Saran warganet untuk menghentikan #IntoleransiDanRadikalisme
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Kasus intoleransi dan radikalisme belum hilang di Indonesia. Apa saran netizen untuk mengatasi hal tersebut?
JAKARTA, Indonesia – Kasus intoleransi dan radikalisme di Indonesia masih tinggi. Data Wahid Institute menunjukkan 158 kasus pelanggaran kebebasan beragama terjadi di Indonesia pada tahun 2014. Sementara itu, BNPT menyebutkan ada beberapa WNI yang bergabung dengan ISIS.
Rappler mengumpulkan pendapat dari berbagai perwakilan korban intoleransi, tokoh keberagaman dan netizen dalam diskusi melalui Twitter tentang #IntoleranceAndRadicalism.
Berikut beberapa saran dan pendapat dari netizen dan sumber mengenai hal tersebut:
1. Pemerintah akan lebih tegas
.@RapplerID Jokowi terus memimpin RI selama 5 bulan. Saya masih belum berani mengatakan ‘Anda tidak memerlukan dukungan kelompok konservatif’ #IntoleransiDanRadikalisme
— Prada (@adimuliapradana) 11 April 2015
Sudah waktunya, Pak @jokowi_do2 berani menjunjung konstitusi dengan cara apa pun. Dia melakukannya terhadap kepala desa Susan.”@RapplerID: akhir saran #IntoleransiDanRadikalisme
— Bona Sigalingging (@bonasays) 11 April 2015
2. Radikalisme karena kurangnya rasa cinta
@rapplerid @alissawahid Radikalisme lahir akibat sifat antisosial yang bermula dari kurangnya kasih sayang keluarga dan lingkungan yang kurang humanis.
— Fernando (@R3NO_) 11 April 2015
3. Negara tidak boleh mencampuradukkan agama dengan politik
@RapplerID Intoleransi bisa berkurang jika negara berhenti mencampuradukkan agama dan politik. Selama ini isu agama erat kaitannya dengan politik lokal
— firdausmubarik (@FirdausMubarik) 11 April 2015
.@RapplerID selama edisi ‘Z’ orang A mengenakan ‘pakaian’ pesta. Namun pada edisi ‘N’, si A mengenakan ‘baju’ ormas. Lompatan identitas ini membingungkan
— Prada (@adimuliapradana) 11 April 2015
4. Pemerintah harus mengantisipasi radikalisme, bukan panik nantinya
“@RapplerID: Aneh kalau ada negara baru yang rugi ketika kecenderungan intoleransi berubah menjadi “radikalisme”. #IntoleransiDanRadikalisme
— Bona Sigalingging (@bonasays) 11 April 2015
5. Mari belajar melawan diskriminasi dari film
@bonasays @RapplerID Film Selma berhasil menjelaskan perjuangan melawan segregasi dan diskriminasi di Alabama.
— Todung Mulya Lubis (@TodungLubis) 11 April 2015
6. Pendidikan agama yang baik dan benar
@RapplerID pendidikan warga negara dan penguatan kebudayaan, penguatan demokrasi, undang-undang yang mengutamakan hak warga negara, penegakan hukum.
– Alissa Wahid (@AlissaWahid) 11 April 2015
Nah, peran rumah islami adalah untuk membasmi radikalisme dengan cara menanamkan pendidikan dan nilai-nilai seperti pada masa lalu @RapplerID @AlissaWahid
– Dn Ans Hoki (@dnanshoki) 11 April 2015
7. Inilah peran media
@RapplerID media dan jurnalis terbukti mendorong pembunuhan, seperti di Rwanda, bisa dihukum….
— Ahmad Junaidi (@Alex_Junaidi) 11 April 2015
@RapplerID Akan selalu ada media yang mengajarkan intoleransi, dan pasti ada juga yang mendukung toleransi. Akan terjadi perdebatan..
— Ahmad Junaidi (@Alex_Junaidi) 11 April 2015
8. Para pemimpin agama menyebarkan perdamaian
@RapplerID Mari kita bekerja sama menciptakan suasana damai dalam kehidupan beragama, menjaga keadilan universal yang tidak memihak.
— Berita Ahmadiyah (@Berita Ahmadiyah) 11 April 2015
.@RapplerID (Solusi) Kunci utama: semakin banyak pemahaman ulama bahwa ISIS & segala radikalisme itu salah. Ya, tidak semua orang bisa setuju. Tapi pasti ada lebih banyak lagi
— Prada (@adimuliapradana) 11 April 2015
9. Mencabut peraturan yang diskriminatif
Korban tidak butuh hukum, yang kita butuhkan adalah penegakan hukum dan pencabutan peraturan yang diskriminatif! @RapplerID @lukmansaifuddin @WartaAhmadiyah
— firdausmubarik (@FirdausMubarik) 11 April 2015
10. Undang-undang baru mengenai komunitas keagamaan masih belum jelas
PNPS 1/65, Bakorpekem, PB Rumah Ibadah, SKB Ahmadiyah. Menaruh harapan pada hukum ibarat membeli tiket lotre yang (dulu) selalu merugi. @RapplerID
— firdausmubarik (@FirdausMubarik) 11 April 2015
11. Jangan hanya menyalahkan tempat tinggal Islam dan Islam
Nah, negara kurang peka terhadap strategi kelompok radikal, setidaknya dalam satu dekade terakhir, yang mengatasnamakan tempat tinggal Islam. @RapplerID @AlissaWahid
– Dn Ans Hoki (@dnanshoki) 11 April 2015
Secara khusus, para ulama dan kiai pesantren tak henti-hentinya berupaya meredam bahkan menghilangkan potensi radikalisme melalui pendidikan pesantren. @RapplerID @AlissaWahid
– Dn Ans Hoki (@dnanshoki) 11 April 2015
12. Hibur diri Anda dan lakukan karya bhakti untuk takfiri takfiri
@AlissaWahid @RapplerID bernyanyi, menari, mengecat rumah dengan warna-warni, membersihkan selokan dan jalan dari sampah, cara yang baik untuk melawan takfiri…
— Bernie (@Berniebinriga) 11 April 2015
Ada saran lain? — Rappler.com