• October 18, 2024

Peran Surya Paloh dibalik penunjukan Jaksa Agung baru

Pengangkatan HM Prasetyo sebagai Jaksa Agung baru oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo sangat mengejutkan dan langsung mendapat kecaman keras dan pedas dari banyak pihak, terutama dari para penggiat antikorupsi dan pemberantasan mafia peradilan.

Indonesia Corruption Watch (ICW) misalnya, menyatakan menolak penunjukan Prasetyo sebagai Jaksa Agung. “Berpotensi rawan intervensi dan ini sangat mengecewakan,” kata Emerson Yuntho, salah satu peneliti ICW, seperti dikutip Merdeka (20/10).

Betapa tidak, selain Prasetyo tak punya rekam jejak cemerlang selama di Kejaksaan Agung, Prasetyo merupakan kader Partai Nasional Demokrat yang sebelumnya diangkat menjadi anggota DPR RI periode 2014-2019 sejak pemilu. kabupaten (Dapil) Jawa Tengah II.

Nama Prasetyo muncul tiba-tiba, tanpa perhatian banyak pihak. Sebelumnya, nama-nama seperti Muhammad Yusuf (Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan/PPATK) atau Widyo Pramono (Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus) banyak diberitakan media massa karena memiliki rekam jejak yang baik.

Sebagai salah satu lembaga penegak hukum yang selama ini dianggap bermasalah, banyak pihak yang berharap Kejaksaan Agung bisa dipimpin oleh sosok yang benar-benar mempunyai kemampuan untuk mereformasi lembaga tersebut dan membasmi mafia peradilan guna mengembalikan kepercayaan masyarakat. .

Sebagai seorang presiden yang mencoba menawarkan gaya kepemimpinan baru, sebagian besar masyarakat Indonesia berharap agar Jokowi bisa mengurangi, bahkan menghilangkan, berbagai kesepakatan politik yang selama ini selalu menyandera pemerintah. Namun suka atau tidak, kita harus bisa menerima kenyataan bahwa hal-hal dalam politik sangat sulit untuk diwujudkan.

Mudah ditebak, terpilihnya Prasetyo sebagai Jaksa Agung baru merupakan hasil lobi Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh yang merupakan salah satu tokoh penting di balik kemenangan Jokowi pada pemilu presiden tahun ini.

Meski anggapan tersebut pasti akan dibantah baik oleh Jokowi maupun Paloh di hadapan awak media, namun masyarakat dan pengamat politik jelas tidak akan percaya begitu saja.

Mantan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar ini kerap tertangkap kamera awak media saat beberapa kali bertemu dengan Jokowi. Misalnya, ia mengumumkan kepergian Jokowi ke KTT APEC pada awal November lalu. Pertemuan-pertemuan tersebut, meski berlangsung singkat, tampaknya dimanfaatkan Surya Paloh secara efektif untuk memajukan berbagai agenda politiknya.

Penunjukan Prasetyo semakin memperkuat posisi Nasdem di pemerintahan. Sebelumnya, Paloh berhasil menempatkan tiga kadernya di Kabinet Kerja, yakni melalui Tedjo Edhy Pu, Djianto (Menko Polhukam), Siti Nurbaya (Menteri LHK), dan Ferry Musyidan Baldan (Menteri LHK). ). Pertanian dan Tata Ruang).

Melihat kondisi ini, timbul pertanyaan logis, yaitu: “Mengapa pendatang baru dan partai kecil sekecil Nasdem yang hanya menguasai 35 kursi di DPR bisa mendapatkan peran sebesar itu di pemerintahan?”

Jawaban sederhana dan tampaknya sangat masuk akal atas pertanyaan tersebut adalah karena Jokowi membutuhkan dukungan dari grup media milik Surya Paloh.

Seperti kita ketahui bersama, Metro TV, stasiun berita milik Surya Paloh, merupakan salah satu saluran berita yang digunakan untuk memuluskan jalan Jokowi menuju Istana Negara. Pada masa kampanye, Metro TV berupaya maksimal mendukung pencalonan Jokowi dan aktif serta agresif memberitakan berbagai program yang diusung Jokowi dan Jusuf Kalla. Saat itu Metro TV dijadikan alat kampanye untuk menyaingi TVOne yang berpihak pada Prabowo Subianto.

Tentu saja, dukungan Metro TV setelah tercapai kesepakatan antara Jokowi dan Paloh tidak berhenti sampai pemilu presiden usai. Jika dicermati, Metro TV masih setia mendukung Jokowi selama ini. Disaat berbagai media massa baik cetak maupun elektronik yang sebelumnya cenderung mendukung Jokowi saat kampanye mulai berani mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah, tampaknya Metro TV masih lembek dalam memberitakan berbagai keputusan Jokowi yang dikritik banyak pihak yang provokatif. Para Pihak.

Terlihat stasiun berita memberikan ruang lebih kepada narasumber atau pemerhati yang mendukung berbagai kebijakan Jokowi. Kondisi itu terlihat saat Jokowi mengumumkan kebijakan pengurangan subsidi BBM beberapa waktu lalu.

Sebagai tokoh politik besar karena kedekatannya dengan media massa, Jokowi merupakan orang yang paling memahami pentingnya dukungan media dalam meraih simpati masyarakat. Meski bukan satu-satunya faktor, namun dengan kepiawaiannya itulah Jokowi mampu tampil di permukaan politik nasional dalam waktu yang sangat singkat. Dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun, Jokowi yang sebelumnya hanya menjabat Wali Kota Solo bisa menjadi pemimpin negeri ini.

Jokowi juga memahami bahwa sebagai presiden ada saatnya harus berani mengambil keputusan yang tidak populis, seperti menaikkan harga BBM. Untuk itu, ia membutuhkan berbagai saluran untuk bisa menjelaskan segala rasionalitas kebijakan yang diambilnya. Dan itulah mengapa dia membutuhkan Surya Paloh.

Jika kita menggunakan lensa obyektif, kita tentu tidak bisa menyalahkan kesepakatan yang dilakukan Jokowi dengan Paloh. Peta politik nasional yang dinamis, seperti perseteruan dua kubu di DPR, menjadi alasan sebenarnya Jokowi mencari berbagai cara agar bisa selalu berkomunikasi efektif dengan masyarakat.

Namun tentunya pada akhirnya kita semua berharap, apapun kesepakatan politik yang diambil Jokowi, baik dihindari atau tidak, tidak merugikan kepentingan masyarakat luas. —Rappler.com

Tasa Nugraza Barley adalah konsultan komunikasi yang pernah menjadi jurnalis di sebuah surat kabar berbahasa Inggris di Jakarta selama dua tahun. Dia suka membaca buku dan bertualang, dan dia sangat menikmati rasa kopi yang diseduh. Ikuti Twitter-nya @garsbanget


sbobet88