• October 5, 2024

Sejarah hubungan partai Islam dan komunis sebelum tragedi 1965

JAKARTA, Indonesia — Persaingan antara partai Islam dan partai komunis di Indonesia memanas pada awal tahun 1954, setahun sebelum pemilu 1955 digelar. Konflik keduanya rupanya tidak hanya melibatkan anggota partai, tapi juga dua negara adidaya, Amerika Serikat dan Uni Soviet (saat ini Rusia). .

Sejarah keduanya juga mengungkap bagaimana persaingan politik tidak mempengaruhi “persahabatan” antara dua petinggi partai tersebut. Bagaimana hal itu terjadi?

Berikut kronologi hubungan partai Islam terbesar di Indonesia saat itu, Partai Majelis Syuro Muslim Indonesia (Masyumi) dan Partai Komunis Indonesia (PKI) sebelum tragedi 1965 terjadi, yang berdasarkan tulisan sejarawan adalah diambil. Bonnie Triyana masuk Majalah Sejarah.

Bentrok di lapangan

Pada pertengahan Mei 1954, Partai Masyumi mengadakan acara besar di Malang, Jawa Timur, untuk bersaing dengan sidang umum PKI di lokasi yang sama.

Kedua partai masing-masing mengerahkan massanya ke Alun-Alun Malang. Bahkan massa Masyumi yang datang dari Surabaya dan Malang berbaur dengan ribuan anggota PKI yang menunggu kehadiran Ketua PKI DN Aidit dan Eric Aarons, wakil Partai Komunis Australia yang juga diminta ‘berpidato.

Suasana di sana mencekam, ditambah lagi terlihat spanduk terbentang tak jauh dari podium tempat Aidit berpidato. “Mengutuk teror perampok Masyumi-BKOI,” demikian bunyi tulisan di spanduk tersebut. BKOI merupakan badan koordinator organisasi Islam.

Spanduk tersebut menanggapi demonstrasi Masyumi-BKOI di Jakarta pada 28 Februari 1954 yang berakhir ricuh dan menewaskan perwira TNI Kapten Supartha Widjaja.

Emosi kedua massa akhirnya terbangun setelah Aidit menyampaikan pidatonya. Dalam pidatonya, Aidit mengatakan:

“Nabi Muhammad SAW bukan milik Masyumi, keimanannya jauh lebih baik dari Masyumi. Memilih Masyumi ibarat berdoa agar seluruh dunia masuk neraka. Masuk Masyumi haram, masuk PKI halal.”

Massa Masyumi berteriak, “Bohong…. tidak benar…ingat (kejadian) Madiun,” seperti dikutip Majalah Historia dari harian Abadi, 17 Mei 1954.

Massa Masyumi kemudian muncullah sekelompok orang, mengelilingi podium tempat Aidit berdiri. Mereka menuntut Aidit menarik kembali kata-katanya.

Aidit menurutinya. “Maaf. Saya hanya ingin mengatakan bahwa PKI tidak anti agama,” ujarnya.

Namun, semuanya sudah terlambat. Pertemuan itu berakhir dengan kekacauan. Massa Masyumi menangkap seluruh ciri kampanye PKI.

Menurut Remy Madinier, penulis buku tersebut Partai Masyumi: Diantara godaan demokrasi dan Islam integral, Peristiwa di Malang ini merupakan bentrokan terbesar antara Masyumi dan PKI sepanjang tahun 1954. Meski pemilu pertama sejak kemerdekaan baru dilaksanakan setahun kemudian, iklim politik sudah memanas jauh sebelum itu.

‘Antek Amerika Serikat dan Uni Soviet’

Dalam sejarahnya, PKI menuding Masyumi sebagai antek Amerika Serikat. Masyumi tidak mau kalah. Mereka membalasnya dengan menuduh PKI sebagai partai agen asing yang mengincar Rusia.

