Perjalanan Ratu Airin, seorang waria di Boyolali, mencari cinta
- keren989
- 0
BOYOLALI, Indonesia – Naluri saya seperti itu, saya ikuti saja, kata Ratu Airin Karla, seorang waria yang baru-baru ini menjadi pemberitaan usai diduga menikah dengan Dumani, pasangannya. Namun, Ratu membantah laporan tersebut.
Keputusannya untuk mengikuti nalurinya tidak mudah diambil. Apalagi, warga Dusun Gegermoyo, Desa Cluntang, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, dan keluarganya merasa keberatan dengan pilihannya menjadi waria.
Keputusan ini diambilnya saat menyadari dirinya berbeda dari pria pada umumnya. Meski memiliki tinggi 175 cm dan perawakan tegap, namun tetap saja tidak membuatnya merasa nyaman menjadi seorang laki-laki.
Ratu (26 tahun) lebih memilih menjadi dirinya sendiri. Siap-siap, rawat kulit dan rawat rambut hingga tergerai layaknya wanita.
“Sejak usia empat belas tahun saya merasakan hal yang berbeda. “Saya tidak suka bermain-main dengan laki-laki, saya suka memakai lipstik, saya bermain-main dengan perempuan,” kata Ratu yang bernama asli Darino itu.
Meski sering dinasihati oleh keluarga dan warga sekitar rumahnya, ia tak bisa menerima semuanya. Ia merasa dirinya bukan dirinya sendiri saat harus berpura-pura menjadi laki-laki.
“Mereka bilang kalau saya laki-laki, saya juga akan berani. Tapi aku merasa itu bukan aku. “Mungkin ribuan nasehat dari keluarga, dari tetangga, tapi saya tidak bisa,” ujarnya.
Ketidakpastian itu selalu ia rasakan hingga saat ini. Dilema antara menjadi diri sendiri atau memilih menjadi apa yang masyarakat inginkan.
“Saya tidak berpakaian seperti ini setiap hari. Saat saya berjualan di toko, saya memakai kaos polos kayak pria. Saya juga khawatir tidak ada yang mau membelinya. “Kami tahu ada masyarakat yang belum siap menerima kaum transgender,” kata Ratu.
Beruntung, keluarga dan warga sekitar rumahnya menerima keputusannya dengan baik.
Kakak Ratu, Panisih (42), tak bisa berbuat banyak. Meski adik bungsunya memutuskan sesuatu di luar adat istiadat masyarakat, namun pada akhirnya pihak keluarga tetap mendukungnya.
“Bagaimanapun juga, ratu keluarga kita. “Kami pasti masih mendukungnya sebagai sebuah keluarga,” kata Panisih.
Sebuah perjalanan untuk menemukan belahan jiwamu
Sebagai pribadi, ratu juga merasakan cinta. Namun perasaan tersebut tidak bisa diungkapkan secara jelas karena statusnya sebagai seorang transgender. Ia memilih menyembunyikan perasaan tersebut di dalam hatinya karena khawatir masyarakat tidak akan menerimanya.
“Ini adalah masalah yang sensitif. Misalkan saya jatuh cinta tetapi masih belum bisa menikah. “Karena tidak boleh menurut agama, maka negara juga tidak sah,” ujarnya.
Namun perkenalannya dengan Dumani pada tahun 2007 memberinya rasa nyaman. Persahabatannya dengan Dumani terus berlanjut hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk memulai bisnis bersama.
“Ini adalah masalah yang sensitif. Misalkan saya jatuh cinta tetapi masih belum bisa menikah. Karena menurut agama tidak boleh, negara juga tidak sah.”
Pada 2008, keduanya mendirikan warung makan 24 jam di kawasan Mojosongo, Boyolali. Bermodal Rp3 juta, mereka sepakat menjadi kolaborator.
“Pengenalannya pada tahun 2007 di Aceh. Saat itu, mereka berdua bekerja sebagai kuli bangunan. Setelah itu saya berangkat ke Jakarta. Kami menjalin kontak dan akhirnya sepakat untuk membangun stand makanan. “Pukul 07.00 sampai 19.00 saya jaga, malam sampai pagi dia jaga,” ujarnya.
Bersama Dumani selama tujuh tahun membuatnya merasa nyaman. Baginya, tidak ada teman yang bisa memahaminya sebaik Dumani.
“Dia hanya rekan kerja. Belahan jiwa bisa dibilang begitu Makanya aku kaget ada yang bilang kita sudah menikah. “Kemarin sekedar syukuran atas ikhtiar kita bersama, sampai saat ini rezeki melimpah,” ujarnya.
Sementara itu, ia merasa minder untuk menjalin hubungan serius dan membangun keluarga. Karena baginya hal itu tidak mungkin karena bertentangan dengan agama dan juga tidak resmi di mata pemerintah.
“Saya tidak tahu, kalaupun saya ingin berkeluarga, rasanya tidak mungkin,” ujarnya.
Saya ingin membuktikan bahwa kaum transgender bisa bermanfaat bagi masyarakat
Sebagai seorang waria, Ratu lekat dengan stigma negatif dari masyarakat. Namun, dia tidak merasa patah semangat. Ia selalu ingin membuktikan bahwa dirinya juga bisa bermanfaat bagi masyarakat.
Keahliannya dalam merias wajah dan suaranya yang merdu patut untuk dipamerkan. Meskipun dia bukan seorang profesional, dia senang membantu tetangganya merias pengantin. Selain itu, ia juga kerap diminta warga untuk bernyanyi di berbagai perayaan.
“Jika ada yang meminta bantuan untuk tata rias pengantin, saya dengan senang hati membantu. Pada dasarnya dia suka berdandan, jadi tidak ada masalah. Kalau campur sari sama saja. “Warga sering meminta bantuan untuk menyanyikan kampursari,” ujarnya.
Tak hanya di masyarakat, di komunitas waria pun Ratu rukun dan berprestasi. Pada tahun 2011, ia berhasil meraih juara 2 lomba fashion show waria se-Jawa Tengah.
Menurutnya, dirinya merasa senang bila ada warga yang meminta bantuan. Artinya, ia bisa bermanfaat bagi masyarakat. —Rappler.com
BACA JUGA: