The wRap Indonesia: 11 Maret 2015
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Statistik narkoba BNN lebih rendah dari Jokowi, rencana menambah dana untuk partai politik, polisi membakar 3,3 ton ganja di lapangan terbuka, dan banyak lagi
JAKARTA, Indonesia – Dalam rangkuman cerita hari ini dari Indonesia, yaitu statistik resmi narkoba Badan Narkotika Nasional dan usulan kontroversial untuk meningkatkan pendanaan pemerintah untuk partai politik.
1. Statistik narkoba BNN lebih rendah dibandingkan Jokowi
Badan Narkotika Nasional (NNA) pada Selasa, 10 Maret, mengatakan sekitar 4 juta orang Indonesia adalah pengguna obat-obatan terlarang, sedikit lebih rendah dari angka 4,5 juta yang sering dikutip oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo untuk mendukung klaimnya bahwa Indonesia berada dalam keadaan darurat. BNN pun menyampaikan perkiraannya 33 orang Indonesia meninggal setiap hari karena penggunaan narkobalebih rendah dari 40 hingga 50 angka yang disebutkan Jokowi. Bachtiar Tambunan, Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN, mengatakan angka yang dikeluarkan Jokowi berdasarkan data beberapa tahun lalu. Namun dia menegaskan situasi narkoba di Indonesia berada dalam keadaan darurat, dengan anak-anak berusia 10 tahun diidentifikasi sebagai pengguna narkoba. Baca kisah lengkapnya Jakarta Globe.
2. Apakah pendanaan untuk partai politik ditingkatkan untuk mencegah korupsi? Aktivis tidak setuju
Para aktivis tidak sepakat dengan politisi Indonesia mengenai usulan tersebut meningkatkan pendanaan tahunan pemerintah untuk partai politik hingga maksimum Rp1 triliun ($76,75 juta) – jumlah yang beberapa kali lebih tinggi dibandingkan RpPemerintah mengalokasikan dana sebesar 13,78 miliar kepada 10 partai politik di legislatif tahun ini. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, seorang politisi senior dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang berkuasa, mengatakan langkah tersebut akan membantu mengurangi korupsi. Pendanaan dari pemerintah diperlukan agar kader tidak perlu mencari sumber pendanaan lain, kata Tjahjo. Tempo.co. Namun Indonesia Corruption Watch menceritakannya itu Pos Jakarta Partai politik pertama-tama harus membuktikan bahwa mereka layak mendapat dukungan finansial lebih besar dari negara dengan mengambil langkah-langkah untuk memberantas praktik korupsi di kalangan anggotanya.
3. Polres Jakarta Barat membakar 3,3 ton ganja di lapangan terbuka
Idenya adalah untuk membuat tontonan publik mengenai pemusnahan obat-obatan terlarang yang disita untuk menunjukkan betapa seriusnya mereka dalam memberantas peredaran narkoba. Anggota Polres Jakarta Barat mengeluarkan 3,3 ton ganja dari ruang barang bukti, mengumpulkan semuanya di lapangan terbuka, menutupi wajah dengan masker, dan membakar semuanya. Persoalannya, mereka tidak menyediakan masker bagi media yang mereka undang untuk meliputnya dan penonton sipil lainnya. Mereka tidak menyangka angin akan membawa asap ganja tersebut ke rumah-rumah sekitar di Palmerah, Jakarta Barat. Kompas.com Diberitakan, wartawan dan warga kemudian mengeluh pusing.
4. Fraksi Golkar yang dipimpin Agung bergaul dengan koalisi berkuasa; Bakrie membuat laporan polisi
Terlepas dari keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada hari Selasa untuk mengakui legitimasi faksi Partai Golkar di bawah kepemimpinan Agung Laksono, kontroversi yang memecah belah salah satu partai politik tertua dan terbesar di negara ini masih jauh dari selesai. Itu Fraksi Golkar pendukung Aburizal “Ical” Bakrie mengajukan laporan polisi pada hari Rabu dengan tuduhan Agung memalsukan dokumen mandat dari Dewan Perwakilan Daerah (DPD) partai tersebut. Sementara itu, Fraksi Agung sudah menyatakan Golkar akan keluar dari koalisi oposisi yang dipimpin mantan calon presiden Prabowo Subianto. Agung disebut sudah bertemu dengan ketua umum partai berkuasa, PDI-P, Megawati Sukarnoputri, kini ingin bertemu dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh. Baca cerita selengkapnya dalam bahasa Indonesia di Rappler.
5. Siswa menggunakan media sosial untuk melawan pelari yang mengganggu pertunjukan ‘The Look of Silence’
Panitia (mahasiswa UIN Jogja) masih bernegosiasi dengan pihak kampus, sambil menunggu pihak rektorat. #diam pic.twitter.com/if7LZ0qQza
— singlep (@singlep) 11 Maret 2015
Pemutaran film kontroversial yang diselenggarakan oleh mahasiswa Tampilan Keheningan di Yogyakarta pada Rabu pagi diganggu oleh individu yang diyakini berasal dari kelompok keras Forum Umat Islam (FUI) dan Front Anti-Komunis Indonesia (FAKI). Ini bukan pertama kalinya pemutaran film tentang publik dilakukan Pembantaian anti-komunis di Indonesia pada tahun 1965-66 berhasil digagalkan, namun kali ini Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Jogjakarta memutuskan melakukan perlawanan. Gunakan tagar #jogjamelawan (Jogja Fights Back), mahasiswa dan aktivis men-tweet langsung peristiwa dan protes tersebut. Pemutaran film tersebut akhirnya diizinkan untuk dilanjutkan meskipun ada ketidaksetujuan dari rektor kampus itu sendiri, yang mencoba menghentikan acara tersebut dan meminta para mahasiswanya menonton film religi. Baca cerita selengkapnya dalam Bahasa Indonesia di Rappler. – Rappler.com