Ketua Masyumi Cabang Jawa Barat, Isa Anshary turut membentuk Front Anti Komunis, a mendasari sebuah pihak yang keberadaannya tidak pernah diakui secara resmi. Melalui Front Anti Komunis, Isa menggalang massa untuk melawan propaganda PKI.

Boyd R. Compton, seorang peneliti Amerika, bertemu Isa pada bulan Maret 1955. Dalam pertemuan itu, Isa meminta pendapat Boyd tentang organisasi antikomunis yang berbasis di New York yang menawarkan bantuan kepadanya.

“Dia mengungkapkan kesulitannya dalam mencari dana untuk menerbitkan majalah anti-Komunis,” kata Boyd tentang Isa dan Front Anti-Komunisnya.

Kisah inilah yang menjadi dasar PKI Masyumi mengincar Amerika Serikat.

Di sisi lain, Perdana Menteri Indonesia saat itu (1947-1948) disebut-sebut merupakan pendukung PKI dan diduga memiliki hubungan dekat dengan Rusia.

Suhu politik pada tahun 1948 pun memanas, terutama ketika Amir mendirikan Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang dibarengi dengan kedatangan tokoh PKI Musso dari Moskow ke Yogyakarta pada Agustus 1948.

Rentetan peristiwa politik pada akhir tahun 1948 berujung pada peristiwa Madiun.

Perang media

Bukan hanya simpatisan dan tokoh politik, media massa mendasari Kedua pihak juga berselisih melalui headline berita mereka. Masyumi dengan Majalah Hikmah dan surat kabar Abadi, serta PKI dengan Harian Rakjat.

Majalah Hikmah mempunyai kolom “Kawan dan Lawan” yang selalu menyerang PKI. Dalam tajuk rencana tanggal 15 Januari 1955, Hikmah mengumumkan keputusan rapat dewan syuro Partai Masyumi yang menyatakan pengikut komunisme adalah bidah.

“Seorang Muslim yang mengikuti komunisme atau organisasi komunis… adalah bid’ah.”

Demikian diberitakan Majalah Hikmah merujuk pada keputusan sidang dewan syuro Masyumi, 23-24 Desember 1954.

Harian Rakjattak tak mau kalah melancarkan serangannya. Pada bulan Maret 1954, surat kabar tersebut menuduh Masyumi sebagai partai penyebar teror yang tidak demokratis.

Tak jarang mereka juga langsung mengkritisi surat kabar Abadi sebagai surat kabar yang “membalikkan keadaan”, tulis redaksi Harian Rakjat pada 2 Maret 1954.

Natsir dan Aidit mengunjungi warung tersebut

Meski demikian, konflik kedua pihak bukan berarti pemimpin mereka tidak akur. Buktinya, pendiri Partai Masyumi Mohammad Natsir dan tokoh PKI DN Aidit kerap mengunjungi warung makan bersama.

Natsir sendiri menceritakan hal tersebut saat bertemu dengan advokat senior Adnan Buyung Nasution saat wawancara untuk disertasinya di Universitas Utrecht, Belanda. Adnan bercerita tentang persahabatan Natsir dan Aidit.

“Mereka bisa berdebat keras di gedung parlemen, tapi kalau di luar, mereka minum teh bersama di warung seolah-olah tidak terjadi apa-apa,” kata Adnan.

Konflik PKI versus Masyumi berakhir ketika Presiden Sukarno membubarkan Masyumi melalui Keputusan Presiden No. 200 Tahun 1960. Keterlibatan Masyumi dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) menjadi alasan pemerintahan Soekarno membubarkan partai tersebut.

Lima tahun kemudian, terjadi pembantaian massal yang diduga melibatkan anggota dan simpatisan PKI. Di Pulau Jawa, misalnya, pihak militer mendorong mahasiswa Islam untuk mencari anggota dan pendukung PKI di kalangan masyarakat Awas Jawa..—Rappler.com

BACA JUGA:

sbobet wap