• October 9, 2024

Pratinjau Liga Inggris 2015-2016: Ramai Geng Chelsea

Liga Inggris alias Premier League musim 2015-2016 akan berlangsung memulai pada tanggal 8 Agustus. Apa kartu untuk perebutan gelar kali ini?

Musim lalu, gelar juara Liga Inggris kelima terasa begitu mudah diraih Chelsea. Mereka dinobatkan sebagai juara meski masih menyisakan tiga pertandingan. Ada yang bilang Chelsea juara karena ada klub lain yang bersaing memperebutkan gelar juara menjatuhkan.

Arsenal (seperti biasa) dilanda badai cedera, Manchester United masih dalam masa transisi di masa jabatan pertama manajer Louis van Gaal, dan performa Manchester City yang tak konsisten.

Sementara itu, Liverpool (jika klub ini bisa dianggap sebagai penantang gelar – atau mungkin lebih tepatnya penghalang gelar) semakin lesu pasca hengkangnya Luis Suarez ke Barcelona.

Namun, musim ini akan lebih sulit bagi Chelsea. Ketiga tim besar tersebut melakukan perubahan yang sangat signifikan pada komposisi pemainnya. Di saat yang sama, Chelsea nampaknya mulai kehabisan darah di bursa transfer pemain.

Manchester United adalah yang paling ambisius

Manchester United bisa dikatakan paling banyak menambah personel. Mereka mendatangkan empat pemain baru yakni gelandang Bastian Schweinsteiger, punggung penuh Matteo Darmian, sayap Memphis Depay, dan gelandang Morgan Schneiderlin.

(BACA: Tuan Louis Van Gaal tidak lagi ‘panic buy’)

Skema permainan Van Gaal juga mulai stabil. Dalam 4 laga pramusim, klub berjuluk Setan Merah itu menang tiga kali dan hanya kalah sekali. Mereka menang atas Club America (1-0), San Jose Earthquakes (3-1), Barcelona (3-1) dan kalah melawan Paris Saint-Germain (0-2).

Banyak yang berharap United kembali ke sirkuit Championship musim ini. Apalagi mereka finis di empat besar klasemen akhir musim lalu. Faktanya, mereka masih dalam masa transisi di bawah manajer baru Van Gaal saat itu.

Namun keraguan pun muncul karena klub dengan koleksi gelar Liga Inggris terbanyak itu masih belum mendapatkan top skorer. Ada kabar bahwa Zlatan Ibrahimovic akan segera menjadi bagian dari pertukaran kepindahan Angel Di Maria.

Namun, karena Liga Inggris tinggal menghitung hari, pemain berpaspor Swedia itu tak akan tampil di Old Trafford, markas United.

Padahal, United hanya mengandalkan Wayne Rooney. Depay sebenarnya bisa diposisikan sebagai ujung tombak. Namun, Van Gaal juga membutuhkan kedalaman skuad untuk menjalani 38 pertandingan sepanjang musim. Satu-satunya pengganti Rooney bisa dibilang adalah Javier Hernandez, pemain yang musim lalu “diusir” ke Real Madrid karena dianggap tak masuk rencana Van Gaal.

Alhasil, keraguan mulai muncul bahwa United akan menjadi penantang serius gelar juara. Kecuali mereka bisa mendatangkan striker papan atas di menit-menit terakhir bursa transfer.

Kedalaman skuad Manchester City

Sementara itu, Manchester City kembali melakukan pembelian besar.

Kali ini sayap Raheem Sterling dari Liverpool telah diboyong ke Stadion Etihad, markas City. Tanpa kehadiran Sterling, City sebenarnya sudah punya skuad yang dalam. Mereka punya banyak pilihan striker, mulai dari Edin Dzeko, Sergio Aguero, hingga Wilfried Bony.

Dan itu semua sangat produktif.

Aguero yang lebih banyak beroperasi di sayap bisa dijadikan ujung tombak serangan jika Dzeko absen. Sedangkan Sterling bisa mengisi posisi kedua sayap di belakang striker tunggal. Skuad yang kuat membuat klub asuhan Manuel Pellegrini bisa konsisten sepanjang musim.

Kalaupun lini serangnya macet, lini kedua bisa menutupinya dengan baik. Mereka juga berbahaya. Bahkan, David Silva yang notabene berstatus gelandang menjadi top skorer setelah Sergio Aguero musim lalu dengan total 12 gol.

Faktanya, dalam dua musim terakhir, City menjadi tim paling produktif di Premier League dengan 179 gol.

Salah satu faktor kegagalan musim lalu adalah susunan pemain bertahan yang mudah ditembus. Selain itu, performa mereka juga tidak konsisten. Mereka pun kerap lebih mengandalkan peran sentral Yaya Toure. Jika Pellegrini bisa membenahi kendala besar klub, bukan tidak mungkin City bisa menjadi juara.

