• October 7, 2024

Perbedaan Jokowi dan SBY soal Kenaikan Harga BBM Bersubsidi

“BBM akan ditambah jika dana kompensasi sudah siap.”

Demikian ucapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat membuka Musrenbang pada akhir April 2013. SBY tak ingin ada jeda waktu antara kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). pembayaran dana kompensasi. Berbeda dengan kenaikan BBM pada tahun 2005 dan 2008 yang diikuti dengan penyaluran Bantuan Langsung Tunai (DCA) kepada masyarakat miskin, dana kompensasi pada tahun lalu ditetapkan sebagai Bantuan Langsung Masyarakat Sementara (TCA). Masyarakat miskin juga memiliki kartu perlindungan sosial (SCP) untuk mengakses fasilitas kesehatan dan pendidikan.

Presiden Joko “Jokowi” Widodo memilih menggunakan tiga kartu “ajaib” untuk memberikan kompensasi perlindungan bagi masyarakat miskin yang terkena dampak kenaikan harga BBM. Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), diluncurkan langsung oleh Jokowi pada awal November (3/11) tahun ini.

Pemerintahan Jokowi menggunakan data 15,5 juta pemegang kartu perlindungan sosial untuk menentukan siapa yang berhak mendapat kompensasi kenaikan bahan bakar. Jika KPS menggunakan mekanisme yang sama seperti BLT dan BLSM, yakni mengirimkan dana melalui kantor pos setelah diverifikasi oleh otoritas setempat, maka ketiga kartu milik Jokowi tersebut menggunakan kartu SIM yang mampu mencatat transaksi yang terjadi. kartu pintar

“Dengan metode smart card, kemungkinan dana dipotong oleh pihak berwenang menjadi sulit. “Semua uangnya ditransfer ke rekening masing-masing kepala keluarga,” kata Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno, Senin (17/11), sebelum pengumuman kenaikan BBM malam itu.

Rini mengatakan, mulai 18 November, seluruh 15,5 juta keluarga sudah bisa mengakses dana yang akan dikirim melalui PT Pos Indonesia. Mirip dengan cara di era SBY. “Untuk kartu dengan kartu SIM, kami mencetak 1.020.000 untuk tahun ini. “Sisanya akan dicetak tahun depan,” lanjut Rini.

Artinya, dalam dua bulan ke depan, atau bahkan hingga seluruh kartu ajaib Jokowi tercetak, masyarakat miskin akan merasakan hal yang sama seperti kenaikan harga BBM di era SBY: menikmati bantuan tunai melalui transfer pemerintah pusat yang dijemput di kantor pos. . kantor. Setelah seluruh pencetakan dan pendistribusian kartu pintar selesai tahun depan, mekanismenya akan dilakukan melalui transfer bank. Uang yang diterima masyarakat kategori miskin sebesar Rp 400.000 selama dua bulan, dan akan disalurkan pada 2 Desember 2014.

“Bansos harusnya seperti ini. “Ini berkelanjutan dan kami berharap ini dapat meningkatkan rasio Gini kita,” kata Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Perekonomian.

Mengingat Sofyan dan Wakil Presiden Jusuf Kalla baru pertama kali berada di tim SBY, komentar tersebut saya anggap sebagai “pengakuan koreksi” atas kebijakan yang diambil sebelumnya. Skema bantuan langsung tunai ini tak lepas dari pengaruh Wakil Presiden JK saat itu. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) selalu mengkritik skema ini dengan mengatakan BLT membuat masyarakat menjadi pengemis. Simak ucapan Ketua Umum PDI Perjuangan ini Megawati Soekarnoputri pada tahun 2012 di tautan ini.

Rasio Gini merupakan koefisien yang mengukur penyebaran distribusi pendapatan di kalangan masyarakat. Semakin besar angkanya maka semakin tidak meratanya distribusi pendapatan. Indonesia mencatatkan angka 0,41 persen yang terus meningkat sejak era reformasi. Datanya ada di tautan ini.

