Misi mengembalikan Piala Sudirman
- keren989
- 0
Tidak ada yang bisa memungkiri bahwa darah prestasi bulutangkis mengalir di nadi Indonesia. Namun, selama lebih dari dua dekade, Piala Sudirman belum pernah dimenangkan skuad Merah Putih.
JAKARTA, Indonesia – Piala Sudirman. Dari namanya saja sudah sangat Indonesia. Ide kejuaraan datang dari Indonesia, pemenang pertama adalah Indonesia. Tapi itu sudah lama sekali.
Edisi pertama, tahun 1989, milik Indonesia. Itu adalah gelar pertama dan terakhir. Setidaknya hingga Sudirman edisi 2015 ini. Harapan Indonesia untuk kembali meraih gelar cukup besar, setelah 25 tahun gelar tersebut hanya sampai ke Tiongkok dan Korea Selatan.
Pada Rabu pagi, 6 Mei 2015, skuad Piala Sudirman Indonesia berangkat ke China. Mereka akan bertarung di Kota Dongguan pada 10 hingga 17 Mei untuk merebut gelar tuan rumah. Kali ini grupnya terdiri dari 20 pemain.
Beberapa nama papan atas antara lain Hendra Setiawan, Mohammad Ahsan, Greysia Polii, Nitya Krishinda Maheswari, Tontowi Ahmad, dan Liliyana Natsir.
Indonesia menjadi ‘underdog’
Tim Indonesia di Piala Sudirman 2015. pic.twitter.com/zWIPDn8AzS
— BULU TANGKIS INDONESIA (@Badminton_INA) 5 Mei 2015
Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Gita Wirjawan masih menyatakan keyakinannya bisa meraih gelar juara. Meski demikian, ia tak memungkiri timnya tidak difavoritkan kali ini.
“Saya yakin tahun 2015 bisa menjadi momentum yang baik bagi bulutangkis Indonesia. Apalagi teman-teman yang akan dilepasliarkan ke Dongguan sudah diberikan persiapan yang baik dan maksimal. Kami ingin meraih hasil maksimal, meski saat ini sedang dipertimbangkan tidak diunggulkan,” kata Gita saat melepas tim Sudirman di Pelatnas Cipayung, Selasa, 5 Mei.
Indonesia kini sedang dipertimbangkan tidak diunggulkan, tidak lagi unggul. Bahkan di babak penyisihan grup, Indonesia hanya menjadi unggulan kelima, kalah dari China, Jepang, Korea, dan Denmark.
Oleh karena itu, di grup 1C, Indonesia ditemani unggulan ketiga Denmark dan Inggris. Dua lawan yang tidak mudah dikalahkan di level tim.
Ketua Bidang Pembinaan dan Kinerja PBSI Rexy Mainaky optimistis persiapan yang dilakukan anak didiknya semakin baik. Namun, ia juga menyebut lawannya juga melakukan hal serupa.
“Lihatlah strategi di sana nanti. Apakah perlu membongkar playernya, mencobanya atau tidak. “Itu akan dilihat tergantung karakter lawan,” ujarnya.
Pergeseran kekuatan bulutangkis
Kerinduan Sudirman untuk menjadi juara juga diungkapkan pasangan ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan. Bagi Ahsan, cukup aneh piala itu diberi nama Sudirman namun tidak pernah dibawa kembali setelah diambil negara lain (China 9 kali, Korea Selatan 3 kali).
“Semangatnya tetap sama dari tahun ke tahun, membawa Sudirman kembali ke tempat kelahirannya,” tegas Ahsan.
Pergeseran kekuatan pebulutangkis Indonesia
Apa yang membuat Indonesia sulit menang lagi? Tidak dapat dipungkiri bahwa negara-negara lain terus berkembang. Sementara itu, Indonesia masih menerapkan model pelatihan lama yang baru diperbaiki dalam tiga tahun terakhir.
Mantan pebulu tangkis Christian Hadinata menyinggung perubahan penilaian yang kini menggunakan sistem bekerja sama 21 poin juga penting. Karena, permainan sekarang hal itu bisa terjadi lebih cepat.
“Ya, mungkin itu juga yang membedakan. Tapi, bukan itu alasannya. Pemain harus bisa. Faktanya, Indonesia bisa menang dalam beberapa hal peristiwa. “Tetapi kekuatan bulutangkis kita sudah bergeser,” kata Christian.
Pernyataan Koh Chris, sapaan akrab Christian, ada benarnya. Jika dulu Indonesia jago di sektor tunggal putra dan ganda putra, kini beralih ke sektor ganda putra dan ganda campuran.
Sementara di sektor perempuan, kelompok Merah Putih masih lemah, namun negara lain sudah lebih baik di sektor perempuan.
Peluang Indonesia menang di pasar taruhan hanya seperlima. Meski demikian, Rudi Hartono, legenda bulutangkis Tanah Air, berpesan agar sinyal perjuangan Grup Garuda tidak luntur. Sebelum poin dihitung, sebelum raket diayunkan, setiap negara mempunyai peluang yang sama untuk menjadi juara. —Rappler.com
Mahmud Alexander adalah jurnalis olahraga yang tinggal di Jakarta. Dia fokus pada sepak bola dan liputan bulu menangkis Di sela-sela tugas jurnalistiknya, ia bekerja sebagai penulis lepas dengan tema olahraga dan budaya.