• November 24, 2024
Supaya fraksi berebut, DPD meminta paripurna segera memilih pimpinan MPR

Supaya fraksi berebut, DPD meminta paripurna segera memilih pimpinan MPR

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Koalisi Merah Putih ingin mengubah tata tertib MPR, agar DPD bisa mencalonkan lebih dari satu pemimpin MPR. Sementara itu, Koalisi Indonesia Raya meminta agar proses persidangan tetap dilanjutkan dengan menjadwalkan pemilihan MPR.

JAKARTA, Indonesia – Kelompok Kerja DPD RI di MPR RI mengimbau pimpinan sidang pleno MPR segera melaksanakan agenda pemilihan pimpinan MPR. DPD menegaskan tidak ingin menggelar rapat gabungan lagi karena sudah memiliki satu calon pimpinan MPR yang mewakili DPD.

Hal itu disampaikan Sekretaris Kelompok Kerja DPD RI M. Asri Anas di sela-sela penghentian sementara sidang paripurna MPR yang digelar di Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa (7/10). Asri menyatakan, DPD secara konstitusional mengadakan rapat internal untuk menentukan calon pimpinan MPR DPD.

“Kami sudah menetapkan satu calon pimpinan DPD, tidak ada yang lain,” kata Asri. Dalam pemungutan suara penentuan pimpinan MPR di DPD, anggota DPD Oesman Sapta terpilih sebagai calon tunggal, setelah memperoleh suara terbanyak.

Proses paripurna dibombardir dengan interupsi antarfraksi DPR di MPR. Fraksi MPR Koalisi Merah Putih ingin mengubah tata tertib (tatib) MPR agar DPD bisa mencalonkan lebih dari satu pemimpin MPR. Sementara itu, Fraksi MPR dari Koalisi Indonesia Raya meminta proses persidangan tetap dilanjutkan dengan menjadwalkan pemilihan MPR. Rapat paripurna akhirnya terhenti dengan menjadwalkan rapat permusyawaratan antar fraksi yang dilanjutkan dengan agenda pemilihan pimpinan MPR.

Menilai jalannya proses paripurna sulit, Asri menyayangkan pernyataan kubu KMP yang ingin kembali menggelar rapat gabungan guna membahas aturan dan ketentuan. Proses ini sudah menjadi agenda Sidang Paripurna MPR usai pelantikan 1 Oktober lalu dan sudah diambil keputusan.

Saat itu ada tiga fraksi yang mengusulkan perubahan dan disepakati tidak ada perubahan, kata Asri.

Setelah aturan ditetapkan, disepakati untuk dilanjutkan dengan proses rapat bersama. Asri menyatakan, mekanisme ini dilakukan pada 2 dan 4 Oktober. DPD mempertanyakan mengapa ada fraksi yang mempertanyakan keputusan DPD tersebut.

“Kenapa ada yang menganggap tidak sah, kalau ada perbedaan di fraksi sebaiknya kita tidak diikutsertakan,” ujarnya.

Menurut Asri, nampaknya ada upaya oknum fraksi di DPR yang ingin memecah DPD. Ada fraksi yang ingin mengambil salah satu dari sembilan nama calon pimpinan MPR yang telah ditetapkan DPD sebelumnya. Asri menilai, tidak ada peluang bagi fraksi-fraksi di DPR untuk mengusung paket kepemimpinan MPR dari DPD selain yang sudah ditentukan.

“Saya katakan, sembilan nama itu menandatangani perjanjian integritas. “Mereka tidak boleh mempercepat pencalonannya melebihi keputusan resmi DPD,” kata Asri.

Asri menilai tampaknya ada kebuntuan di sejumlah faksi yang saat ini tergabung dalam dua koalisi besar. Asri melihat, khususnya di KMP, ada anggota fraksi yang merasa tidak dilibatkan. “Kalau ada perdebatan di DPR, jangan dibawa ke sidang MPR,” ujarnya.

Sekadar informasi, terpilihnya Oesman sebagai pimpinan MPR diterima dalam paket kepemimpinan Koalisi Indonesia Hebat MPR. Dalam paket itu, Oesman menjadi Ketua MPR. Sementara itu, Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) kubu KMP menolak sikap Oesman dan meminta diajukan calon lain. —Rappler.com

Data Sydney