Pembakaran musala di Papua diawali dari pengeras suara
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia (UPDATED) – Sebuah musala dan beberapa kios di Kabupaten Tolikara diserang sekelompok jemaat gereja setempat yang diduga marah karena pengeras suara.
Memang asal usulnya soal pengeras suara, jadi mungkin perlu komunikasi yang lebih baik untuk acara seperti itu, kata Wakil Presiden Jusuf Kalla seperti dikutip. Di antaraJumat 17 Juli.
“Keduanya harus menahan diri, masyarakat yang ada acara keagamaan lain harus saling memahami. “Ada dua kepentingan yang berhimpitan, yang satu Idul Fitri, yang lain karena penuturnya, sehingga saling bertentangan.”
Saya berharap kasus Tolikara, Papua, bisa diusut tuntas dan diproses hukum agar tidak menjadi preseden buruk di kemudian hari.
— Lukman H. Saifuddin (@lukmansaifuddin) 17 Juli 2015
Kerusuhan bermula dari dua acara keagamaan: Salat Idul Fitri di Musala Baitul Muttaqin dan pertemuan para pemimpin Gereja Injili di Indonesia (GIDI). Pihak gereja diduga risih dengan penggunaan pengeras suara.
Menurut Presiden GIDI Dorman Wandikbo, anggota GIDI mendatangi musala dan menanyakan penggunaan pengeras suara.
“Lalu jamaah musala marah, petugas terus menembak ke arah massa,” kata Dorman.
Menurutnya, 10 orang luka-luka dan satu orang meninggal dunia dalam perjalanan menuju rumah sakit di Jayapura. Semuanya merupakan warga GIDI.
Polisi punya versi berbeda. Menurut Polda Papua, warga GIDI melemparkan batu ke arah jamaah yang sedang salat di musala dan berteriak agar berhenti. Polisi kemudian melepaskan tembakan peringatan. Meski penyerangan terhenti, satu jam kemudian, rombongan warga kembali menyerang dengan membakar musala dan puluhan kios.
Dalam kerusuhan tersebut, menurut polisi, 3 orang mengalami luka tembak dan 8 orang mengalami luka karena sebab lain.
Hasil penelusuran Komnas HAM
Sementara itu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang melakukan pencarian fakta kerusuhan Tolikara mengungkapkan jumlah korban yang jatuh sebanyak 11 orang.
Senada dengan rincian yang diungkapkan Dorman, Komisioner Komnas HAM yang membidangi masalah Papua Natalius Pigai membenarkan, dari 11 korban, 10 orang luka-luka dan satu orang meninggal dunia. Benar, 10 luka-luka dan 1 meninggal dunia, kata Natalius, Sabtu 18 Juli.
Lebih lanjut Natalius menjelaskan, korban meninggal merupakan anak usia sekolah dasar.
Terkait penyebab kerusuhan, Natalius mengatakan, pemicunya adalah penembakan yang dilakukan petugas kepolisian.
“Jadi aksi itu disebabkan adanya tembakan dari aparat. Warga kemudian marah dan membakar kios-kios dan toko-toko yang berada di dalam masjid, kata Natalius.
Natalius juga menegaskan, anggota GIDI tidak menyerang jamaah salat Idul Fitri.
“Mereka hanya menyampaikan suara ini pembicara Mohon dimatikan, karena mereka mempunyai KKR (Ibadah Kebangunan Rohani) yang mengganggu ketentraman mereka. TIDAK “Ada logikanya mereka hanya melempar batu, setelah ditembak,” jelasnya.
Korban meninggal dunia : Endi Wanimbo
Melambangkan gerakan Papua adalah kitaZely Ariane memberi tahu Rappler bahwa korban meninggal bernama Endi Wanimbo. “Yang meninggal itu Endi, Endi Wanimbo, 15 tahun,” kata Zely.
Gerakan Papua Itu Kita sendiri mengeluarkan 10 poin pernyataan terkait peristiwa Tolikara.
Tanggapan Menteri Agama
Mencermati perkembangan terkini, Menteri Agama (Menag) Lukman Saifuddin mengajak masyarakat mewaspadai pihak-pihak yang ingin menyulut konflik dengan memanfaatkan sentimen keagamaan.
“Mari kita berhati-hati terhadap pihak ketiga yang ingin bentrok dengan sesama umat beragama dengan menggunakan sentimen agama,” kata Lukman dalam siaran persnya, Sabtu, seperti dilansir Antara. media.
Selain Menteri Agama Lukman, sejumlah tokoh juga mengutarakan pendapat serupa. Mereka menekankan pentingnya toleransi dan kebebasan beragama serta meminta semua pihak menahan diri.
#Tolikara #GKIYasmin. Ada hikmah di setiap kejadian. Harus ada perjuangan untuk toleransi.
— unilubis (@unilubis) 17 Juli 2015
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin, meminta umat Islam menahan diri.
“Tidak perlu dijawab, menunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang toleran,” kata Din.
Terkait kasus pembakaran musala di Papua, kami menuntut aparat menindak pelakunya. Bukan untuk menyebarkan sentimen keagamaan yang merugikan Indonesia.
— Savic Ali (@savicali) 17 Juli 2015
Sementara itu, Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor Nusron Wahid mengecam aksi pembakaran tersebut dan meminta aparat mengusut kasus tersebut. Perlu dilakukan investigasi agar tidak berubah menjadi konflik yang mengatasnamakan agama.
“Kebebasan beragama dan beribadah dijamin oleh konstitusi negara ini. “Tidak seorang pun dan atas nama apa pun boleh mengganggu siapa pun, apalagi membakar tempat ibadah,” kata Nusron Wahid seperti dikutip. Di antara. — Rappler.com