PSSI sengaja bentrok dengan Persipura dan Kemenpora
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Setelah dilakukan pemeriksaan selama beberapa pekan, perwakilan DPRD Papua mengungkap temuannya di balik kegagalan Persipura Jayapura berlaga di Piala AFC 2015 melawan Pahang FA.
JAKARTA, Indonesia – Persipura Jayapura yang lolos ke babak 16 besar Piala Federasi Asia (AFC), seharusnya berpeluang lolos ke babak selanjutnya. Namun mimpi itu pupus karena laga melawan Pahang FA pada 26 Mei 2015 dibatalkan. Pasalnya, tiga pemain Pahang FA tidak memiliki visa.
Karena gagal menjaga permainan, Persipura kena sanksi. Mereka dianggap kalah melangkah keluar (WO) dengan skor 0-3. Peluang untuk lolos ke delapan besar pun hilang. Pendukung setia Persipura, Persipura Mania pun geram.
(BACA: Persipura Vs Pahang FA Dibatalkan, Indonesia Terancam Sanksi Lagi)
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi pun jadi sasaran kambing hitam. Skorsing Nahrawi dari Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) disebut-sebut menjadi alasan Pahang gagal mendapatkan visa.
Dua anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Papua, Yan P. Mandenas dan Jack Komboy kemudian menyelidiki kejadian tersebut. Pencarian fakta mereka dimulai pada 28 Mei 2015 dengan mendatangi Gedung Kemenpora bersama perwakilan Persipura Mania.
Kedua anggota DPRD Papua itu tak hanya melakukan klarifikasi dan pemeriksaan di Jakarta. Mereka pun terbang ke Kuala Lumpur, Malaysia untuk bertemu langsung dengan perwakilan AFC. Yan dan Jack berangkat bersama perwakilan Kementerian Pemuda dan Olahraga dengan bantuan KBRI Malaysia.
Mereka melakukan diskusi intens dengan Windsor John, Wakil Sekretaris Jenderal AFC, Direktur Asosiasi dan Pengembangan Anggota, Sanjeevan Balasingam, dan Direktur Hukum AFC, Benoit Pasquier. Dari diskusi itu mereka mendapat temuan berbeda.
Menurut AFC, kekalahan Persipura di Piala Dunia melawan Pahang FA tidak ada hubungannya dengan sanksi FIFA terhadap sepak bola Indonesia. AFC menilai Persipura dan PSSI tidak mematuhi atau melanggar aturan dan kesepakatan terkait persiapan pertandingan, kata Yan.
Selain itu, sanksi FIFA baru dicabut pada 30 Mei 2015, sedangkan pertandingan seharusnya dimainkan pada 26 Mei 2015. Artinya PSSI saat itu masih menjadi anggota sah FIFA. Oleh karena itu, kata Yan, sebaiknya PSSI memfasilitasi kedatangan Pahang FA. “Namun, tugas penting ini rupanya diabaikan oleh mereka. Alhasil, AFC terpaksa memberikan sanksi kepada tim Persipura, kata Yan.
Dalam pertandingan internasional antara klub dalam dan luar negeri, federasi sepak bola tuan rumah harus memberikan dukungan administratif. Mereka diharuskan membantu pengurusan visa bagi tim tamu agar pertandingan melawan klub lokal bisa digelar.
Namun saat Pahang FA hendak bertanding melawan Persipura Jayapura, PSSI tak cukup membantu mereka. Lembaga pimpinan La Nyalla Mattalitti itu pernah menuding Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) menjadi kambing hitam karena terlambat mengirimkan undangan visa. Namun pernyataan tersebut dibantah. BOPI membeberkan data pengiriman melalui akun Twitter-nya.
Tuduhan PSSI sengaja lalai juga disuarakan CEO Pahang FA Fahrizal Hasan. Melalui akun Twitter dan wawancara dengan media di Indonesia, ia mengatakan, saat baru tiba di Bandara Soekarno-Hatta, ia masih bisa menghubungi salah satu staf PSSI. Kata staf dalam perjalanan ke bandara. “Tapi kami menunggu berjam-jam, dia tidak kunjung datang,” kata Fahrizal.
DPRD Papua pun telah mengklarifikasi hal tersebut kepada PT Liga Indonesia
Usai bertemu petinggi AFC, Yan dan Jack meluncur menuju kantor PT Liga Indonesia (PT LI). PT LI merupakan operator liga tertinggi sepak bola Indonesia, Indonesia Superliga (ISL).
Direktur Utama PT LI Joko Driyono mengatakan Yan ternyata memiliki jumlah uang yang sama dengan AFC. Kegagalan pertandingan tersebut disebabkan oleh kelalaian PSSI sebagai lembaga sponsor pertandingan tersebut.
Menurut dia, PSSI merupakan lembaga yang berperan sebagai sponsor Liga AFC dan bertanggung jawab terhadap setiap tim tamu yang berlaga di Indonesia. Oleh karena itu, PSSI harus memberikan pertanggungjawaban atas hal tersebut kepada publik Indonesia dan khususnya kepada Persipura Mania, kata Yan.
Dalam menyelidiki kejadian tersebut, Yan dan Jack memiliki dokumen dan rekaman pertemuan. Kesimpulan pemeriksaan mereka jauh berbeda dengan tudingan awal Persipura Mania. “Kami menganggap Persipura hanya sebagai alat konspirasi PSSI untuk bentrok dengan pemerintah (Kemenpora). Mereka tidak bertanggung jawab,” kata Yan.
Namun saat hendak dikonfirmasi, Ketua Harian Persipura La Siya dan Ketua Umum Benhur Tommy Manno tidak bisa dihubungi. Pesan singkat yang dikirim tidak dibalas. Ponsel keduanya tak diangkat meski terdengar nada sambung.—Rappler.com