• November 22, 2024

Pencarian AirAsia QZ8501: Pertunjukan Kepemimpinan

Hari yang menguras emosi. Bersyukur karena akhirnya tim Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Bazarnas) berhasil menemukan pecahan pesawat AirAsia dengan kode penerbangan QZ8501. Pesawat ini hilang tiga hari lalu (28/12) dalam penerbangan Surabaya menuju Singapura. Total ada 162 penumpang dan awak pesawat naas tersebut. Turut berduka cita dan turut berduka cita yang mendalam kepada keluarga penumpang dan awak kapal. Siang tadi, tim Basarnas juga berhasil menemukan tiga jenazah.

Bisa dikatakan, proses pencarian puing-puing pesawat dan lokasi jatuhnya pesawat QZ8501 akan menjadi proses SAR tercepat di dunia. Selama tiga hari terakhir, melalui berbagai media, termasuk informasi di media sosial, kami mengikuti proses penggeledahan yang dilakukan tim terpadu yang dikoordinasikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Kepala Basarnas, Marsekal FHB Sulistyo. Kita juga menyaksikan kepedihan dan kehilangan yang luar biasa bagi keluarga penumpang AirAsia QZ8501 yang terbang Minggu pagi lalu.

Kami juga merasa marah, sedih, dan jengkel atas pemberitaan media massa yang tidak menunjukkan empati terhadap keluarga penumpang dan awak pesawat. Pemberitaan yang mengabaikan penerapan etika jurnalistik.

Perkembangan berita pencarian pesawat Air Asia bisa Anda ikuti di laman Rappler Indonesia melalui link ini.

Saya ingin menyoroti unsur kepemimpinan dan tanggung jawab yang menonjol yang ditunjukkan sejumlah tokoh masyarakat dalam pencarian yang telah menguras seluruh tenaga, pikiran, dan kemampuan membangun kerja sama.

Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan Wakil Presiden JK menunjukkan kepemimpinannya dengan memantau langsung proses penggeledahan. Tak hanya mengunjungi command center di kantor Basarnas pusat, mereka juga terbang ke Bandara Juanda untuk melihat perkembangan di Crisis Center serta bertemu dengan keluarga penumpang dan awak pesawat.

Presiden Jokowi langsung terbang menuju lokasi di Pangkalan Bun untuk melihat proses evakuasi badan pesawat dan jenazah pesawat Hercules, siang tadi, Selasa (30/12), kemudian menemui keluarga di Crisis Center Bandara Juanda untuk menyampaikan belasungkawa.

Presiden memerintahkan agar fokus tim pencarian mulai malam ini adalah mengevakuasi korban secepat mungkin. Kendalanya adalah cuaca dan ombak setinggi 2-3 meter. Duo Jokowi dan JK memerintahkan agar seluruh pasukan TNI, Polri, dan SAR dibantu tim negara sahabat untuk menemukan pesawat tersebut.

Kiprah Basarnas memang patut diacungi jempol. Selain mampu melakukan operasi pencarian yang efektif dan cepat, pihaknya juga rutin berkomunikasi dengan masyarakat melalui media. Profesional. Sesi konferensi pers diadakan secara rutin. Ada orang-orang dalam tim yang selalu dapat diwawancarai oleh media untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan pencarian.

Bisa dikatakan, ini adalah operasi SAR paling transparan yang saya ketahui. Penanganan pusat krisis yang profesional. Saya telah mengikuti dengan cermat beberapa krisis di negara lain, termasuk hilangnya dua pesawat Malaysia Airlines dengan kode penerbangan MH370 dan MH17. Tidak bisa menandingi pola tragedi. Namun pola pelayanan informasi kepada masyarakat dan keluarga relatif baik.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menunjukkan kepemimpinan dan tanggung jawabnya dengan terus mendampingi keluarga penumpang, dari pagi hingga malam selama tiga hari terakhir. Ia mempersiapkan segala fasilitas yang dibutuhkan di Crisis Center, termasuk sebelumnya berencana memindahkan keluarga dan Crisis Center ke hotel agar lebih nyaman. Keluarga memilih untuk tinggal di bandara.

