• October 9, 2024
Semangat baru pahlawan Indonesia masa kini

Semangat baru pahlawan Indonesia masa kini

JAKARTA, Indonesia — Soe Tjen Marching bisa bernapas lega, setidaknya untuk saat ini. Sebelum Hari Pahlawan tahun 2013, Soe Tjen membuat petisi online di change.org yang menolak pencalonan mantan Panglima RPKAD 1965-1967 Sarwo Edhie Wibowo menjadi pahlawan nasional.

Soe Tjen yang merupakan anak korban tahanan politik (tapol) pada tahun 1965 menggalang dukungan melalui petisinya yang bertajuk “Jangan jadikan Sarwo Edhie sebagai pahlawan”.

“Saya ingin laporkan bahwa Sarwo Edhie gagal menjadi pahlawan nasional tahun ini. “Presiden Jokowi membatalkan usulan era presiden (Susilo Bambang Yudhoyono) untuk mencantumkan nama mertuanya sendiri,” tulis Soe Tjen dalam siaran pers yang diperoleh Rappler.com.

“Saya yakin jatuhnya wacana Sarwo Edhie sebagai pahlawan tidak lepas dari suara kalian semua,” lanjutnya seraya menambahkan bahwa petisinya kini telah mengumpulkan hampir 7.000 tanda tangan.

Sebagai salah satu petinggi militer Indonesia saat itu, Sarwo Edhie diduga membunuh ratusan ribu warga sipil yang diduga pengikut atau simpatisan komunis. Sejarah kelam periode 1965-1966 menyaksikan jutaan warga Indonesia yang dianggap komunis atau kerabat komunis dibunuh, dipenjara, dan disiksa tanpa pengadilan.

Banyak di antara mereka yang dibuang ke pengasingan dan masih belum mendapatkan hak politik sebagai warga negara Indonesia. Perkiraan jumlah korban tewas dalam insiden tersebut bervariasi antara 500.000 dan 2 juta. Bahkan hingga saat ini, keluarga dan keturunan tapol masih hidup dalam teror dan ketakutan.

Joshua Oppenheimer, sutradara film “The Act of Killing” (“Butcher”) dan “The Look of Silence” (“Senyap”) yang baru saja dirilis, yang mengangkat tema ini dari sudut pandang pelaku dan korban, pernah berkata: ” Sarwo Edhie adalah salah satu arsitek kejahatan ini. Penetapannya sebagai pahlawan nasional merupakan pernyataan kepada dunia bahwa Indonesia akan terus menjadi negara yang penuh dengan ketakutan, korupsi, dan kekerasan.”

4 pahlawan baru

Menyambut Hari Pahlawan yang jatuh pada Senin, 10 November 2014, Presiden Joko “Jokowi” Widodo menganugerahkan gelar pahlawan kepada empat orang yang dianggap mengharumkan nama bangsa pada Jumat (7/11) di Kompleks Istana Negara. .

Upacara digelar di Istana Negara dan dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla serta sejumlah menteri kabinet kerja. Upacara diawali dengan menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dan dilanjutkan dengan mengheningkan cipta.

Protokol Istana kemudian Keputusan Presiden No. 115/TK/2014 tentang Penerima Gelar Pahlawan Nasional dalam rangka Hari Pahlawan Tahun 2014. Kemudian Presiden Jokowi memberikan tanda jasa kepada ahli waris penerima gelar pahlawan nasional.

Keempat nama ini telah disetujui dalam rapat paripurna dewan gelar pahlawan nasional, kata Khofifah Indar Parawansa, Menteri Sosial, Kamis (6/11).

Keempat nama tersebut adalah:

1. Purnawirawan Letjen TNI Djamin Ginting yang merupakan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia menjadikan wilayah komandonya di Sumatera Utara sebagai basis operasi pasukan pemerintah untuk menyerang tentara lawan.

2. Sukarni Kartodiwirjo yang merupakan pejuang kemerdekaan Indonesia dan berperan dalam merumuskan teks proklamasi serta mendorong Bung Karno dan Bung Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan.

3. Mayjen HR Mohammad Mangundiprojo yang merupakan pimpinan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan berjasa dalam revolusi di Surabaya.

4. KH Abdul Wahab Hasbullah yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama.

Menurut Direktur Jenderal Perlindungan Sosial dan Pengentasan Kemiskinan, Hartono Laras, keempat nama tersebut disaring dari sekian banyak nama oleh tim peneliti di Kementerian Sosial.

Lalu ada 4 yang kita serahkan ke presiden melalui dewan gelar pahlawan nasional, ujarnya. “Kami harus mengkaji sejarah pertarungan dan ada persyaratan umum dan persyaratan khusus, misalnya bertarung sepanjang hidup Anda.”

JK memimpin upacara

Jusuf Kalla memimpin upacara peringatan Hari Pahlawan Nasional di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta pada Senin (10/11). Ia didampingi istri dan beberapa menteri kabinet kerja.

“Pahlawan sekarang berbeda dari sebelumnya. “Sekarang kita memajukan bangsa, memajukan perekonomian, memajukan pendidikan,” kata Kalla kepada wartawan, Senin.

Jadi pahlawan bukan lagi pahlawan perang, tapi guru juga pahlawan, pengusaha juga pahlawan, pejabat juga pahlawan kalau baik, lanjutnya.

Sementara itu, ribuan warga Surabaya yang juga dikenal sebagai Kota Pahlawan menggelar parade pada Minggu (9/11) dengan mengenakan kostum pejuang dan pakaian adat nasional.

Mereka diberangkatkan secara konvoi oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dari Jalan Pahlawan yang melewati sejumlah jalan protokol dan berakhir di Balai Kota Surabaya.

Risma mengatakan, parade peringatan Hari Pahlawan digelar untuk mengenang perjuangan para pahlawan Indonesia yang melawan serangan pasukan sekutu Inggris yang hendak menjajah Indonesia pada tahun 1945.

“Momen perjuangan yang dilakukan bahtera Suroboyo saat itu memang berbeda dengan kota lain. “Agar anak-anak kita tahu bahwa perjuangan itu dicapai dengan cara yang tidak mudah dan mengorbankan jiwa dan raga,” ucap Risma sengit.

Menjadi trending topik di Twitter

Tak hanya peringatan di jalanan kota-kota besar di Indonesia, Hari Pahlawan juga diperingati oleh para pengguna media sosial. Netizen yang mengucapkan “Selamat Hari Pahlawan” di Twitter menjadikannya salah satunya Topik populer di dunia ini.

—Rappler.com


login sbobet