• September 20, 2024
Pengusaha paling banyak menyuap polisi

Pengusaha paling banyak menyuap polisi

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Kepolisian Republik Indonesia merupakan institusi yang paling berisiko melanggar integritas masyarakat

JAKARTA, Indonesia – Hasil survei indeks persepsi korupsi yang dirilis Transparency International Indonesia (TII) pada Selasa, 15 September menunjukkan integritas Polri paling buruk. Artinya, negara ini paling rentan terhadap suap.

Berdasarkan penilaian kejadian suap dalam 12 bulan terakhir, instansi pusat yang berisiko melanggar integritas masyarakat adalah Polri dengan total 48 kejadian.

Kemudian disusul Kementerian Perdagangan dengan 37 insiden dan Kementerian Ketenagakerjaan dengan 36 insiden.

Sedangkan berdasarkan penilaian kemungkinan suap dalam 12 bulan terakhir, posisi teratas ditempati oleh Kejaksaan Agung dengan skor 43%, disusul Kementerian Pertanian/Badan Pertanahan Nasional (BPN) dengan skor 42%. .

Sedangkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat masing-masing mendapat nilai 30%.

Menurut survei TII, integritas publik erat kaitannya dengan potensi korupsi. Penilaiannya didasarkan pada dua indikator.

Pertama, menghitung kejadian suap di masing-masing lembaga publik. Semakin tinggi angka suap, maka semakin buruk pula integritas lembaga tersebut di mata masyarakat.

Kedua, menghitung probabilitas suap yang merupakan perbandingan antara kejadian suap dengan total interaksi pelayanan publik. Semakin besar kemungkinan terjadinya suap, semakin buruk integritasnya.

Bagaimana cara pengusaha menyuap polisi?

Wawan Heru Suyatmiko, koordinator program manajemen pengetahuan TII, mencontohkan ketika pengusaha ingin mengurus urusan usahanya biasanya melibatkan polisi.

Lebih lanjut, pengusaha tersebut juga mengaku mengalami “pemerasan”.

“Salah satu contoh usaha yang berpotensi suap adalah bidang konstruksi. “Harusnya ada kuota di sana untuk mengelola preman,” kata Wawan.

“Di sektor kehutanan ada liar catatan. Termasuk sektor pertambangan ada jasa. “Semuanya untuk memperlancar barang dan jasa,” ujarnya.

Wawan mengakui polisi telah melakukan reformasi di tubuh lembaganya. “Tetapi saya tidak menghakimi reformasi. Tolong biarkan masyarakat menilai sendiri. “Ini juga sesuai persepsi pengusaha,” ujarnya lagi.

Kapolri: Suap atau uang makan?

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengaku tak keberatan dengan hasil survei tersebut.

“Kalau persepsi, kemungkinan dia tidak mengalaminya, bisa jadi karena diberitakan di media,” kata Badrodin kepada Rappler, Selasa malam.

Kapolri bahkan kembali menanyakan soal suap tersebut. “Apakah itu suap atau dia memberi uang untuk makan? Bisa saja, mohon dijaga. “Mereka tetap bilang itu suap, padahal itu uang makan,” ujarnya.

Menurut Badrodin, biasanya perusahaan memberikan alokasi anggaran untuk kepolisian.

Cara tersebut, kata Badrodin, bukanlah hal baru karena sudah ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

“Itulah yang perlu dicarikan solusinya. Masuk (uang makannya) ke kas negara atau langsung ke mereka,” ujarnya.

Lebih lanjut Kapolri menyarankan untuk tidak memberikan “uang makan” kepada satuan kepolisian. —Rappler.com

BACA JUGA:


Result SGP