• October 8, 2024

Menteri Susi mengajak Jokowi keluar dari G20

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Apa kelebihan dan kekurangan yang didapat Indonesia dengan bergabung di forum G20?

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti terus melontarkan pendapat kontroversial. Dia menyarankan minggu ini agar Indonesia meninggalkan keanggotaan G20. Dampak gengsi menjadi bagian G20, kata Susi, adalah Indonesia kehilangan pendapatan sebesar 14 persen dari total impor tuna senilai US$700 juta per tahun. “Belum lagi komoditas lainnya yakni udang. “Nilainya jutaan dolar AS,” kata Susi, Selasa (11/11).

Saya pernah bertanya langsung kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang manfaat bergabung dengan G20 pada konferensi pers yang diadakan di pesawat kepresidenan yang membawa kami pulang dari KTT G20 di Toronto, Juni 2009.

“Bagi saya, G20 merupakan wujud perubahan yang terjadi dalam dunia politik global,” jawab SBY. G20, kata SBY, merupakan representasi komunitas global berbagai peradaban besar di dunia. Dalam kelompok ini, tidak hanya Amerika Serikat dan negara-negara besar Barat yang terlibat. Ada Tiongkok, Korea Selatan, Afrika Selatan, dan India. G20 juga menampung tiga negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, yakni Indonesia, Arab Saudi, dan Turki. Tidak ada kelompok kerja sama ekonomi lain kecuali Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang memiliki keterwakilan seperti ini.

Penjelasan SBY tidak memuaskan saya. Apa manfaat ekonomi dari perjalanan mahal, partisipasi dalam memimpin pertemuan di luar negeri? Mahendra Siregar, saat itu Wakil Menteri Koordinator Perekonomian yang ‘sherpa‘Presiden SBY pada pertemuan G20 memberikan penjelasan lebih lanjut’tampak‘.

Diaktifkan pada krisis keuangan tahun 2008, G20 berhasil meredam semangat proteksionisme yang mulai berkembang. Semua negara ingin melindungi pasar dan produsen domestik selama krisis yang menyebar ke seluruh dunia. Indonesia berhasil mempertahankan pertumbuhan positif sebesar 4 persen ketika pertumbuhan negara lain melambat atau bahkan negatif.

“Di G20 kami mengoordinasikan kebijakan moneter dan fiskal. Sifatnya tidak mengikat. Tapi sekarang kita tahu apa yang dilakukan negara lain, kata Mahendra.

Jadi, forum G20 merupakan forum komunikasi dan koordinasi kebijakan. Cerita detailnya saya tulis berjudul “G20: Identitas Internasional untuk Indonesia, Panggung untuk SBY”. Baca di sini.

Kembali ke pemikiran Menteri Susi, saya setuju jika keikutsertaan Indonesia di forum G20 tidak membawa manfaat bagi perekonomian kita, apalagi merugikan sektor perikanan (dan sektor lainnya). Pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo harus melakukan kajian serius terhadap hal tersebut Manfaat biaya berpartisipasi dalam forum G20 dan forum multilateral lainnya.

Sudah waktunya bagi cara berpikir sektor swasta untuk diperhitungkan laba atas investasi terapan. jangan lupakan itu’kembali‘ Dalam diplomasi luar negeri tidak bisa diukur hanya dari berapa dolar yang dihasilkan dari ekspor dan impor. Investasi diplomatik dalam pelaksanaan politik luar negeri yang bebas dan aktif tidak hanya bersifat ekonomi. Namun juga politik, yang pada akhirnya juga kembali ke perekonomian.

Gagasan Menteri Susi patut dikaji. Hal ini dapat menjadi momentum pengelolaan anggaran pemerintah yang efektif. Pertanyaan yang belum terjawab adalah dari mana data yang diberikan Menteri Susi itu? Para jurnalis pemberitaan yang hadir harus menggali data ini.

Perubahan ke arah yang lebih baik harus didukung. Catatannya, keputusan diambil dengan data yang lengkap dan kredibel. Saya yakin tim kabinet ekonomi Presiden Jokowi punya kemampuan melakukan kajian mendalam.

Saya setuju dengan niat Susi. Jangan ada ego sektoral. Begitu pula dengan kementerian yang dipimpinnya. —Rappler.com

Uni Lubis, mantan Pemimpin Redaksi ANTV, menulis blog tentang 100 hari pemerintahan Jokowi. Ikuti Twitter-nya @unilubis dan membaca blog pribadinya unilubis.com.


Togel SDY