Tak hanya sekedar hastag, diperlukan aksi nyata juga
- keren989
- 0
Bagaimana netizen bisa memanfaatkan media sosial sebagai agen perubahan, mengikuti langkah kelompok ISIS.
JAKARTA, Indonesia — Tagar #SaveHajiLulung langsung meledak dan mendominasi Twitter di seluruh dunia. Nama Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham “Lulung” Lunggana pun langsung diketahui publik. Indonesialah, kata CEO Rappler Maria Ressa, yang memiliki kekuatan di media sosial yang jarang dimiliki negara lain.
Sayangnya, pihak yang saat ini paling diuntungkan dari kekuatan media sosial bukanlah masyarakat Indonesia sendiri, melainkan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Menurut Maria, ISIS menggunakan hampir semua aplikasi media sosial.
“Mereka ada di YouTube, Instagram, Tumblr, dan menggunakan meme dengan sangat efektif,” kata Maria saat memberikan pemaparan kepada mahasiswa Universitas Bina Nusantara bersama Rappler, Selasa, 17 Maret. Media sosial telah menjadi semacam “kampanye bebas” bagi gerakan radikal ini.
(BACA: Sorotan Rappler Indonesia di Binus University)
Berdasarkan hitungan kasar, terdapat 40.000 tweet yang menyebut ISIS saat kekuatan radikal ini menyerbu Mosul di Irak utara.
maria (@maria_ressa): Jika Anda tidak tahu siapa yang harus dipercaya, Anda harus memiliki nilai-nilai yang benar #IDkeren pic.twitter.com/9zN39bJ4gO
— Jet Damazo-Santos (@jetdsantos) 17 Maret 2015
Di media sosial, penelitian Maria menunjukkan ada 200 ribu tweet tentang ISIS di media sosial setiap harinya. Anggota ISIS juga secara konsisten menggunakan hashtag untuk kampanye mereka.
Maria menjelaskan, jika kita bisa mempererat barisan seperti ISIS, kita bisa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. “Jika kita bisa mengatur diri kita sendiri, kita bisa membangun negara ini. “Kita tidak perlu menunggu pemimpin untuk memulai,” kata Maria.
10 anak muda saja tidak cukup, Indonesia butuh media sosial untuk perubahan
“Beri aku 10 orang pemuda, niscaya aku akan mengguncangkan dunia,” begitulah kata-kata yang diproklamirkan oleh pemimpin pertama Indonesia, Ir.Soekarno.
Kutipan tersebut sepertinya mulai tidak relevan lagi, jika generasi muda di Indonesia masih takut untuk bertindak dan memperjuangkan gerakan untuk Indonesia yang lebih baik, seperti misalnya. #IDkeren di Twitter.
#IDKeren merupakan kegiatan offline Rappler Indonesia yang menyasar mahasiswi di universitas ternama di Indonesia. Tujuannya agar mereka aktif mengkampanyekan isu yang mereka angkat hingga pada akhirnya menginisiasi perubahan pada lingkungan sekitar.
Menurut Maria, Indonesia harus belajar dari Filipina, melalui aksi pemberantasan korupsi yang dilakukan lebih dari 100 ribu orang melalui Facebook. Kampanye ini berhasil.
Rahasianya, “Kekuatan untuk mempengaruhi tidak datang dari seberapa besar pengikut kamu, tapi dari kekuatan interaksi,” kata Maria.
Maria menunjukkan bahwa Rappler di Filipina bekerja sama dengan pemerintah dalam Project Agos. Proyek ini dibuat khusus untuk situasi bencana. Salah satu caranya adalah Rappler melalui Facebook dan Twitter atau media sosial lainnya meminta wartawannya di lapangan dan korban bencana untuk memotret pengungsi di lokasi bencana. Data tersebut akan diteruskan ke pemerintah yang kemudian akan memberikan bantuan.
Kalau terjadi bencana listrik mati, sinyal telepon terputus. Rappler membantu keluarga korban dengan mengunduh foto dan identitas mereka di Facebook. Cara ini sepertinya sangat berguna, banyak warga Filipina yang menemukan keluarganya di postingan tersebut.
Lainnya, Rappler dan tim Project Agos juga turut membantu seorang ibu yang sedang melahirkan di atap rumah. Sang ibu akhirnya diselamatkan dan dibawa ke rumah sakit.
Tidak hanya tanda pagarmembutuhkan tindakan
Proyek tersebut, kata Maria, bisa dimulai di Indonesia. Misalnya, mengajak pengguna Twitter untuk mengkritik pemerintah dalam pemberantasan korupsi dan peduli dengan kasus nenek Asyani, perempuan berusia 67 tahun yang dituduh mencuri kayu bakar di Hutan Situbondo, Jawa Timur.
Atau bagi mereka yang ingin mengkritisi gerakan radikal Front Pembela Islam (FPI). “Bagaimana sikap Anda terhadap FPI?” kata Maria. Sikap tersebut bisa dimulai dari gerakan nyata yang dimulai dari media sosial.
Dan @ayeemacaraig sekarang beraksi 😀 #IDkeren dia favoritku hahaha pic.twitter.com/QdvOyhPrp0
— Febriana Firdaus (@febrofirdaus) 17 Maret 2015
Menambah pernyataan Maria, jurnalis multimedia Rappler Ayee Macaraig yang berpengalaman meliput korupsi mencontohkan, kita bisa memulai gerakan pemberantasan korupsi dengan beberapa langkah:
- Ekspresikan kritik Anda dalam bentuk gambar atau suara. Sesuatu yang lebih nyata. Bila perlu, kata Ayee, unggah foto pejabat yang membawa barang mewah dan disandingkan dengan pusat pelayanan publik yang buruk. Ini bisa menjadi provokasi kecil.
- Untuk dijelaskan kepada publik, kasus korupsi terlalu sulit. Menggunakan templat lebih ramah, seperti infografis. Cara ini dapat memudahkan masyarakat umum dalam membaca isu dan peta korupsi.
- Ciptakan percakapan yang terhubung antara satu kritikus dan kritikus lainnya. Antara Anda dan teman, keluarga atau lingkungan sekitar, berbagilah virus kecemasan dengan mereka.
Maria kemudian mengakhiri presentasinya dengan satu catatan. “Apakah kita bagian dari kelompok ini? Jadi apa yang bisa kita lakukan? Saatnya untuk pindah. Mungkin bisa dimulai dengan kampanye bersama Rappler Indonesia dan #IDkeren? —Rappler.com