Bantuan langsung bagi mereka yang terkena dampak kenaikan harga BBM

Menko Perekonomian Sofyan yang pernah menjabat Menteri Komunikasi dan Informatika era pertama SBY, saat itu Menteri Negara BUMN, menambahkan, posisi Indonesia masih lebih baik dibandingkan Brasil. Begitu pula Brazil yang merupakan negara dengan jumlah penduduk cukup besar dan tingkat ekonomi setara dengan Indonesia yang dinilai berhasil menerapkan skema bantuan langsung tunai sebagai kompensasi dampak kenaikan harga bahan bakar.

Ide BLT yang sejatinya merupakan bantuan tunai ini bahkan terinspirasi dari Borsa Familia yang digagas oleh Presiden Luiz Inacio Lula da Silva, dan menjadi kunci kemenangannya pada pemilu presiden tahun 2006. Borsa Familia dianggap sebagai anti-bencana terbesar. skema program kemiskinan di dunia. Melalui program ini, pemerintah memberikan bantuan tunai kepada keluarga di Brazil. Jika mempunyai anak, maka anak tersebut harus bisa bersekolah dan mendapatkan vaksinasi.

Di Indonesia, BLT pertama kali diterapkan pada tahun 2005, pada era Presiden SBY dan Wakil Presiden JK. Senada dengan kritik yang diterima Presiden Lula da Silva, skema BLT juga mendapat kritik karena diyakini dapat digunakan untuk kepentingan politik dan memperoleh dukungan. Pada tahun 2013, BLT diganti dengan Bantuan Langsung Masyarakat Sementara (BLSM). Skemanya sama. Hal itu juga ditolak oleh PDI-P.

Tabel soal BLT 2005 dibandingkan BLT 2008:

TIDAK Keterangan BLT 2005 BLT 2008
1 Peraturan Dasar Instruksi Presiden No. 12 Tahun 2005 Instruksi Presiden No. 3 tahun 2008
2 Penerima manfaat Rumah Tangga Miskin (RTM) Rumah tangga sasaran (RTS)
3 Jumlah bulan 12 bulan 7 bulan
4 Periode pembayaran 4 kalium 2 kalium
5 Pembayaran nominalnya Rp. 300.000 per periode Rp. 300.000 – Rp 400.000
6 Verifikasi data BPS PT. Pos Indonesia

Sumber: BPS 2006 dan Departemen Sosial 2008

Untuk mendapatkan BLSM, pemerintahan SBY menerbitkan KPS, kartu perlindungan sosial. Totalnya 15,5 juta kartu.

Siapa saja yang berhak menerima KPS? Hal ini menjadi perdebatan karena banyak terjadi, yang tidak berhak justru menerimanya, sedangkan yang berhak tidak. Hal ini sangat bergantung pada keakuratan pendataan di lapangan yang bergantung pada perangkat desa dan/atau kepala desa. Sejumlah kasus terungkap ketika anggota keluarga perangkat desa yang sebenarnya berkecukupan justru menerima KPS.

Ditujukan untuk keluarga, bukan individu

Berbicara kepada wartawan di Kantor Sekretariat Wakil Presiden, Jakarta, (25/7/2013), Bambang Widianto, Sekretaris Eksekutif Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), mengatakan: “Kartu ini sebenarnya diberikan kepada rumah tangga. bukan individu.”

Seperti dikutip di halaman tersebut swa.co.id, Bambang menjelaskan, KPS merupakan kartu yang diterbitkan pemerintah untuk melaksanakan Program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial (P4S) dan BLSM. Karena sasarannya adalah satu rumah tangga, maka kartu tersebut memuat nama kepala rumah tangga, nama pasangan kepala rumah tangga, dan nama salah satu anggota rumah tangga. KPS ini, kata dia, dijadikan penanda bagi rumah tangga miskin dan rentan untuk menerima kedua program tersebut.

Penerima KPS ditetapkan sebanyak 15,5 juta rumah tangga miskin dan rentan, yang merupakan 25 persen rumah tangga berstatus sosial ekonomi rendah. Sumber datanya (KPS) dari yang kita sebut database terpadu (BDT), kata Bambang.

BDT ini baru berdiri yaitu pada tahun lalu. Basis data ini disiapkan untuk aplikasi dalam negeri. “Sehingga targetnya satu, karena sebelumnya kementerian dan lembaga punya targetnya masing-masing,” jelasnya. Lebih jelasnya ada di tautan ini.

Praktisnya, bantuan tunai untuk menjaga daya beli masyarakat miskin saat kenaikan BBM yang diumumkan tadi malam (17/11) menggunakan data KPS era SBY. Dalam pertemuan dengan media pada Oktober lalu sebelum pelantikan Presiden Jokowi, Ketua Menko Perekonomian Tanjung mengatakan seluruh infrastruktur dan data untuk mendukung kenaikan harga BBM sudah siap. SBY tinggal meningkatkannya, rencana awal September. SBY memutuskan tidak menaikkan harga BBM. Salah satu alasannya adalah tidak ingin membebani rakyat.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Maret 2014, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,28 juta jiwa atau sekitar 11,25%. Kepala BPS Suryamin mengatakan, jumlah penduduk miskin berkurang 0,32 juta orang dibandingkan jumlah penduduk miskin pada September 2013 sebanyak 28,60 juta orang.

Pemerintahan SBY juga telah menyiapkan rencana pembangunan infrastruktur yang tertuang dalam Master Plan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Dokumennya cukup tebal, total nilai 89 proyek Rp 603 triliun.

Namun Presiden Jokowi menolak melanjutkan MP3EI dengan alasan memiliki orientasi yang berbeda dengan pemerintahannya. “Orientasinya jelas berbeda. Orientasi kami pada pertanian, kedaulatan pangan, dan seluruh infrastruktur. Ini prioritas kita, kata Jokowi kepada wartawan di Balai Kota DKI, awal September lalu.

Kalaupun ada kemiripan sebenarnya tidak aneh. Seperti yang saya sampaikan, di pemerintahan Jokowi ada Wakil Presiden JK dan Menko Sofyan yang kebetulan ada di kabinet SBY. Menteri Keuangan Profesor Bambang Brodjonegoro merupakan Wakil Menteri Keuangan pada era SBY. Birokrasinya tidak berubah, dan sumber data kabinet Jokowi tentu juga berasal dari birokrasi.

Intinya adalah pembangunan infrastruktur. Selain penggunaan data KPS, juga merupakan kesepakatan antara Presiden SBY dan Presiden Jokowi dalam menjaga momentum pertumbuhan pasca kenaikan BBM.

Perbedaan orientasinya terdapat pada jenis proyek yang berbeda-beda. Dalam konsep Jokowi terdapat pengembangan angkutan penyeberangan yang notabene merupakan penerapan konsep tol laut dan mendukung poros maritim Indonesia.

Menko Sofyan juga menjanjikan pemerintahan Jokowi akan mengalokasikan dana perbaikan infrastruktur pertanian untuk mencapai target swasembada pangan dalam dua tahun.

Baik MP3EI maupun program infrastruktur ala Jokowi yang periodenya 2015-2019, yang ditunggu realisasinya.

Mudah-mudahan kita ingat untuk memeriksa kinerja janji-janji itu. Saya akan menyimpan dokumen yang saya terima tadi malam. —Rappler.com

Uni Lubis, mantan Pemimpin Redaksi ANTV, menulis blog tentang 100 hari pemerintahan Jokowi. Ikuti Twitter-nya @unilubis dan membaca blog pribadinya unilubis.com.


Keluaran Sydney