• October 8, 2024
‘Saya merasakan kemarahan orang-orang’

‘Saya merasakan kemarahan orang-orang’

Presiden Indonesia yang akan segera habis masa jabatannya menyampaikan kekhawatiran mengenai demokrasi di Indonesia pada Forum Demokrasi Bali ke-7

BALI, Indonesia – Pada pembukaan Forum Demokrasi Bali ke-7 pada hari Jumat, 10 Oktober, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan isu kontroversial yang menimbulkan kekhawatiran terhadap keadaan demokrasi di Indonesia.

“Saya ingin menegaskan bahwa saya menolak undang-undang yang menghapuskan pemilu lokal langsung,” kata Yudhoyono kepada delegasi dari 85 negara dalam pernyataan pembukaannya, seraya menambahkan bahwa “sekali Anda memberikan hak pilih langsung, Anda tidak dapat menariknya kembali.”

Undang-undang tersebut, yang disahkan secara kontroversial pada dini hari tanggal 26 September, menghilangkan hak masyarakat Indonesia untuk memilih gubernur, wali kota, dan bupati secara langsung. Hak ini dikembalikan kepada legislatif daerah, kembali ke sistem yang berlaku sebelum reformasi pasca-Suharto dilaksanakan.

Sebelas dari 14 organisasi masyarakat sipil yang diundang ke forum demokrasi, serta Forum Masyarakat Sipil Bali yang diadakan dua hari sebelumnya, menolak undangan mereka sebagai protes terhadap undang-undang tersebut.

“Kita tidak perlu membicarakan demokrasi dalam acara-acara seremonial, ketika hak rakyat untuk memilih pemimpinnya dicabut,” kata Persatuan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) dalam cuitannya yang mengumumkan penolakan mereka terhadap forum tersebut.

Jaringan Demokrasi Asia yang berbasis di Seoul juga mengatakan undang-undang tersebut “berdampak negatif terhadap reputasi Indonesia sebagai pemimpin demokrasi di Asia dalam beberapa tahun terakhir”.

Presiden yang akan segera habis masa jabatannya, yang ikut disalahkan atas pengesahan undang-undang tersebut, mengatakan bahwa ia memahami dan menyadari sepenuhnya bahwa masyarakat masih menginginkan pemilu langsung, mengutip survei selama 3 tahun terakhir yang secara konsisten menunjukkan hasil tersebut.

“Saat DPR mengesahkan undang-undang tersebut, saya merasakan dan menerima kemarahan masyarakat,” ujarnya dalam siaran pers usai pembukaan.

“Mungkin mereka marah kepada saya karena saya tidak bisa mencegahnya,” katanya, namun menambahkan bahwa “mereka juga seharusnya marah kepada mereka yang menginginkan pemilu tidak langsung.”

Dia merujuk pada partai-partai Koalisi Merah Putih yang terkait dengan kekalahan calon presiden, Prabowo Subianto, yang menguasai mayoritas di legislatif dan mendorong penerapan undang-undang tersebut.

Namun, para pengkritik menyatakan bahwa aksi mogok kerja pada malam pemungutan suara pleno yang dilakukan oleh Partai Demokrat yang mengusung Yudhoyono – faksi terbesar di DPR pada saat itu, yang memiliki kekuasaan untuk memutuskan bagaimana hasil pemungutan suara –lah yang memungkinkan undang-undang tersebut disahkan. .
Kritikus juga mempertanyakan mengapa Yudhoyono tidak memerintahkan Kementerian Dalam Negeri, yang pertama kali memperkenalkan RUU tersebut, untuk menarik RUU tersebut dari DPR.

Sebaliknya, Yudhoyono terlihat terlibat dalam pengendalian kerusakan ketika masyarakat Indonesia yang marah membuat tagar Twitter #ShameOnYouSBY menjadi trending topik global beberapa jam setelah undang-undang tersebut disahkan.

Pada tanggal 2 Oktober, Yudhoyono mengeluarkan peraturan pemerintah khusus pengganti undang-undang – disebut Perppu – yang membatalkan undang-undang tersebut. Namun rancangan undang-undang tersebut masih harus diajukan ke DPR yang dikuasai Prabowo untuk mendapat persetujuan.

Forum untuk berbagi, bukan ceramah

Forum Demokrasi Bali, yang dimulai oleh Yudhoyono – presiden pertama Indonesia yang terpilih secara demokratis – pada tahun 2008, dipandang sebagai platform untuk menunjukkan transisi negara menuju demokrasi. Namun presiden Indonesia menekankan bahwa forum tersebut dirancang sebagai forum untuk berbagi, bukan ceramah.

“TBali Democracy Forum selalu mengingatkan kita bahwa tidak ada satu model demokrasi, tidak ada pendekatan universal yang bisa diterapkan. Tentu ada nilai-nilai universal yang harus dimiliki oleh sebuah demokrasi, apapun modelnya,” ujarnya.

Ada 3 unsur penting dalam demokrasi, katanya: Ppembangunan politik, kemajuan sosial-ekonomi dan partisipasi masyarakat. “3 ini tidak bisa dipisahkan,” ujarnya.

“Demokrasi tanpa pembangunan politik ibarat berjalan di atas treadmill, tidak kemana-mana,” ujarnya seraya menambahkan di sana akan ada ketidakpuasan tanpa kemajuan sosio-ekonomi, dan “demokrasi tanpa partisipasi masyarakat adalah hampa”.

Itu Forum ini merupakan forum terakhir Yudhoyono sebelum ia mengundurkan diri pada tanggal 20 Oktober dan menyerahkan kekuasaan kepada Joko “Jokowi” Widodo, yang terpilih dalam pemilihan presiden yang paling memecah belah yang pernah ada di negara ini.

“Tidak ada yang mengatakan demokrasi itu mudah,” kata Yudhoyono, menggambarkan pemilu baru-baru ini sebagai hal yang mudah mahal, melelahkan, rumit dan emosional. Namun dia menambahkan, Indonesia masih akan menunjukkan peralihan kekuasaan yang aman dan damai dalam 10 hari. – Rappler.com

HK Prize