Segalanya lebih indah dengan hijab
- keren989
- 0
Namaku Nalia Rifika dan inilah kisah hijabku. Ayah dan Ibu saya berasal dari Aceh. Hampir seluruh wanita keluarga besar saya berhijab. Ayah dan ibu sering bertanya kapan aku akan berhijab, apalagi sepulang kuliah.
Tapi jawabanku selalu sama “Nanti ya, Ayah, kalau Sudah sukses menjadi pembaca berita.” Ya, sejak saya kuliah di D3 Penyiaran Universitas Indonesia, saya bercita-cita menjadi pembaca berita di TV swasta.
Bahkan ketika saya mengambil gelar sarjana Hubungan Internasional di universitas yang sama, saya masih ingin menjadi pembaca berita dan mempertahankan dua kuliah sekaligus. Saat itu, saya berpikir akan memakai hijab baru di pesta pernikahan.
Namun, pada tahun 2010, setelah lulus BA dan bekerja sebagai jurnalis Tempo, saya tidak lagi berambisi menjadi pembaca berita. Selagi saya bekerja sebagai jurnalis, saya juga sedang mempersiapkan pernikahan di bulan Desember.
Saat itulah saya mulai berpikir untuk memakai hijab sebelum hari pernikahan. Alasannya besar secara sederhana “Kalau akad nikah dan resepsi pakai jilbab, tapi difoto sebelum pernikahan“Dia tidak berhijab,” pikirku saat itu.
Karena saya baru menjadi jurnalis, saya dipindahkan ke posisi reporter setiap 3 bulan sekali. Momen dalam gulungan Pada bulan Mei, saya sebelumnya melapor ke Kementerian Keuangan sehingga harus menjaga pos di Mabes Polri.
Saat itu aku tiba-tiba berpikir ini saat yang tepat untuk berhijab, karena berganti pekerjaan berarti aku akan bertemu dengan teman-teman jurnalis yang berbeda, sehingga aku tidak perlu mendapat pertanyaan dari orang-orang yang terkejut dengan keputusanku untuk tidak berhijab. jilbab. Hehe.
Jadi, pada malam tanggal 1 Mei 2010, aku bertanya kepada calon suamiku “Ka’, atau besok kalau kita bertemu, ade’ Gunakan bagaimana dengan jilbabnya?” Dan alhamdulillah calon suami saya saat itu sangat mendukung.
Jadi, tanpa persiapan apa-apa, pada tanggal 2 Mei 2010, saat aku ingin jalan-jalan bersama calon suamiku, aku terlebih dahulu pergi ke kamar ibuku untuk meminjam ciput dan hijabku. Saat bertemu dengan calon suaminya yang sudah berhijab, dia hanya tersenyum dan berkata “cantik”.
Di hari yang sama, saya tidak sengaja bertemu dengan seorang rekan yang kaget melihat saya berhijab, tapi berkata, “Cocok banget, Fik. Gunakan jilbab.”
Keberkahan hijab
Dari sebelum saya berhijab, tepatnya sejak saya menulis skripsi, saya memulainya blog yang berisi lebih banyak tentang bagian peralatanatau lebih sering disebut blogger modemeskipun aku juga tidak memahami mode dan itu tidak bisa dikatakan modis Juga.
Setelah berhijab, saya menginap blog dan mulai mencari inspirasi di blogger kerudung Pada waktu itu blogger yang berhijab masih sangat jarang. Tapi satu hal yang sangat membantu adalah syal jilbab .
Saya juga memulai dari blog itu Ya ada Dian Pelangi, Ria Miranda, Jenahara dan muslimah lainnya yang sangat inspiratif. Saat itu, saya tidak pernah menyangka bisa bertemu langsung dengan mereka bahkan membentuknya jilbab masyarakat seperti sekarang.
Allah SWT mempertemukanku dengan teman-teman yang subhanallah ramah dan seperti keluarga yang sangat dekat, padahal bisa dibilang kami semua baru saja bertemu. Setelah bertemu mereka, saya juga mulai memperbaiki cara saya berpakaian dan belajar banyak tentang hal-hal lain. Ini semua sebenarnya karena keberkahan berhijab.
