• October 5, 2024
Perekonomian Indonesia Lampu Kuning Menuju Merah?

Perekonomian Indonesia Lampu Kuning Menuju Merah?

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Para ekonom menelusuri sejarah perekonomian Indonesia. Nampaknya perekonomian kita selalu rentan, karena defisit anggaran dan transaksi berjalan. Menteri Koordinator Darmin mengatakan perekonomian telah gagal dalam transformasi. Antisipasi terlambat

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli mengatakan perekonomian Indonesia berada pada posisi “kekuningan”.

Dalam acara di Universitas Mercu Buana, Jakarta, Senin, 31 Agustus, Rizal menyebutkan ada 4 defisit yang dialami Indonesia selama ini, yakni defisit neraca perdagangan, defisit transaksi berjalan, defisit pembayaran, dan defisit anggaran.

Defisit pada rekening giro atau defisit transaksi berjalan mencapai minus $9,8 miliar. Hal itu diungkapkan Rizal satu setengah tahun lalu, sebelum menjadi menteri.

Kini Rizal menjadi bagian dari pemerintahan. Ia menyarankan agar pemerintah tidak hanya menyalahkan faktor eksternal, meski terjadi gejolak global. Ibarat masuk angin karena serangan virus, kalau imun kita kuat maka virus tidak bisa melemahkan kita.

Logikanya, kini Rizal Ramli wajib memastikan perekonomian lampu kuning tidak terjerumus ke lampu merah.

Di hari yang sama, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan hal serupa.

“Perekonomian kita rentan. “Khususnya di bidang keuangan,” kata Darmin saat membuka seminar tentang sejarah perekonomian Indonesia dari masa ke masa di gedung Kementerian Keuangan. Acara tersebut diselenggarakan oleh Menteri Keuangan bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI). Darmin merupakan Ketua Umum ISEI.

Direktur Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengusulkan perbaikan dan penguatan infrastruktur keuangan saat bertemu dengan Presiden Joko “Jokowi” di Istana Bogor pekan lalu.

Nilai transaksi valuta asing di Indonesia relatif kecil dibandingkan posisi perekonomian Indonesia di dunia. Transaksi valas di Indonesia sekitar US$2 miliar dolar AS per hari. Lebih kecil dibandingkan transaksi harian negara anggota ASEAN lainnya.

Transaksi valas Malaysia US$11 dolar AS per hari, Thailand US$20 miliar dolar AS. Sedangkan Singapura tertinggi, US$290 miliar.

“Pasar uang kita sangat rentan, jika permintaan valas cukup besar maka fluktuasi nilai tukar akan langsung terasa. Tajam,” kata Budi.

Ia menyarankan agar pemerintah memanfaatkan instrumen keuangan yang tersedia, termasuk non-pengiriman ke depan di Singapura.

Menurut Darmin, kerentanan perekonomian mempunyai pengaruh global. “Tapi sebagian karena diri kita sendiri,” kata Darmin.

Dari waktu ke waktu, dari satu pemerintahan ke pemerintahan lainnya, Indonesia selalu mengalami twin defisit (kekurangan kembar), yaitu defisit transaksi berjalan dan defisit anggaran. Defisit transaksi berjalan Indonesia mencapai titik terburuknya pada tahun 1983-1984, yaitu lebih dari 5 persen produk domestik bruto.

Saat itu, pemerintahan Soeharto menempuh berbagai cara untuk mengatasi hal tersebut. “Kami merevisi strategi industri kami untuk fokus pada ekspor. Semua mengarah pada dorongan ekspor. Akhirnya sembuh,” kata Darmin.

Ia juga menggarisbawahi sumber kerentanan perekonomian Indonesia, yaitu pada sektor keuangan. “Dana asing di pasar modal terlalu banyak, kalau ada gejolak eksternal maka pasar kita jadi bergejolak,” ujarnya.