Mobil baru menteri
- keren989
- 0
Kebijakan Pemerintah Menaikkan Uang Muka Pembelian Mobil Dinas ‘Diapresiasi’ Arman Dhani, Apa Alasannya?
Jika ada yang berhak mendapatkan insentif dan penghargaan atas kinerjanya di negeri ini, para menteri adalah golongan yang paling berhak. Mengapa tidak? Di tengah performa minim dan banyak sensasi, mereka adalah orang-orang yang paling rentan depresi dan stres.
Bayangkan seperti apa republik ini jika para menterinya stres? Mereka pasti tidak akan bisa bekerja. Benturan? Kemungkinan nilai tukar rupiah terhadap dolar akan turun, harga bensin naik, penampung gas sulit didapat, beras mahal dan infrastruktur memburuk. Untungnya sekarang tidak seperti itu kan?
Namun tentunya sebagai presiden yang baik hati, tulus dan cepat berpikir, Pak Joko Widodo memahami kondisi permasalahan di Indonesia. Misalnya, untuk memastikan kasus narkoba menurun, bukannya melakukan penilaian melawan pola jaringan mafia, dia memutuskan hukuman mati, padahal dia tahu sistem hukum di Indonesia, yah, biasa saja.
Misalnya memilih sejarawan dan praktisi pendidikan untuk menjadi komisaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN Tambang), padahal pidato budayanya berbicara tentang arus balik budaya di laut. Bagaimana Pak Jokowi tidak hebat?
Kini Pak Jokowi semakin membuktikan diri sebagai sosok yang menerawang dan berwawasan bintang. Dia baru saja mengakui bahwa dia menandatangani surat itu tanpa mengetahui isinya.
Jika mendiang Presiden Abdurahman “Gus Dur” Wahid bisa mengetahui pembicaraan tanpa mengikuti seluruh prosesnya, Pak Jokowi bisa menandatangani surat keputusan tanpa mengetahui isinya.
Kalau bukan karena orang laduni, orang yang berakal pasti tidak akan mampu melakukannya.
Sekarang bayangkan Pak Jokowi mengaku tidak begitu paham isi surat yang ditandatanganinya? Apa itu bukan kengerianmu? Kira-kira berapa ketetapan lain yang ia tandatangani tanpa mengetahui isinya?
Bagaimana dengan Wong, serendah-rendahnya jabatan RT (Rukun Tetangga) harus tahu bahwa dia menandatangani surat itu dengan membaca isinya. Ini presiden main tanda tangan tanpa tahu isinya.
Tapi jangan khawatir, itu Pak Jokowi lho, bukan yang lain. Jika dia meh harus aman, harus bersih dan harus benar.
(BACA: Jokowi Mengaku Tak Tahu Isi Keputusan Presiden tentang Kenaikan Tarif Mobil Dinas)
Keputusan Presiden yang bersangkutan adalah Peraturan Presiden No. 39 Tahun 2015. Di dalamnya berisi fasilitas uang muka yang diberikan kepada PNS. Fasilitas yang semula Rp 116.650.000 meningkat menjadi Rp 210.890.000.
Siapa yang mendapatkan fasilitas ini? Bukan menteri, bapak ibu, tapi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), ketua hakim, hakim konstitusi, anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan anggota Komisi Yudisial (KY).
Jadi dari mana sebenarnya usulan jenius tentang kenaikan uang muka ini? kata Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto Gagasan untuk menaikkan subsidi pembelian mobil bagi PNS datang dari Setya Novanto.
Ya, itu benar, mr. Setya Novanto, yang merupakan ketua DPR. Bayangkan, di tengah kekacauan partainya, dia masih bisa memikirkan rakyat dengan merekomendasikan kenaikan tunjangan bagi PNS. Kita harus menghargai integritas dan pengabdiannya dengan doa dan air mata emosi.
Lalu pertanyaannya kenapa hanya anggota DPR, DPD, hakim Mahkamah Agung dan seterusnya yang mendapatkan fasilitas ini? Lalu apa yang didapat para menteri? Jelas bahwa Menteri tidak akan menerima tunjangan inimeskipun pendeta kami bekerja sangat keras dan berdedikasi.
Tengoklah Menteri Koordinator Pembangunan Manusia, Puan Maharani. BIa mengatakan jamu bisa menjadi cikal bakal melakukan revolusi spiritual seperti yang digaungkan oleh Presiden Jokowi. Jika revolusi spiritual hari ini tidak berjalan dengan baik, berarti kita kurang mengonsumsi jamu.
Lain halnya dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi. Pada November tahun lalu, dia mengatakan implementasi revolusi spiritual adalah reformasi birokrasi.
Metode? Dengan membatasi jumlah undangan resepsi untuk mengadakan acara seperti pernikahan, syukuran dan acara sejenis lainnya maksimal 400 undangan dan membatasi jumlah hadirin lebih dari 1.000 orang.
(BACA: PNS Dilarang Gelar Resepsi Pernikahan Mewah)
Juga resep dalam hal efisiensi anggaran melalui penyiapan hidangan manis menggunakan bahan pangan lokal. Bagaimana? Besar, bukan?
Belum lagi kinerja menteri kita, Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno. Banyak sekali prestasi dan pencapaian yang patut kita hargai.
Sebagai orang yang tidak jelas, kita harus mengerti bahwa Pak. Pekerjaan Edhy memang berat. Karena keseriusan inilah maka tidak perlu mengusut kasus-kasus pelanggaran HAM di masa lalu. Kasihannya, sulit membedakan antara hak asasi manusia sebagai hak asasi manusia dan ham sebagai isian sandwich. Kapan kita ingin memaksanya untuk mengerti?
Apakah itu semuanya? Oh tidak, masih ada Menteri Jonan dengan kenaikan ekonomi dan tiket pesawat. Ada Menteri Negara Tjahjo Kumolo dan kebijakan Rp 1 triliun untuk partai, dan menteri lain yang unggul.
Untuk itu, saya kira daripada menaikkan tunjangan pejabat tinggi, lebih baik Pak Jokowi membuat keppres baru yang memberikan tunjangan kerja kepada para menterinya.
Siapa sangka para menterinya akan lebih sukses dalam pekerjaannya. —Rappler.com
Arman Dhani adalah seorang penulis lepas. Tulisannya penuh sindiran. Saat ini aktif menulis di blognya www.kandhani.net. Ikuti dia di Twitter, @Arman_Dhani.