Pelaku bom Bangkok adalah warga negara Turki
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Pasukan keamanan akhirnya menyebutkan kewarganegaraan tersangka di balik pemboman Bangkok. Simpati terhadap masyarakat Uighur yang mengalami penindasan dinilai menjadi pemicu aksi terorisme
JAKARTA, Indonesia – Nama suku Uighur mengemuka dalam penyelidikan aparat keamanan di Thailand terkait ledakan bom 17 Agustus di Bangkok.
Pada Rabu, 2 September, polisi Thailand mengeluarkan surat perintah terhadap seorang pria yang diyakini warga Turki terkait ledakan bom yang menewaskan 20 orang. Diduga ledakan bom tersebut disebabkan rasa simpati terhadap masyarakat Uighur.
Untuk pertama kalinya setelah kejadian yang menghebohkan Thailand, serta mengguncang perekonomian dan pariwisata Negeri Gajah Putih, polisi mengumumkan kewarganegaraan tersangka.
Pelaku adalah warga negara Turki, kata Prawut Thavornsiri, juru bicara kepolisian Thailand.
Nama terduga pelaku adalah Emrah Davutoglu. Warga negara Turki ini dituduh memiliki “bahan perang”.
Pekan lalu, polisi juga menahan seorang “orang asing” sebagai tersangka pengeboman Bangkok.
Penyelidikan siapa pelaku dan apa motifnya berjalan lambat.
Media lokal melaporkan bahwa polisi mencurigai bom Bangkok terkait dengan persaingan politik yang sengit, atau dilakukan oleh penjahat terorganisir, militan Islam, pembangkang di wilayah selatan monarki, atau bahkan simpatisan pengungsi Uighur dari Tiongkok.
Uighur adalah kelompok etnis terbesar di provinsi Xinjiang, yang mayoritas beragama Islam. Mayoritas penduduk Tiongkok yang kini tercatat berjumlah 1,4 miliar jiwa merupakan suku Han yang beragama Konghucu dan Budha. Mayoritas korban tewas di Bangkok adalah wisatawan asal Tiongkok.
Pada bulan Juli tahun ini, Thailand mendeportasi 109 warga Uighur ke Tiongkok. Aksi ini berujung protes ratusan orang di depan Kedutaan Besar Thailand di Istanbul, Turki.
Mereka mengecam tindakan Thailand karena khawatir warga Uighur yang dipulangkan akan menghadapi penyiksaan dan penindasan saat kembali ke kampung halamannya di Xinjiang, Tiongkok. Banyak warga Uighur yang memilih mengungsi ke Turki.
Pemerintah pusat Tiongkok dan pemerintah daerah di Xinjiang memantau ancaman terorisme yang terjadi di Xinjiang, atau dilakukan oleh warga Xinjiang.
“Lulusan kami adalah inti penyebaran ajaran agama Islam yang mengajarkan perdamaian dan segala kebaikan. “Ini juga merupakan upaya untuk menghentikan masuknya gerakan ekstremis di kalangan anak muda di Xinjiang,” kata Alim Abdulrahman, wakil presiden Institut Islam di Xinjiang, kepada sejumlah jurnalis dari Indonesia dan Malaysia pada awal Agustus lalu.
“Kami di Xinjiang sebenarnya juga menjadi korban aksi terorisme,” kata Alim.
Alim berasal dari suku Uighur, suku terbesar di Xinjiang yang biasanya menganut agama Islam.
Pada bulan Ramadhan tahun ini, tersebar informasi di media sosial tentang larangan umat Islam di Xinjiang untuk berpuasa. Hal ini menimbulkan perdebatan dan kritik keras terhadap pemerintah Tiongkok.
Pihak berwenang Xinjiang membantah informasi tersebut. Sebaliknya, mereka mengatakan warga Muslim di provinsi yang berbatasan dengan 8 negara itu bebas berpuasa dan menjalankan agamanya.
Ada baru-baru ini 4 warga asli Uighur ditangkap polisi di Indonesia karena ingin bertemu dengan kelompok ekstrim yang ada di Indonesia. Mereka diduga bergabung dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS). —Rappler.com
BACA JUGA: