• October 6, 2024

Perekonomian Melemah, SBY Ajak Semua Pihak Bantu Jokowi

Datang ke kediaman Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pada Kamis malam, 27 Agustus, bagaikan bernostalgia bagi saya. Hingga tahun ketujuh pemerintahannya, saya beberapa kali ke sana untuk wawancara dan forum dialog dengan pemimpin redaksi.

Saya banyak mengkritisi kebijakan Presiden SBY, terutama ketika kasus korupsi menimpa lingkaran dalamnya. Begitu pula ketika urusan pribadi diselingi urusan kenegaraan. Misalnya saja memberikan buku untuk diri sendiri, istri, dan anak sebagai oleh-oleh pada acara Seventeens di Istana. Kritik saya saya sampaikan melalui media sosial.

Saya mendapat pesan bahwa Pak SBY agak terganggu dengan kritik saya. Namun dalam beberapa kesempatan kami bertemu, Pak SBY tetap menyapanya dengan senyuman. Begitu pula dengan Ibu Negara Ani Yudhoyono.

Menurut saya, pasangan ini sangat paham dan aktif dalam kancah politik tanah air selama satu dekade terakhir. Alhasil, meski ada dua undangan lain, saya memilih menghadiri acara dialog dengan SBY tadi malam.

Ini adalah upaya untukmenutupi kedua sisi. Undangan tersebut saya terima sehari sebelumnya melalui Juru Bicara Partai Demokrat, Imelda Sari. Ketika situasi sedang bergejolak akibat ancaman krisis ekonomi, pengalaman memerintah Indonesia selama 10 tahun patut untuk disimak.

Demikian yang saya sampaikan tadi malam saat diberi kesempatan berkomentar. Dialog tersebut dihadiri oleh puluhan peserta, pemimpin media dan jurnalis senior. Acara tersebut digelar di ruang perpustakaan, tempat SBY rutin mengadakan pertemuan dengan kabinetnya atau menerima tamu. Nyonya. Ani SBY pun hadir menemani suaminya seperti biasa.

Ada pula mantan Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi yang juga merupakan orang dekat SBY, mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Amir Syamsudin, serta Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo. Lainnya adalah berbagai fungsionaris Partai Demokrat. Putra kedua SBY, Edhie “Ibas” Baskoro Yudhoyono pun turut menyimak pemaparan sang ayah.

Seperti yang diharapkan, tema diskusi terutama mengenai pengalaman krisis ekonomi krisis ekonomi tahun 2008.

SBY menjelaskan dengan runtut. Dia sudah bersiap menggeser penyerahan. Saat menjelaskan cara pemerintahannya menangani krisis 2008, saya teringat meliput perjalanan SBY menghadiri KTT Pemimpin G-20 di Washington, DC, Oktober 2008. Salah satu laporan saya dari acara tersebut dapat dibaca di sini.

Dalam laporan tersebut, tampak SBY saat itu menekankan upaya untuk melindungi masyarakat kelas bawah yang paling terkena dampak krisis dan mencegah pengangguran. Pro-lengan Dan pekerjaan profesional untuk menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi.

Tadi malam sudah digarisbawahi. SBY mengingatkan, proyek infrastruktur yang diusung pemerintahan Joko “Jokowi” Widodo memang bagus, namun butuh waktu untuk terwujud.

“APBN terutama harus digunakan sebagai jaring pengaman agar masyarakat miskin dapat terus membelanjakan uangnya. Investasi didorong karena menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen. “Kalau di bawah itu, apalagi di bawah 4 persen, saya khawatir akan terjadi pengangguran,” kata SBY.

BI telah merevisi angka pertumbuhan ekonomi yang pada tahun 2015 diperkirakan hanya sebesar 4,9 – 5,1% dari target 5,2%. Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,3%. Mudah-mudahan IMF salah.

10 pedoman SBY saat krisis 2008

Setelah mencermati cara SBY menangani krisis 2008, tadi malam menjadi forum yang “menyegarkan” bagi saya. SBY dipindahkan menggeser pemaparan 10 pedoman manajemen krisis bertajuk “Menjaga momentum pertumbuhan, menyelamatkan perekonomian kita dari krisis global”. Tanggalnya 15 Oktober 2008.

Di dalam buku selalu ada pilihan ditulis SBY, saya juga menemukan 10 pedoman yang disampaikan pada 6 Oktober 2008. Isinya serupa:

  1. Kita harus tetap optimis, bersatu dan bersinergi untuk menjaga momentum pertumbuhan serta mempertahankan dan mengatasi dampak krisis keuangan AS.
  2. Dengan kebijakan dan tindakan yang tepat, serta kerja keras, kita akan berupaya mempertahankan pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen.
  3. Mengoptimalkan APBN tahun 2009 untuk terus memacu pertumbuhan dan pembangunan jaring pengaman sosial (jaring pengaman sosial).
  4. Dunia usaha (sektor riil) harus tetap bergerak, meski ekspansi bisa dikurangi, agar pajak dan pendapatan pemerintah tetap terjaga dan pengangguran tidak bertambah.
  5. Cerdas menangkap peluang (peluang) untuk melakukan perdagangan dan kerja sama ekonomi lainnya dengan dunia.
  6. Mari kita (sekali lagi) kampanye besar-besaran untuk mengkonsumsi produk dalam negeri.
  7. Mari kita perkuat sinergi dan koordinasi antara pemerintah, Bank Indonesia beserta jajarannya dan pihak swasta/dunia usaha.
  8. Menghentikan dan mengubah sikap ego sektoral dan bisnis seperti biasa.
  9. Tahun 2008-2009 adalah tahun politik dan pemilu, mari kita berpolitik non-partisan, utamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan kelompok.
  10. Mari kita lakukan komunikasi yang akurat dan cerdas dengan masyarakat.

“Ada kalanya dunia usaha meminta saya berbagai kewajiban (Berbagi beban) dengan pemerintah, bahwa ketika negara menghadapi masalah, mereka bersedia mengurangi keuntungannya,” kata SBY dalam buku tersebut. Tadi malam dia mengulanginya.

Siapkan payung sebelum hujan

SBY menyambut baik kebijakan donasi tersebut libur pajak menarik investasi.

“Dunia bisnis sedang sulit. “Tidak ada salahnya memberikan insentif agar mereka tidak berhenti dari pekerjaannya,” ujarnya.

Tapi itu tidak cukup. SBY mengingatkan kita untuk tidak segan-segan mengakui jika ada kekurangan, misalnya dalam hal pangan. “Kalau tidak bisa memenuhi sendiri harus impor. Karena stabilisasi harga itu sangat penting, kata SBY.

SBY mengatakan, kondisi saat ini belum krisis karena beberapa aspek fundamental situasi lebih baik dibandingkan tahun 2008, apalagi tahun 1998. “Tetapi kita harus menyiapkan payung sebelum hujan. Tunggu, perhatikan, ”katanya.

Protokol selama krisis harus dibuat. Birokrasi memerlukan payung hukum. Tadi malam SBY mengakui hal itu jaminan Bank Century harus menjadi pembelajaran akan pentingnya protokol krisis. Presiden Jokowi semakin mengingatkan birokrasi pusat dan daerah untuk menyerap anggaran pembangunan. Banyak yang takut kesalahan administrasi dan berakhir di penjara.

Masukkan SBY untuk Jokowi

Usai dialog, SBY diminta terbuka menyampaikan gagasan pokoknya kepada pers. Selain 10 tahun pengalaman kepemimpinan sebagai presiden, SBY juga merupakan pendiri dan ketua umum Partai Demokrat yang memiliki jumlah kursi di parlemen dalam jumlah besar.

Ada 6 poin yang disampaikan SBY sebagai usulan kepada pemerintahan Presiden Jokowi.

Pertama, SBY meminta pemerintah menjaga pertumbuhan ekonomi agar tidak terus terpuruk. Pertumbuhan di bawah 4 persen akan menyebabkan PHK, pengangguran, dan kemiskinan. “Dunia usaha perlu stimulus untuk berekspansi. “Masyarakat butuh bantuan untuk bisa membeli,” kata SBY.

Kedua, SBY berharap pemerintah menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok. Harus ada terobosan untuk mengembalikan harga kebutuhan pokok ke angka wajar dan memastikan stok tersedia. “Harga daging di atas Rp. 120.000, Rp. 130.000, bahkan Rp. 150.000 sehingga menyulitkan pedagang dan konsumen,” ujarnya.

Ketiga, SBY menyarankan agar pemerintah memberikan insentif kepada pelaku usaha. Dalam menghadapi krisis tahun 2008, komunikasi intensif dengan dunia usaha dilakukan. “Komunikasi tidak hanya terbuka, yang diliput oleh media. Komunikasi tertutup, jam pertemuan untuk merumuskan solusi, kita lakukan bersama-sama, ujarnya.

Keempat, SBY berharap pemerintah mencegah nilai tukar rupiah mencapai Rp 15.000 per dolar AS. “BI harus berkoordinasi baik dengan Kementerian Keuangan. Saya yakin Pak Agus Marto bisa berkoordinasi dengan Pak Bambang, juga Pak Darmin Nasution, Menko Perekonomian, kata SBY.

Jika nilai rupiah melemah hingga Rp 15.000, dampaknya akan sangat berat bagi perekonomian.

Saat artikel ini saya tulis, pada sesi pagi, nilai tukar rupiah menguat hingga Rp 14.068 per 1 dolar AS menurut data Bloomberg. Kemarin, rupiah ditutup pada Rp 14.133.

Kelima, SBY mengingatkan pentingnya pemanfaatan ruang fiskal untuk memberikan stimulus bagi perekonomian. Angka-angka dalam APBN harus dibuat dengan benar. Jangan menetapkan target pajak Anda terlalu tinggi. “Saya kira pemerintah memahaminya. Pastikan fiskal ada di tangan pemerintah, realistis, tepat sasaran, jelas sasarannya. “Jangan sampai penerimaan dan pengeluarannya tidak sesuai,” ujarnya. APBN-P merupakan sarana koreksi rencana proyek.

Keenam, SBY berharap pemerintah dapat menjaga kepercayaan masyarakat di tengah gejolak perekonomian. “Meski sulit, kita semua tahu hal ini disebabkan oleh pengaruh global. Saya tidak menyalahkan pemerintah, presiden, yang penting menenangkan masyarakat. Pemerintah harus terbuka. Pemerintah punya solusinya, punya kebijakan dan melaksanakannya. Masalah ekonomi juga terjadi di zaman saya, kata SBY.

Saya bertanya kepada SBY, apa solusi jitu untuk menjaga surplus ekspor di tengah melemahnya harga komoditas, melemahnya perekonomian negara tujuan ekspor, dan menurunnya daya beli. SBY tak menjawab secara spesifik pertanyaan itu, hanya berharap pemerintah punya terobosan.

SBY yakin Presiden Jokowi mampu merumuskan solusi kebijakan yang tepat. Ada sejumlah tokoh yang berkompeten di bidang ekonomi, seperti Wakil Presiden Jusuf Kalla yang kebetulan menjadi Wakil Presiden SBY pada krisis 2008.

Ada Menko Perekonomian Darmin Nasution yang menjabat Direktur Jenderal Pajak pada 2008, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menko Maritim Rizal Ramli yang merupakan rekan SBY di pemerintahan Presiden Abdurrachman Wahid, dan Megawati Sukarnoputri.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro yang sebenarnya pernah menjabat Wakil Menteri Keuangan pada pemerintahan kedua SBY, serta Gubernur BI Agus Martowardojo yang pernah menjabat Menteri Keuangan SBY.

Ada juga Ibu Megawati yang pasti akan membantu Presiden Jokowi menghadapi ancaman krisis ini, kata SBY.

Di saat krisis, kembalilah ke khittah

Pagi ini saya membaca tulisan Jusman Syafii Djamal, mantan Menteri Perhubungan yang kini menjabat Komisaris Utama PT Garuda Indonesia.

Ia menulis tentang sosok dan pemikiran Christine Lagarde, direktur pelaksana IMF. Minggu depan Lagarde akan mengunjungi Indonesia. Artikel ini membahas 3V, bagus kecepatan, varians, Dan keriangan.

Intinya, saat krisis, kembalilah ke khittah. Kalau kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi kita adalah konsumsi dalam negeri, setidaknya harus tetap stabil. Jika daya beli turun karena harga naik, maka harga harus dijaga stabil, sehingga mengurangi dampak kelangkaan. Tingkatkan pasokan. Dan seterusnya. Senada dengan apa yang disampaikan SBY.

Menurut saya, Presiden Jokowi telah melakukan sejumlah hal yang disarankan SBY dalam beberapa hari terakhir. Ia bertemu dengan pengusaha dan perusahaan pelat merah.

Saya dengar Jokowi juga akan membentuk tim kecil untuk membahas lebih detail secara sektoral apa yang perlu dilakukan sebagai solusi terhadap kondisi perekonomian yang lesu.

Jokowi dan kabinetnya minggu ini akan memperkenalkan paket kebijakan yang besar dan komprehensif untuk mengatasi perlambatan ekonomi. Kami menunggu dengan tetap menjaga optimisme. Semoga saja tidak hujan. Meski hujan, jika pintar memanfaatkan peluang, akan ada hangatnya sinar matahari setelah hujan reda. —Rappler.com

BACA JUGA:

Uni Lubis adalah jurnalis senior dan Eisenhower Fellow. Dapat dihubungi di @UniLubis.

pragmatic play