Refleksi 100 hari kepemimpinan Ahok di Jakarta
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Hari ini, Kamis, 26 Februari, tepat 100 hari kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama. Sebagai wakil gubernur, ia menggantikan Gubernur Joko “Jokowi” Widodo, yang terpilih sebagai presiden ketujuh Indonesia pada Juli 2014.
Sosoknya sempat nyaris menuai kontroversi bahkan sebelum ia terpilih menjadi wakil gubernur pada 2012. Ia kerap melontarkan pernyataan kontroversial, melakukan tindakan yang membuat geram lawan politiknya, namun berhasil merebut hati masyarakat yang mendambakan pemimpin yang berani mendobrak budaya birokrasi di Jakarta.
Ia juga enggan menilai kinerjanya sendiri. Ia menyatakan tidak pernah menghitung sendiri nilai kinerjanya, melainkan hanya berusaha bekerja sekeras mungkin.
Saya tidak pernah hitung berapa (nilainya),” kata Ahok. “Biarlah orang lain yang menilai.”
Kebijakan dan pencapaian apa yang telah ia terapkan selama ini?
Ditolak oleh FPI
Ratusan anggota Front Pembela Islam (FPI) dan organisasi masyarakat lainnya banyak yang menolak Ahok sebagai pemimpin mereka. Alasannya? Pertama, agama Ahok. Ahok adalah seorang Kristen keturunan Tionghoa.
Kedua, dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil gubernur, perilaku Ahok terkesan arogan, kasar, dan tidak bermoral menurut FPI.
Reaksi Ahok?
“Saya terpilih menjadi Wakil Gubernur DKI karena undang-undang. Begitu pula diangkat menjadi Gubernur DKI, otomatis karena undang-undang. Jadi tidak bisa diubah begitu saja, kata Ahok.
Baca Juga: FPI Tolak Ahok Jadi Gubernur Karena Sombong dan Non-Muslim.
Ahok pun maju menjadi gubernur setelah dilantik melalui rapat anggota DPRD DKI Jakarta pada 14 November 2014. #GubernurAhok punya Topik populer dunia pada hari itu.
Selamat Pak Ahok dan selamat bekerja. #Gubernur Ahok pic.twitter.com/Gzh0sTdr2E
— RAFDAL (@Rafdal_20) 14 November 2014
Diangkat sebagai gubernur
Ahok diangkat menjadi Gubernur DKI Jakarta oleh Presiden Jokowi, mantan bosnya, pada 19 November 2014 di Istana Negara. Namun ibunda Ahok, Buniarti Ningsih mengingatkan Ahok untuk tetap berkarya karena selama ini hasil karyanya belum dirasakan banyak orang. “Jakarta masih penuh sesak, kebanjiran, dan miskin,” kata Buniarti.
(BACA: Kinerja Rendah di Mata Ibu, Ahok Ditunjuk Jadi Gubernur)
Gubernur Saingan FPI
Kekesalan FPI terhadap Ahok terus berlanjut. Sebuah forum yang menamakan dirinya Presidium Penyelamat Jakarta menunjuk warga Jatinegara, Fahrurrozi Ishaq, menjadi gubernur tandingan Ahok. ‘Gubernur’ Fahrurrozi ingin menyelamatkan aset warga Jakarta agar tidak disalahgunakan Ahok. Ia berjanji akan menjadikan Jakarta sebagai kota yang religius dan religius.
(BACA: Jakarta sambut ‘gubernur’ barunya!)
Terpilihnya Djarot sebagai wakil gubernur
Sempat menjadi teka-teki, Ahok akhirnya memilih mantan Wali Kota Blitar Djarot Saiful Hidayat sebagai cawapres di Jakarta. Salah satu alasan utamanya karena Djarot berhasil mengefektifkan birokrasi melalui dialog, cara yang ingin ia terapkan kembali di Ibu Kota.
(BACA: Contoh Djarot dan Ali Sadikin, Bisa?)
Ambil air bersih
Ahok berencana melakukannya memperoleh kepemilikan saham perusahaan air minum PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja). Menurut Ahok, selama ini pelayanan Palyja dinilai buruk oleh konsumen di Jakarta. “Mereka mengambil banyak uang dari kami, makanya kami mau membelinya,” kata Ahok.
Membangun Jakarta Smart City
Ahok menggagas ide smart city, namun bukan dengan membangun gedung dengan fasilitas yang canggih, melainkan dengan menggunakan smartphone dengan biaya yang mudah dijangkau oleh warga. Jakarta Smart City dapat digunakan untuk memantau banjir dan kemacetan, aksi premanisme, dan memperbaiki sistem perpajakan.
Lagi: Ahok membangun Jakarta menjadi Smart City melalui media sosial.
Larangan sepeda motor di jalan protokol
Tak lama setelah dilantik, pada 17 Desember 2014, Ahok mengeluarkan kebijakan kontroversial: Pembatasan sepeda motor di sepanjang Jalan Medan Merdeka Barat hingga Jalan MH Thamrin. Kebijakan yang diyakini bisa mengurangi kemacetan di jalur protokol ini menuai pro dan kontra.
(BACA: Tips Nyaman Beraktivitas di Jalur Protokol bagi Pengendara Sepeda Motor)
Rotasi PNS
Di awal tahun baru, tepatnya 2 Januari 2015, Ahok merotasi ribuan PNS dari tingkat paling bawah hingga kepala dinas. Walikota juga mengalami rotasi. Menurut dia, seleksi jabatan yang dilakukan sejak September 2014 dan rotasi ini diperlukan untuk membersihkan pemerintahannya dari pejabat yang korup dan tidak kompeten.
Ahok mengatakan pada 6 Januari 2015 bahwa pembatasan kendaraan roda empat juga akan diterapkan pada tahun 2016. Dia akan mulai mengaktifkan sistem road pricing elektronik dan melarang kendaraan berusia 10 tahun beroperasi. Solusinya? Naik bus TransJakarta.
Baca Juga: Setelah Sepeda Motor, Jakarta Berlakukan Pembatasan Pada Mobil.
Mengancam akan mengakhiri kerja sama dengan PT Monorail
rencana Ahok membatalkan kerjasama dengan PT Jakarta Monorail yang akan membangun depo monorel di atas Waduk Setiabudi dan Tanah Abang. Menurut dia, pembangunan di dua lokasi tersebut melanggar izin penggunaan ruang terbuka hijau. Padahal tiang monorel dipasang di sepanjang Jalan Rasuna Said.
Mau bayar ke Wali Kota Rp 75 juta
Ahok menaikkan tunjangan kinerja daerah untuk kepala desa menjadi Rp33 juta per bulan, camat menjadi Rp48 juta, dan walikota menjadi Rp75 juta. Hal ini mendapat kritik dari masyarakat yang merasa kinerjanya kurang maksimal.
Baca Juga: Ahok Dapat Izin Bayar Rp 75 Juta ke Wali Kota
Jakarta tidak aman? Siapkan penembak jitu
Hasil studi Safe Cities Index tahun 2015 yang dirilis oleh Economist Intelligence Unit (EIU) menyebutkan bahwa Jakarta merupakan kota paling tidak aman di dunia. Solusinya menurut Ahok? Memasang CCTV, menyediakan 300 sepeda motor untuk aparat keamanan, dan melatih penembak jitu. “Kami akan mengawasi setiap sudut dengan penembak jitu. Kita bisa melumpuhkan segala hal jika kita bersenjata. “Berani saja menembak apa saja,” kata Ahok.
Vee dengan Menteri Susi
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mempertanyakan hal tersebut izin daur ulang pantai utara, Pluit, Jakarta Utara. Izin tersebut dikeluarkan Ahok, namun menurut Susi, seharusnya izin tersebut dikeluarkan oleh kementeriannya, bukan oleh kepala daerah.
Jakarta kembali kebanjiran
Jakarta kembali dilanda banjir tahunan. Namun di tengah banyaknya keluhan banjir di Jakarta, Ahok dinobatkan sebagai kepala daerah terbaik di Indonesia. Ia pun meminta maaf kepada warga yang tidak berhasil menangani banjir.
Puncaknya, Ahok kembali terlibat perselisihan dengan anggota DPRD yang mengancam akan mengajukan hak penyidikan yang bisa memakzulkan Ahok. Akar persoalan ini bermula saat pembahasan APBD 2015.
(BACA: Polemik APBD 2015: DPRD Ancam Akan Tuntut Ahok)
—Dengan laporan dari Raphaella/Rappler.com