Prestasi dan kegagalan SBY di mata mereka
- keren989
- 0
Kami bertanya kepada sejumlah masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan tentang prestasi dan kegagalan SBY selama sepuluh tahun terakhir
JAKARTA, Indonesia — Masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tinggal menghitung hari. Ia telah memimpin Indonesia selama sepuluh tahun. Ia telah memberikan banyak jasa kepada negara ini, meskipun ia juga menunjukkan banyak kekurangan.
Di hari-hari terakhirnya, SBY kerap mengucapkan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia atas dukungannya selama ini. Ia tak lupa meminta maaf atas segala kesalahan yang dilakukannya selama menjabat kepala negara.
Saya mohon maaf jika apa yang saya lakukan tidak sesuai dengan harapan semua pihak dan rakyat, kata SBY, Rabu (15/10). “Saya ingin melakukannya dengan baik, tetapi saya adalah orang biasa. Ada kekurangan dan kelemahannya.”
Kami bertanya kepada sejumlah masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan tentang pencapaian dan kegagalan SBY selama sepuluh tahun terakhir:
“Dalam konteks saya sebagai dosen hubungan internasional, yang menjadi nilai plus bagi SBY adalah berusaha meningkatkan profesionalisme militer dan lebih aktif di dunia internasional, khususnya di ASEAN. Namun kelemahan terbesar SBY adalah tidak memiliki belum banyak melakukan terobosan-terobosan penting, misalnya belum adanya gerakan untuk meningkatkan pengaruh ASEAN yang selama ini masih terkendala oleh lemahnya integrasi ASEAN, sehingga banyak yang menyamakannya dengan sekedar kedai kopi.
– Yohanes Sulaimandosen Hubungan Internasional Universitas Pertahanan Indonesia
“Sepuluh tahun terakhir, saya agak kecewa dengan pemerintahan SBY karena banyak kebijakan di bidang teknologi informasi dan komunikasi yang tidak tepat. Hal ini bermula dari pilihan menteri yang tidak menyadari potensi yang ada di sektor tersebut. Pertama, lambatnya transisi televisi analog ke digital yang mampu menghidupkan kembali industri pertelevisian nasional. Kedua, persoalan regulasi broadband atau kriminalisasi terhadap mantan Direktur Indosat Mega Media (IM2) Indar Atmanto. Hal ini sangat problematis karena menimbulkan ketidakpastian hukum bagi penyedia internet di Indonesia. Ketiga, regulasi percepatan teknologi. Dan keempat, perizinan perangkat telekomunikasi lambat. Mengapa iPhone lama sekali dirilis di Indonesia? Sebab, peraturan yang harus dipatuhi untuk mendapatkan izin sangat panjang.
Namun harus diakui keberhasilan tersebut ada, meski patut dipertanyakan apakah itu karena kinerja pemerintah atau momentum teknologi, seperti rata-rata akselerasi Internet di Indonesia yang meningkat sejak saat itu. Misalnya pada tahun 2004 kita harus mengeluarkan uang Rp 20 juta per bulan untuk mendapatkan koneksi 2 mbps. Kini 2 mbps bisa didapatkan di Jakarta hanya dengan Rp 200.000. Jadi ada peningkatan kecepatan dan semakin banyak pemain di pasar. Kedua, ada upaya dari UKP4. Ada keterbukaan informasi yang belum pernah ada sebelumnya. Misalnya data.id, opengovindonesia.org, andreport.ukp.go.id untuk pengaduan pelayanan publik.”
– Dirgayuza Setiawanpraktisi teknologi informasi dan komunikasi
“Keberhasilan SBY yang bisa dicatat dalam sejarah adalah kemampuannya menjaga stabilitas politik. Ia mampu mengimbangi kekuasaan parlemen, bahkan dengan partai politik yang berkoalisi dengan Partai Demokrat. Kegagalan SBY lebih mudah ditemukan. Meski mampu menjaga stabilitas politik, SBY nyatanya tak memberikan kontribusi signifikan terhadap kualitas demokrasi. Pelayanan publik berantakan akibat korupsi yang menggerogoti semua lini. Banyak kasus korupsi yang melibatkan lingkaran dalam SBY. Dan SBY menjawab kegagalannya dengan memoles dirinya melalui politik pencitraan.”
– Lucius Karuspeneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi)
“Dalam penanganan AIDS, pemerintahan SBY dalam hal ini Komisi AIDS Nasional telah membuka peluang yang cukup lebar untuk menangani epidemi ini, meskipun hasilnya tidak merata, terutama bagi populasi kunci gay dan laki-laki yang memiliki penyakit AIDS. berhubungan seks dengan pria lain. Hasil yang tidak merata tersebut disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap pemenuhan hak asasi manusia pada anggota populasi kunci.
Bagi kelompok LGBTI, pemerintahan SBY, meski tidak aktif homofobia, namun telah membiarkan peraturan daerah yang homofobia justru bertentangan dengan undang-undang nasional, dan pelanggaran berbagai hak asasi manusia seperti hak berdomisili, hak atas pekerjaan (khususnya bagi kaum transgender). , hak berkumpul dan berserikat, dan hak atas informasi. Pemerintahan SBY mewakili sifat buruk masyarakat kita yang mengingkari keberadaan berbagai realitas, dan menekan kelompok minoritas untuk tunduk pada mayoritas.”
– Dede OetomoKetua Dewan Pembina Yayasan GAYa NUSANTARA
“SBY berhasil menjadi ikon demokrasi. Sejumlah prestasi diraihnya dalam upaya mempertahankan demokratisasi Indonesia pasca Orde Baru. Ia juga sangat aktif dalam berbagai kegiatan internasional sehingga menjadikan Indonesia semakin populer di mata dunia. SBY juga mendorong peran media dalam melindungi negara Indonesia. Ironisnya, ketika SBY di usianya yang kesepuluh justru menjadi aktor intelektual utama yang membuat UU Pilkada disahkan DPR RI, padahal kemudian ia membuat Perppu sebagai undang-undangnya. strategi keluar yang dapat dilihat sebagai jebakan bagi pemerintahan berikutnya.”
– Juga bijaksanakonsultan humas dan aktivis komunitas Suara Pemuda Anti Korupsi
“Secara umum pemerintahan SBY berhasil mentransformasi perekonomian negara kita ke arah yang lebih baik dalam 10 tahun terakhir. Jumlah kelas menengah meningkat drastis, rasio utang terhadap PDB membaik, dan posisi Indonesia sebagai anggota G20 juga merupakan bentuk pengakuan internasional atas peran kita dalam perekonomian global. Meski demikian, tingginya kesenjangan sosial yang tercermin dari meningkatnya rasio GINI juga menjadi pekerjaan rumah yang ditinggalkan SBY pada pemerintahan selanjutnya. “Hal ini disebabkan oleh banyaknya kebijakan ekonomi pusat yang tidak dilaksanakan secara optimal di tingkat daerah.”
– Rizki Aljupri, Trainee Manajemen Korporat di Astra International
“Prestasi SBY bisa dikritik, bisa diolok-olok tanpa bereaksi tanpa tangan besi. Dan dia menjawab dengan jengkel. Intinya, dia memberi kebebasan pada masyarakat untuk mengkritiknya. Namun untuk prestasi lainnya saya kurang begitu merasakannya. Namun, terdapat banyak kemunduran. Salah satunya dengan adanya UU ITE yang memperbolehkan masyarakat untuk mengkritik dirinya sendiri, namun kebebasan berekspresi masyarakat malah terputus. Dan korbannya ternyata banyak.”
– Joko AnwarDirektur
—Rappler.com