanyakan mengapa persaingan di Tanah Air masih minim.
Tim transisi sepak bola nasional saat ini memprogram kompetisi remaja dan prasekolah. Tiba-tiba muncul LSN yang mengaku sebagai kompetisi U-17.
Salah satu sumber di lingkungan Kemenpora yang enggan disebutkan namanya mengatakan, wilayah kerja Kemenpora saat ini semakin bertambah. Jika dulu santri sebagian besar menjadi domain Kemendikbud atau Kemenag, kini menjadi domain Kemenpora.
“Saya sudah lama di sini, baru tahu ada liga santri. Ini unik. Sekarang pelajar TIDAK hanya belajar agama tapi juga belajar sepak bola. “Mungkin untuk mencetak dakwah di lapangan sepak bola,” ujarnya.
Masing-masing bidang mempunyai tugas dan fungsinya masing-masing. Ia menilai mahasiswa tidak membutuhkannya mengurus sepak bola. “Siswa terlalu banyak pekerjaan dan tidak fokus,” ujarnya—Rappler.com
BACA JUGA: