• November 30, 2024
Penyalahgunaan Petral menyebabkan pembubaran

Penyalahgunaan Petral menyebabkan pembubaran

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Petral akhirnya dibubarkan. Apakah ini pintu gerbang menuju Pertamina yang lebih efisien?

JAKARTA, Indonesia — Pertamina Energy Trading Ltd. (Petral) akhirnya resmi dibubarkan pada Rabu, 13 Mei 2015.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman mengatakan, mengatakan bahwa pembubaran ini sebagian mengacu pada rekomendasi Tim Reformasi Pengelolaan Migas.

Rekomendasi yang dimaksud Sudirman dapat dilihat pada tulisan atas nama Tim Reformasi Tata Kelola Migas dipublikasikan di blog ketuaFaisal Basri.

Ada cerita awal mula perjalanan Petral dan berbagai temuannya terkait anak perusahaan PT Pertamina (Persero) ini hingga berujung pada keluarnya rekomendasi pembubaran.

Awal perjalanan

Kiprah Petral dimulai pada tahun 1969 ketika Pertamina bersama sekelompok investor asal Amerika Serikat membentuk Petra Group yang beranggotakan Petra Oil Marketing Corporation Limited, perusahaan Bahama yang berkantor di Hong Kong dan Petra Oil Marketing Corporation, perusahaan asal Amerika Serikat.

Petra awalnya dioperasikan oleh Pertamina sebagai unit bisnis yang memasarkan minyak mentah Pertamina dan berbagai produk turunannya di pasar dalam negeri Negeri Paman Sam.

Pada bulan September 1998, Pertamina mengambil alih seluruh saham Grup Petra. Kemudian pada bulan Maret 2001, atas persetujuan pemegang saham, Petra Group berganti nama menjadi Pertamina Energy Trading Limited (Petral).

Petral berfungsi sebagai operator kegiatan jual beli dan pemasaran Pertamina di luar negeri. Yang terakhir ini pada awalnya jauh lebih dominan, karena Indonesia merupakan negara eksportir bersih di masa lalu (eksportir bersih) minyak bumi dan masih menjadi anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Kerusakan petral

Setelah Status Indonesia telah berubah menjadi importir bersih (importir bersih), Petral kemudian menjelma menjadi “agen” pengadaan bahan bakar minyak (BBM) impor.

Untuk menjalankan fungsi tersebut dengan baik, menurut kajian Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Petral idealnya membangun kapasitas sebagai satu kesatuan. “intelijen pasar“Pertamina.

Sederhananya, Pertamina harus bisa mengandalkan Petral dalam proses pengumpulan dan analisis berbagai informasi pasar minyak mentah dunia, serta lobi bisnis agar Pertamina mendapatkan bahan bakar impor dengan harga dan kualitas optimal.

Padahal, Petral hanya berperan sebagai penyelenggara tender pengadaan BBM impor dan tidak berhubungan langsung dengan penjual.

Menurut Tim Reformasi Tata Kelola Migas, hal ini akhirnya membuat Petral menjadi bersih pengambil harga untuk harga minyak Pasar Jendela Platts dan tidak mempunyai kekuatan untuk membantu membentuknya.

Sekalipun itu didasarkan pada Peraturan Presiden nomor 5 tahun 2005 Harga ini memegang peranan yang menentukan sebagai salah satu faktor penentu utama keekonomian harga bahan bakar di dalam negeri.

Demi efisiensi

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menjelaskan kepada Rappler melalui pesan singkat bahwa pembubaran Petral harus dilakukan, agar Pertamina bisa meningkatkan efisiensinya.

“Pertamina ingin tumbuh menjadi perusahaan yang andal dan efisien. “Fungsi dan manfaat Petral akan lebih efektif jika dijalankan oleh Pertamina sendiri,” jelas Dwi.

Imaduddin Abdullah, analis dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), mengamini premis di atas.

Menurut Imaduddin, beberapa kajian, termasuk yang dilakukan Tim Reformasi Tata Kelola Migas, menunjukkan bahwa Pertamina memang perlu membubarkan Petral demi efisiensi.

Namun, ia juga mengingatkan, cita-cita luhur tersebut hanya bisa tercapai jika Pertamina berkomitmen menjalankan proses bisnisnya secara transparan.

Percuma kalau setelah Petral hengkang, muncul perantara baru yang menjaga rantai distribusi tetap panjang, ujarnya. Rappler.com

Data SGP