Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Indonesia menghadapi ketidakpastian yang panjang setelah perselisihan pemilihan presiden minggu lalu hingga hasilnya diumumkan pada tanggal 22 Juli. Pertumbuhan ekonomi utama di Asia Tenggara berada pada titik terendah dalam empat tahun terakhir, investasi asing melambat dan korupsi masih merajalela. Setelah kampanye yang sengit, Gubernur Jakarta Joko Widodo dan saingannya, mantan jenderal Prabowo Subianto, menggunakan penghitungan tidak resmi untuk mengklaim kemenangan. Penghitungan yang paling kredibel menunjukkan bahwa Jokowi memimpin, sehingga memicu lonjakan harga saham dan nilai tukar rupiah, namun euforia awal dengan cepat memudar. Pasar saham Jakarta turun sebanyak 2% pada hari berikutnya, dan melemah 1,3% pada penutupan, karena investor khawatir akan kebuntuan yang berkepanjangan. Para investor lebih menyukai Jokowi, yang dipandang sebagai calon reformis dan pemimpin yang bersih, sementara Prabowo memiliki sikap yang sangat nasionalistis terhadap investasi asing.
Baca cerita selengkapnya di Rappler.
Baca selengkapnya tentang Jokowi dari tim Rappler yang meliput pemilu Indonesia.
Baca lebih lanjut tentang Probowo dari tim Rappler.
Bagaimana perasaanmu?
Sedang memuat