Tidak ada “jilbab dulu”
Seringkali kata-kata tersebut diucapkan oleh para wanita yang ditanya kapan ingin berhijab. Bisa dibilang saya sangat menentangnya atau kata-kata itu karena menurutku itu hanya cara orang saja ngiler karena dia tidak ingin memakai jilbab, padahal dia mungkin tidak terpikir untuk memakai jilbab.
Saya lebih suka mendengar jawabannya langsung ke intinya seperti “belum siap pakai jilbab” karena menurut saya tidak ada cara untuk menutupi hati. Bahkan sebelum saya berhijab, saya tidak pernah menggunakan alasan ingin jilbab Berhati-hatilah saat pertama kali ditanya kapan ingin berhijab.
Saran saya, bagi yang belum berjilbab, jangan hanya beralasan ingin menutup hati, tapi usahakan menutup badan terlebih dahulu. Berjilbab bukan berarti hati kita harus bersih dan menjadikan kita seperti bidadari yang tidak berdosa. Tapi Insya Allah dengan berhijab tentunya kita akan terpacu untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, karena saya sendiri yang merasakannya.
Saya yakin kesiapan seseorang berhijab berbeda-beda. Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk berhijab. Berdasarkan pengalaman, beberapa anggota keluarga dan teman yang memakai hijab karena paksaan akhirnya mencabut atau melepasnya seluruhnya.
Yang bisa kita lakukan adalah meyakinkan mereka yang belum berhijab bahwa berhijab justru membuat kita lebih nyaman dan segalanya menjadi semakin indah setelah berhijab. Insya Allah inilah janji Allah SWT kepada orang-orang yang menjalankan perintah-Nya
Jilbab syar’i
Alhamdulillah selama Ramadhan 2013 saya dibimbing oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mendekati 2 minggu terakhir bulan Ramadhan, saya memutuskan untuk mulai memakai hijab yang menutupi dada dan berhenti memakai celana.
Namun beberapa bulan sebelumnya saya memutuskan untuk memakai kaos kaki. Memang benar letak kaki di bawah, terkadang tidak terlihat atau terlihat sedikit karena ditutupi dengan sandal atau sepatu, namun bagaimanapun juga kaki adalah bagian intim yang wajib ditutupi.
Saya ingat, saat itu, teman saya sekaligus desainer ternama Dian Pelangi mengadakannya tantangan foto selama bulan Ramadhan dan tema hari ke 23 adalah hijab yang menutupi dada.
Dan seingat saya Saat itulah saya memutuskan untuk memakai hijab yang lebih menutupi dada. Prosesnya juga tidak mudah digunakan khimar lama, tapi saat itu saya masih menggunakannya selendang Yang diperluasatau lebih jilbab Paris secara sederhana dan menutupi dadamu. Dan sejak itu saya mulai belajar seperti yang selalu saya gunakan selendang 2 lapis kalau bahannya cerutu dan transparan seperti kerudung paris.
Pokoknya saya terus berusaha memperbaiki diri. Alhamdulillah saya punya teman-teman yang sangat inspiratif dan sudah hijrah ke hijab islami, seperti misalnya Fitri Dan Ghaida. Saya belajar banyak dari mereka.
Hal lain yang memantapkan hati saya untuk hijrah adalah ketika saya membaca buku Ayo Pakai Hijab! dari Ustadz Felix Y. Siauw. Benar-benar Sebuah buku yang sangat saya rekomendasikan untuk dibaca oleh seluruh wanita muslim.
Namun, yang terpenting dan yang membuat saya merasa nyaman melakukan hal ini adalah dukungan penuh dari pria itu. Alhamdulillah saya mempunyai suami yang membuat saya semakin dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Banyak pria lain yang mungkin tidak ingin istrinya menggunakannya gunung atau berhijab panjang karena takut istrinya terlihat tua, tidak demikian halnya dengan suami.
Suami saya bahkan sangat senang dengan keputusan saya. Suami saya suka melihat hijab saya yang panjang dan menutupi dada dan tidak lagi memakai celana. Ya, itulah yang membuat saya merasa percaya diri untuk bergerak.
Dan percayalah, hijab syar’i tidak menghalangi aktivitas apapun yang Anda lakukan. Saya membuktikannya. Saya masih memakai hijab syar’i jika ke pantai, bepergian yang mengharuskan kita naik turun tangga dan angkutan umum, bahkan saat menonton konser. Ya, itu tergantung niat kita dan ketabahan hati kita. Jika saya bisa, saya yakin Anda juga bisa.—Rappler.com