Arsenal mulai beradaptasi

Laga Community Shield antara Chelsea dan Arsenal Minggu 2 Agustus lalu, menunjukkan mentalitas baru Arsenal. Klub berjuluk The Gunners itu berhak mendapatkan trofi Community Shield usai unggul 1-0 lewat gol Alex Oxlade-Chamberlain pada menit ke-24.

(BACA: Arsenal 1-0 Chelsea: Kemenangan Tanpa Jabat Tangan)

Arsenal bermain berbeda dari biasanya. Klub asuhan Arsene Wenger biasanya memainkan permainan menyerang yang cepat. Namun saat melawan Chelsea, mereka bermain lebih bertahan. Bahkan, setelah menang, mereka memilih banyak bertahan.

Para pemain Arsenal merayakan kemenangan usai mengalahkan Chelsea pada laga Community Shield, 2 Agustus 2015. Gambar oleh EPA

Buktinya penguasaan bola mereka kalah dengan Chelsea (59 persen). Ini adalah sesuatu yang jarang terjadi. Mourinho merasa kesal dan berkata: “Arsenal bermain bertahan dan meninggalkan filosofi bermain mereka di ruang ganti”.

Skuad Arsenal yang sebagian besar beranggotakan pemain muda kini sudah mendapat suntikan pemain senior. Dia adalah kiper Chelsea Petr Cech. Cech yang sudah mengoleksi 4 medali Piala FA, 4 kali juara Liga Inggris, dan satu Liga Champions, mampu menyuntikkan semangat kepada para pemain Arsenal yang jauh dari mental juara. Kehadiran pemain berusia 33 tahun itu mampu menambah motivasi para pemainnya dalam perburuan gelar juara.

Chelsea tak lagi bermain keras untuk masuk ke bursa transfer

Gelandang Chelsea Eden Hazard merayakan gol yang dicetaknya ke gawang Crystal Palace pada laga Premier League, 3 Mei 2015. Foto oleh EPA

Antusiasme menyambut kompetisi tiada duanya di Chelsea. Jose Mourinho musim ini memang belum banyak mendatangkan rekrutan anyar. Satu-satunya nama baru yang masuk adalah Radamel Falcao.

Striker asal Kolombia itu tidak datang sebagai bomber yang bisa diandalkan. Bersama Loic Remy, ia meliput striker utama Diego Costa. Setelah cedera lutut, Falcao efektif. Musim lalu di United dia hanya mencetak empat gol.

Masalahnya adalah, cedera melumpuhkan Costa sering kembali. Dan setiap kali dia absen, Chelsea cukup kesulitan mencetak gol. Laga Community Shield melawan Arsenal adalah contoh nyatanya. Tanpa Costa, Chelsea harus berjuang mati-matian untuk mencetak satu gol saja.

Meski Remy dan Falcao dimasukkan, tidak ada gol yang tercipta hingga wasit Anthony Taylor meniup peluit akhir.

Statistik Falcao dan Costa cukup berbeda. Konversi gol Costa jauh lebih tinggi.

Dengan ketergantungan yang besar pada Costa, Chelsea kekurangan dukungan pada level yang sama. Mereka terancam terpeleset jika penyerang berpaspor Spanyol itu absen. Skuad yang terlalu tipis bisa mengganggu konsistensi Chelsea. Apalagi setelah Premier League usai hari petinju alias permainan yang diadakan saat perayaan natal. Sebab banyak pemain yang mulai mengalami kelelahan.

Mourinho bukannya tanpa ambisi. Mereka mengincar bek tengah Everton John Stones. Namun proses transfernya bolak-balik. Everton tidak mau, meski ada desakan Chelsea.

Pertahanan memang menjadi masalah bagi Chelsea. Mereka perlu menambah pemain untuk mendapatkan kedalaman skuad yang cukup. Pasalnya bek tengah Chelsea itu sudah senior. Terry berusia 34 tahun sedangkan Gary Cahill berusia 30 tahun. Memang ada Kurt Zouma yang usianya masih muda. Namun Mourinho tentu tak ingin mempercayakan permainan level tinggi Premier League sepenuhnya kepada pemain asal Prancis tersebut.

Meski begitu, Chelsea tetap seperti “tim yang harus dikalahkan” dalam perebutan gelar juara Liga Inggris 2015-2016. Para pemburu gelar harus mampu mengalahkan klub London Barat itu untuk meraih mahkota.

Meski lemah di lini depan, Chelsea kuat di lini belakang. Doktrin bertahan Mourinho sangat dipahami tim Biru di musim keduanya di Chelsea setelah itu keluar dari Real Madrid. Tiga tim penantang kejuaraan harus mengalahkannya.

Chelsea juga masih menjadi favorit utama untuk meraih kemenangan. Bahkan, tidak adanya perubahan pada tim memastikan soliditas mereka tetap terjaga. Berbeda dengan United of City yang beberapa kali mengalami perubahan. Jadi siapa pahlawanmu? -Rapper


login sbobet