• November 27, 2024

Surat terbuka untuk Ahok dari Komunitas Kampung Kota Peduli

JAKARTA, Indonesia – Kontroversi pemukiman kembali warga bantaran sungai yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta terus berlanjut.

Kali ini, akademisi dan aktivis Komunitas Kampung Kota Peduli mengirimkan surat kepada Gubernur DKI Basuki Tjahaja “Ahok” Purnama.

Isinya antara lain meminta Ahok mengkaji ulang kebijakan pemukiman warga bantaran sungai, membangun dialog dengan warga, dan mempertimbangkan pendekatan perbaikan desa dengan membangun desa datar berbasis masyarakat.

Sebelumnya, seperti diketahui, Pemprov DKI merelokasi warga Kampung Pulo, Jakarta Timur, pada akhir Agustus lalu dan berujung kisruh antara warga dengan petugas Satpol PP.

Berikut isi lengkap surat tersebut:

Salam, Kami para akademisi dan praktisi dari berbagai disiplin ilmu yang tergabung dalam “Konferensi Akademisi dan Praktisi Pecinta Desa dan Kota” – sebuah gerakan kolaboratif lintas disiplin dan lintas generasi yang bertujuan untuk berkontribusi dalam pembangunan kota dan kota. di Indonesia sesuai dengan nilai-nilai. -nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan dan keberlanjutan.

Melalui surat ini kami ingin menyampaikan tiga (3) hal kepada Saudara.

Pertama, Kami meminta Gubernur DKI Jakarta mengkaji ulang seluruh kebijakan pemukiman warga bantaran sungai agar kejadian seperti yang terjadi di Kampung Pulo tidak terjadi.

Sejarah telah membuktikan di seluruh dunia bahwa penggusuran masyarakat untuk kegiatan pembangunan atau perbaikan kawasan yang dilakukan oleh pemerintah terbukti membawa dampak yang jauh lebih luas dari sekedar hilangnya rumah atau sekedar tempat tinggal dan penghidupan.

Kami mempelajari dengan cermat laporan teknis dari berbagai pihak terkait dan mendiskusikannya bersama.

Studi yang melibatkan banyak pihak berpengalaman ini menyimpulkan bahwa dampak penggusuran akan lebih berbahaya secara politik, ekonomi, sosial dan budaya dibandingkan permasalahan teknis lingkungan hidup yang tampaknya dapat diatasi dengan penggusuran dan pemukiman kembali.

Sebagai acuan global, strategi penggusuran seperti yang diterapkan di Amerika Latin, Asia, Amerika Serikat, dan Eropa pada umumnya menimbulkan permasalahan baru tidak hanya bagi keluarga yang digusur dan dimukimkan kembali, namun juga bagi kota yang bersangkutan. .

Strategi ini telah lama ditinggalkan oleh banyak negara.

Sebagai referensi lokal bagi kita bersama, alangkah baiknya kita mengingat kembali permasalahan penggusuran pertama di Jakarta untuk pembangunan Taman Menteng Kota pada masa penjajahan, yang menurut MH Thamrin merupakan perampasan dan pemiskinan warga. karena hal itu merampas dan menghancurkan budaya kebun mereka.

Begitu pula penggusuran Kampung Senayan dan Kebon Kelapa untuk pembangunan kompleks Gelora. Pada masa Ali Sadikin, hal serupa pernah muncul. Eksistensi dan budaya warga Kuningan sebagai pengelola susu sapi dan batik Betawi akhirnya hancur.

Warga yang diusir secara tiba-tiba tanpa melalui proses dialog dan konsultasi secara politik, sosial, ekonomi dan budaya tercerabut dari akar kehidupannya, berakhir dengan hilangnya budaya, menurunnya kemampuan ekonomi akibat hilangnya penghidupan asli di luar kemampuannya, yang kemudian berujung pada pemiskinan massal secara bertahap (perbaikan lambat) yang sulit untuk dipulihkan.

Kedua, Sesuai hasil musyawarah dari berbagai sudut pandang keilmuan, kami mengusulkan kepada Anda dan jajaran Pemprov DKI untuk memberikan ruang dan peluang terhadap alternatif solusi yang mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan warga, khususnya kelompok paling rentan dan termiskin. .

Solusinya diharapkan tepat, efisien dan dapat mengembangkan perekonomian dan sosial budaya yang berkelanjutan.

Sebagai langkah menuju solusi berkelanjutan bagi seluruh masyarakat, kami meminta pemerintah untuk mendampingi warga dalam memilih solusi dan terlibat aktif dalam perencanaan awal, proses desain, dan pengambilan keputusan mengenai opsi terbaik.

Kami berharap pola ini dapat dikembangkan bagi warga lain di wilayah DAS Ciliwung. Berbagai pilihan dan keterlibatan aktif warga negara tidak hanya merupakan amanat Konstitusi, namun juga merupakan strategi dan cara pembangunan yang sesuai dengan norma-norma masyarakat modern, terpelajar, menghargai kemanusiaan dan mendukung kemanusiaan yang manusiawi, damai, dan berkelanjutan. .

ketiga, Sebagaimana dijelaskan kepada Anda pada akhir Juli 2015, salah satu usulan kami adalah pendekatan perbaikan kota dengan membangun kota datar berbasis komunitas.

Kami akan mengembangkan pendekatan lain yang diusulkan bersama dengan masyarakat untuk mencapai hasil yang kami harapkan, manusiawi, damai dan berkelanjutan.

Akhirnya, kami berharap Anda meluangkan waktu untuk mempelajari proposal kami. Proposal ini terbuka untuk diskusi dan pengujian sebagai alternatif solusi.

Jika peluang untuk berpartisipasi terbuka, kami yakin akan banyak solusi kreatif yang efektif muncul. Jika diperlukan, kami siap membantu pelaksanaannya, termasuk memobilisasi sumber daya yang diperlukan di kementerian, universitas, serta dukungan pendanaan dari lembaga swadaya masyarakat dan lembaga bantuan keuangan.

Sekali lagi, kami ingin berkontribusi dalam mewujudkan Jakarta Baru yang memanusiakan dan melibatkan warga negara tanpa diskriminasi. Kami meyakini implementasi Janji Jakarta Baru memerlukan transparansi dalam seluruh proses pengambilan keputusan, serta pilihan yang matang dan inovatif, responsif terhadap berbagai kebutuhan warga dan mampu dilaksanakan warga di masa depan.

Melalui dialog yang saling memberdayakan dan memperkuat antara pemerintah DKI Jakarta dan warganya, kami yakin dapat membangun hubungan yang harmonis antara warga dan pemerintah kota.

Dengan keselarasan ini, kita akan menemukan solusi partisipatif dan efektif untuk mewujudkan Jakarta sebagai kota dengan masyarakat, budaya, ekonomi, dan ekologi yang sehat, manusiawi, dan berkeadilan bagi warga negara saat ini dan generasi mendatang.

Salam Konferensi Akademisi dan Praktisi Pecinta Kampung Kota.

Siapa yang menandatangani surat ini? Baca daftar namanya di sini.Rappler.com

BACA JUGA:

slot online