Sore ini saya membaca bahwa Ny. Risma membeberkan informasi, pihaknya sejak kemarin menyiapkan 80 unit ambulans yang disimpan di tempat tak jauh dari bandara. Sengaja disembunyikan agar tidak membuat panik keluarga. Risma mengharapkan keberhasilan proses SAR. Seluruh penumpang dalam kondisi apapun akan dibawa ke RS Bhayangkara Surabaya. Antisipasi keren dari seorang kepala daerah.

Pendiri dan CEO AirAsia Tony Fernandes siang tadi menyatakan, sebagai pimpinan perusahaan, siap bertanggung jawab atas kejadian yang mengakibatkan hilangnya nyawa penumpang dan awak pesawat.

Meski penyelidikan penyebab bencana belum selesai, namun sejauh ini disebutkan cuaca buruk menjadi penyebab utama, namun saya siap bertanggung jawab, kata Tony Fernandes dalam konferensi pers di Crisis Center Bandara Juanda. dikatakan. , usai bertemu dengan Presiden Jokowi dan keluarga penumpang.

Sejak hari pertama, Tony Fernandes hadir tepat di tengah krisis. Tony berjanji akan terbuka mengenai segala proses investigasi yang akan dilakukan terkait musibah yang menimpa salah satu armada AirAsia Indonesia.

Tentu saja saya tidak memungkiri peran dan bantuan para nelayan setempat, serta seluruh pihak yang terlibat dan berkontribusi dalam proses pencarian. Kepala Staf, Panglima Lapangan TNI Angkatan Laut dan TNI AU, tenaga ahli Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), serta Menteri Perhubungan Ignasius Jonan sejak awal terlibat dalam pencarian besar-besaran tersebut.

Namun jika berbicara mengenai kepemimpinan, nama-nama yang saya bahas di atas sepertinya memiliki peran kepemimpinan yang menonjol, baik secara personal maupun institusi.

Turut berduka cita atas kehilangan yang dirasakan keluarga penumpang dan awak pesawat. Namun juga bersyukur dan bangga atas pencapaian kerja keras penemuan pesawat QZ8501. Reputasi yang baik akan diingat dan dijadikan acuan oleh semua pihak.

Yang kini kita tunggu dan cermati adalah hikmah dari bencana ini. Penyempurnaan regulasi dan implementasinya yang menjamin keselamatan penerbangan. Keselamatan penumpang. Ini adalah ujian kepemimpinan dan tanggung jawab bagi Jokowi dan JK. Juga Menteri Perhubungan.

Industri penerbangan swasta kita didominasi oleh pebisnis yang terhubung dengan baik. Seolah-olah itu tidak mungkin tercapai. Tidak mengherankan jika Federal Aviation Administration (FAA) menempatkan industri penerbangan kita pada Kategori 2, klasifikasi yang sama dengan negara-negara seperti Ghana dan Bangladesh dalam hal keselamatan penerbangan. Artikel di Washington Post ini menggambarkan situasi rumit dan berbahaya dalam industri penerbangan di Indonesia. Ini tautannya.

Akankah musibah yang menimpa 162 keluarga dan awak pesawat AirAsia QZ8501 menjadi pelajaran dan cambuk yang kuat bagi pihak berwenang di Indonesia untuk meningkatkan aspek keselamatan penerbangan kita di semua tingkatan?

Kita tunggu saja kiprah kepemimpinan Jokowi, JK, dan Jonan dalam tiga bulan ke depan. Jangan seperti keledai yang terjatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Pembayarannya mahal. Kehidupan manusia. —Rappler.com

Uni Lubis, mantan Pemimpin Redaksi ANTV, menulis blog tentang 100 hari pemerintahan Jokowi. Ikuti Twitter-nya @unilubis dan membaca blog pribadinya unilubis.com

pengeluaran hk