• November 26, 2024

Pameran batu giok dan batu akik di Aceh menargetkan transaksi Rp 4 juta

BANDA ACEH, Indonesia – Sebelum berangkat ke Banda Aceh, Ahmad Ridwan menulis status di BlackBerry miliknya: “Kami menjadi yang terbaik dalam persaingan pasar Aceh.”

Pria 31 tahun yang masih berstatus lajang ini bertekad menjuarai kompetisi batu cincin nasional yang digelar mulai besok, Sabtu hingga Selasa, 7 – 10 Maret 2015 di Pasar Aceh, pusat ibu kota Aceh.

Ia mendaftarkan dua jenis batu cincin untuk mengikuti kompetisi tersebut, yakni neon giok dan nephrite. Pria asal Padang Sidempuan, Sumatera Utara ini juga ikut serta dalam pameran tersebut untuk menjual berbagai batu mulia miliknya.

“Tujuan saya memenangkan kompetisi karena batu cincin saya bersih dan mengkilat, apalagi neon,” ujarnya optimis saat ditemui Rappler Indonesia di Lantai Tiga Pasar Aceh di sela-sela pendaftaran kedua jenis batu koleksinya. bersama panitia lomba batu cincin tingkat nasional, Kamis sore, 5 Maret.

Pria bernama Iwan ini mengaku, saat pertama kali datang ke Nagan Raya, Aceh Barat untuk menetap pada 14 Oktober 2013, ia hanya berbekal sedikit pakaian dan uang makan sebesar Rp 20.000 karena tidak ada pekerjaan di daerah kelahirannya. . Ia ingin mencoba peruntungannya dengan menjadi pencari batu giok.

“Kemudian Iwan ikut warga lainnya mencari batu giok di kawasan Gunung Singgah Mata. Iwan mendapat sedikit super idokrasi. Beratnya hanya 2,3 kilogram. “Iwan memotong 10 batu itu dan sisanya saya jual seharga Rp 2,5 juta,” jelasnya menceritakan awal terjunnya ke dunia bisnis batu permata.

Kemudian Iwan menelpon temannya di Jakarta dan mengabarkan bahwa dia mempunyai cincin giok super Idocrase. Harga yang dipatoknya hanya Rp 200.000 per biji.

“Teman saya langsung menyetujui harga itu. “Dia minta tidak kurang,” kata Iwan. “Sekarang harga cincin pertama yang saya jual bisa mencapai lebih dari Rp 30 juta per buahnya.”

Ia menjual batu permata dalam berbagai bentuk, baik yang dipotong berbentuk cincin maupun dipotong-potong. Harganya berkisar Rp 1 jutaan hingga Rp 50 jutaan.

Keberuntungan sedang berpihak pada Iwan. Usahanya mencari batu giok membuahkan hasil hingga akhirnya mampu membuka toko batu giok di kawasan Simpang Empat, Nagan Raya. Iwan terus mencari batu giok. Setelah digiling menjadi cincin atau berbentuk potongan kecil, ia menjualnya ke sejumlah daerah melalui teman-temannya.

Seiring berjalannya waktu, sejak beberapa bulan lalu, Iwan berhenti mencari batu giok di pegunungan. Ia tinggal menunggu hasil karya sejumlah anak buahnya yang “berburu” batu giok lalu dijual ke seluruh Indonesia.

Saat ditanya prospek bisnis batu permata, Iwan tersenyum dan menjawab, “Bagus sekali. Lebih dari cukup. Hasilnya tidak pernah diharapkan.”

Omset bulanannya mencapai Rp 300 juta. Iwan pun bangga menjadi pengusaha batu permata.

Untuk mengikuti kompetisi tersebut, Iwan mengaku tidak menggunakan nama sendiri, melainkan nama orang lain. Alasannya karena dia seorang pendatang, “Jadi saya harus mengenal diri saya sendiri.”

“Yang penting batu saya dijual di pameran dan kalau menang saya kasih hadiah,” jelasnya sambil tertawa bahagia.

Selain batu giok dari Nagan, Iwan juga menjual berbagai jenis batu dari daerah lain yang dikirim melalui jaringannya. Batu permata yang dijualnya bermacam-macam bentuknya, baik dipotong menjadi cincin maupun dipotong-potong. Harganya berkisar Rp 1 jutaan hingga Rp 50 jutaan.

Target transaksi Rp 4 miliar

Ketua Gabungan Pecinta Batu Alam (GaPBA) ​​Aceh yang juga Ketua Panitia Pameran dan Lomba Batu Cincin Nasional, Nasrul Sufi mengatakan, perlombaan dalam 19 kategori untuk kelas idocrase, chalcedony (cempaka) dan batu akik dengan segala macam varian.

Kelas idocrase yang dilombakan adalah solar ukuran kecil, sedang dan besar, biodiesel, moss dan neon. Golongan kalsedon terdiri dari sunkist, madu solar, nephrite, cempaka merah, madu cempaka, giok hitam, lavender, sulaiman, bacan dan mega mendung. Sedangkan golongan batu akik meliputi batu gambar, pancawarna, gemuliga, lumut serta kategori batu unik, antik, dan langka.

Ia menambahkan, hingga Jumat pagi, 6 Maret, peserta lomba berjumlah 500 orang yang dikenakan biaya pendaftaran Rp 100.000 per ring. Jumlah peserta akan terus bertambah karena pendaftaran dibuka hingga Sabtu sore, 7 Maret, khusus bagi peserta dari luar Aceh.

Sedangkan peserta pameran dikenakan tarif Rp2 juta hingga Rp2,5 juta per stand.

Hingga Kamis sore, sudah ada enam peserta pameran dari luar Aceh, yakni Medan, Jawa Barat, Banten, Yogyakarta, Jakarta, dan Kalimantan yang sudah mendaftar. “Kalau peserta lomba banyak yang berasal dari luar Aceh,” kata Nasrul.

Pria yang menjadi pecinta batu mulia sejak 2007 ini memperkirakan lebih dari 2.500 orang akan datang ke pameran batu cincin setiap harinya. Acara pembukaan pada Jumat malam dipimpin oleh Gubernur Aceh Zaini Abdullah.

“Target acara lima hari ini transaksi Rp 4 Miliar”

“Target kami selama lima hari acara berlangsung ada transaksi sebesar Rp4 miliar,” ujarnya. Pasalnya, demam batu giok dan batu akik telah menyebar ke seluruh komponen masyarakat, mulai dari orang dewasa, wanita, dan anak-anak dengan berbagai latar belakang sosial.

Menurutnya, tujuan diadakannya pameran dan lomba cincin batu tingkat nasional ini adalah untuk memperkenalkan permata Aceh sehingga kegiatan tersebut mengangkat tema “Batu Aceh di Mata Dunia”.

“Dunia pasti tahu kalau batu Aceh kualitasnya bagus. Selain itu, ada hal-hal baru di Aceh yang bisa dijadikan oleh-oleh dan juga potensi wisata baru di ujung barat Indonesia, kata Nasrul.

“Ledakan” batu mulia di Aceh juga menurunkan angka pengangguran karena peluang usaha batu giok dan batu akik tersebar hampir di seluruh wilayah Aceh. Hampir di setiap sudut kota di Aceh terdapat aktivitas perdagangan batu giok dan batu akik. –Rappler.com

Result SGP