• September 22, 2024

Menteri Pemuda dan Olahraga terakhir Imam Nahrawi

Dibekukannya PSSI berarti Kemenpora sudah menyatakan dukungannya terhadap manajemen sepak bola yang busuk

Kementerian Pemuda dan Olahraga telah membuktikan janjinya untuk melawan tuntas kisruh kepengurusan di Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Rekomendasi Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) yang tidak diindahkan PSSI membuat Kementerian Pemuda dan Olahraga harus bertindak tegas: membekukan PSSI.

Saat wawancara dengan Deputi V Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Kemenpora Gatot S. Dewa Broto bulan lalu, dengan santai saya bertanya: “Apakah Kemenpora sudah menyiapkan stamina untuk mengikuti perang panjang ini?”

Gatot yang sebelumnya menjabat Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menghela napas sejenak. Beliau kemudian menjawab: “Doakan kami, Bu. “Kami mengemban amanah seluruh komunitas sepak bola Indonesia,” ujarnya.

Saya tidak menulis komentar itu dalam cerita Rappler saat itu. Tentu saja karena sebagai jurnalis yang sudah tua (apalagi dikatakan tua) komentar seperti itu terlalu normatif. Siapa pun bisa mengatakan itu. Dan istilah atas nama rakyat pun dimulai kecenderungan.

Namun setelah kementerian yang dipimpin Imam Nahrawi menyatakan membekukan PSSI mulai Jumat (17/4) lalu. TV kereta bawah tanah dan kemudian dirilis hari ini Di SiniSaya harus memasukkannya.

Sebab, terbukti, kapal-kapal tersebut bukanlah bejana kosong. Mereka mendeklarasikan perjuangannya melawan manajemen sepakbola yang busuk.

Kemenpora bisa dikatakan tidak melakukan hal tersebut saat ini PHP alias pemberi harapan palsu. Pendukung bisa mulai berharap sekarang.

Dengan penangguhan tersebut (bahasa birokrasi: sanksi administratif), Kemenpora menyatakan seluruh kegiatan PSSI ilegal, artinya tidak mempunyai dasar hukum. Alhasil, seluruh fasilitas pemerintah yang dibutuhkan PSSI otomatis menguap. Sarana pengamanan kepolisian, dasar hukum pemilihan ketua Kongres Luar Biasa di Surabaya yang digelar hari ini, dan kompetisi yang akan mereka selenggarakan, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Titik paling tajam dalam surat beku

“Seluruh kegiatan PSSI tidak diakui oleh Pemerintah, oleh karena itu setiap keputusan dan/atau tindakan yang dihasilkan PSSI, termasuk keputusan yang timbul dari Kongres Biasa dan Kongres Luar Biasa, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, batal demi hukum bagi organisasi, pemerintah di tingkat pusat. dan tingkat daerah serta pihak-pihak terkait lainnya.”

Dengan adanya pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada diktum pertama dan diktum kedua, maka seluruh jajaran pemerintahan baik pusat maupun daerah, termasuk Kepolisian Negara Republik Indonesia, tidak dapat lagi memberikan pelayanan dan fasilitasi kepada pengurus PSSI dan seluruh pihak. kegiatan olahraganya.

Ah!

Dengan dikeluarkannya keputusan ini berarti Kemenpora siap dengan segala konsekuensinya. Termasuk jika akhirnya disetujui FIFA. Timnas tidak bisa mengikuti semua event sepak bola di bawah FIFA (Piala Asia, Kualifikasi Piala Dunia dan AFF) dan semua klub Indonesia tidak bisa mengikuti event internasional (Liga Champions Asia dan Piala Winners Asia). Pemain asing yang bermain di Liga Indonesia juga akan dikenakan denda karena tampil di kompetisi FIFA.

Reformasi PSSI menjadi satu-satunya prestasi yang bisa dicita-citakan Kemenpora

Sejak tadi malam, dukungan terhadap pembekuan PSSI terus mengalir sejak pernyataan Gatot TV kereta bawah tanah. Meski akhirnya harus mendapat persetujuan FIFA. Mereka lebih memilih melihat PSSI dikelola dan diberi sanksi dengan baik daripada melihatnya menjadi sarang “hantu” sepakbola.

“Saya sudah bilang jauh sebelum kongres, bekukan dulu PSSI baru kita atur. “Kita dikenai sanksi dua tahun seperti Brunei, sanksinya langsung keluar sebagai juara ya? Efektif,” kata Penasihat PSSI Kota Solo FX. Hadi Rudyatmo dikutip detik.com.

Apakah Imam Nahrawi memang begitu patriotis? Melihat situasi tersebut, saat ini Kemenpora bisa dikatakan kurang meraih prestasi gemilang. Persiapan pelatnas jelang SEA Games tahun ini di Singapura memang compang-camping. Dana pelatihan nasional terlambat seperti biasanya. Seorang pelatih sepeda bahkan harus “mengirimkan” Rp300 juta ke rumahnya untuk membiayai anak asuhnya.

Oleh karena itu, satu-satunya prestasi yang bisa diraih Imam Nahrawi adalah reformasi PSSI. Dan itu harus berhasil. Sebab tak ada lagi prestasi yang bisa dibanggakan selama kepemimpinannya sebagai penerus Roy Suryo (walaupun Roy juga gagal, baik dalam mengelola program SEA Games maupun reformasi PSSI).

Tapi itu tidak mudah. Sebab lawannya bukan hanya PSSI. Namun juga secara internal di pemerintahan. Tanpa ragu, PSSI pun melakukannyamendukung oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Tidak percaya? Ingat. Ketika Kemenpora bersama BOPI bertekad menunda kompetisi karena persyaratan dalam aturan perizinan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) tidak dipenuhi klub, JK hanya mengatakan: “Saya sudah bicara dengan Menpora berbicara .supaya tidak ditunda-tunda, harus kita lanjutkan. Tugas pemerintah adalah mendukung,mendukung. Tidak perlu terlalu mencampuri urusan internal liga dan sebagainya, kata JK seperti dikutip CNN Indonesia.

Melawan PSSI adalah satu-satunya perang yang dipilih Imam Nahrawi. Karena perang-perang lain sudah terlambat untuk diselesaikan (bukan berarti kalah). Karena dia hanya memilih satu pemain, tidak ada pilihan selain menang. Melawan! — Rappler.com


Agung Putu Iskandar atau Aga Agung adalah mantan jurnalis Jawa Pos.
Agung Putu Iskandar atau Aga Agung adalah mantan jurnalis Jawa Pos. Selain meliput Piala Dunia di Brazil pada tahun 2014 dan Euro 2012 di Polandia-Ukraina, ia juga meliput Tour de Langkawi pada tahun 2013. Aga kini memilih menjadi penulis lepas sambil mengamati dunia olahraga. Selain menulis tentang olahraga, ia juga peduli dengan masalah sosial dan hukum. Ikuti Twitter di @agaagung.


slot gacor