• October 6, 2024

Tiga hunian Islami yang menyebarkan semangat toleransi

SOLO, Jawa Tengah – Kementerian Agama baru-baru ini mengungkapkan keprihatinannya atas keberadaan sekitar 20 hunian Islam yang dinilai mengajarkan radikalisme. Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Nur Syam mengatakan, tidak mudah bagi pemerintah untuk mengubah hal tersebut, sebab hunian Islam bagi mereka bukan hanya tempat pendidikan, tapi juga pengembangan ideologi.

Namun di tengah kekhawatiran berkembangnya gerakan radikalisme hunian Islam, setidaknya ada 3 hunian Islam di Jawa Tengah dan Yogyakarta yang memiliki semangat untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban.

1. Pondok Pesantren Al Muttaqien Pancasila Sakti

Bendera Merah Putih berkibar sepanjang tahun di halaman pesantren di Desa Troso, Klaten ini. Indonesia Raya dinyanyikan pada setiap kesempatan penting. Mural nasionalis menghiasi dinding sekolah.

Pesantren ini menolak anggapan kelompok radikal yang menganggap bendera, lagu kebangsaan, dan ideologi berbeda dengan Islam taghut (selain Allah) yang harus dimusnahkan. Para santri mengenakan sarung, peci, dan kemeja coco atau batik, bukan gamis, gamis, celana panjang katun, dan janggut gantung seperti layaknya pejuang Taliban atau kelompok milisi ISIS.

“Cinta tanah air sebagian dari keimanan, sebagaimana diajarkan Nabi Muhammad SAW,” kata Pengurus Pondok Pesantren Jalaluddin Muslim.

“Mengajarkan hal ini adalah salah satu cara efektif untuk melindungi generasi muda kita dari pengaruh fundamentalisme.”

Beliau mendidik lebih dari 200 muridnya untuk menjauhi radikalisme dan mengingatkan mereka bahwa Islam diturunkan untuk membawa kebaikan bagi alam semesta.

“Kami mengajarkan toleransi dan Islam yang sejuk, karena kita hidup dalam masyarakat yang majemuk,” kata Jalaluddin.

“Manusia tidak bisa menghilangkan perbedaan karena perbedaan adalah keniscayaan yang diciptakan Tuhan. Menyakiti orang lain karena perbedaan keyakinan sama sekali tidak bisa diterima.”

Jalaluddin melanjutkan kepemimpinan pesantren ini setelah kematian ayahnya, Muslim Rifai Imampuro atau dikenal dengan nama Mbah Liem. Ayahnya yang merupakan penasehat mantan presiden Abdurrahman “Gus Dur” Wahid mendirikan pesantren yang terkenal dengan nasionalismenya.

Jalaluddin percaya bahwa Islam ada untuk masyarakat di seluruh dunia, sehingga setiap orang dapat memeluk agama ini tanpa harus menjadi orang Arab.

Selain agama dan nasionalisme, pesantren ini juga mengajarkan kepemimpinan dan kewirausahaan sebagai bekal santri agar berdaya setelah keluar dari pesantren. Kewirausahaan akan membantu mereka menciptakan lapangan kerja bagi orang lain dan mengurangi pengangguran, salah satu penyebab masyarakat terseret radikalisme.

2. Kediaman Islam Al Muayyad-Windan

Santri di Pondok Pesantren Al Muayyad-Windan tidak hanya dihadapkan pada pelajaran tentang agamanya sendiri. Mereka diajarkan untuk mengembangkan toleransi karena pesantren ini sering menyelenggarakan dialog antar umat beragama, demokrasi dan perdamaian dengan kelompok agama dari berbagai negara.

Pondok pesantren ini juga terbuka bagi siapa saja yang ingin mengenal kehidupan Islami. Komunitas gereja di Singapura baru-baru ini mengunjungi kediaman Islam yang dipimpin oleh Muhamad Dian Nafi.

“Islam bagi kita adalah menyelamatkan manusia, sesuai dengan asal katanya yang artinya selamat,” kata Dian Nafi.

“Kemanusiaan adalah nilai dasar kakek saya dalam mendirikan Al Muayyad. Semangat ini kami teruskan untuk mencegah radikalisme, karena tidak ada pendukung garis keras yang menghargai kehidupan dan kemanusiaan.”

Dian Nafi dikenal atas perannya dalam menyelesaikan konflik sosial di berbagai wilayah di Indonesia. Ia tergabung dalam Tim Rekonsiliasi Independen Ambon (TIRA) dan tim Pemberdayaan Masyarakat Pasca-Konflik di Maluku Utara.

Ia mengajarkan kepada mahasiswanya yang merupakan mahasiswa dari berbagai universitas, bahwa Islam harus mampu menyelesaikan konflik, bukan menjadi pemicu konflik. Mediasi dan resolusi konflik merupakan bagian dari pelatihan kepemimpinan di pesantren miliknya.

“Kelompok radikal melihat kekerasan sebagai satu-satunya solusi dan mengabaikan pilihan damai. “Padahal kekerasan tidak diperbolehkan oleh agama, namun mengancam orang dengan kekerasan pun haram,” kata Dian Nafi.

3. Pondok Pesantren Nurul Ummahat

Ketika sejumlah umat Islam menyerang Ahmadiyah, Abdul Muhaimin, pimpinan Pondok Pesantren Nurul Ummahat, Yogyakarta, malah menyebut Ahmadiyah sebagai saudara. Dia menentang ancaman kekerasan terhadap Ahmadiyah dan Syiah dari kelompok radikal.

Tak hanya menerima ulama Ahmadiyah asal Pakistan di pesantren miliknya, Muhaimin juga memberikan ceramah kepada umat Ahmadiyah. Baginya, mereka mempunyai hak yang sama untuk tinggal dan beribadah di Indonesia tanpa diskriminasi.

Muhaimin juga tak segan-segan menghadiri undangan Natal di gereja, memberikan sambutan dan pulang sebelum kebaktian dimulai.

“Kehadiran dan ceramah saya di gereja tidak mengurangi keimanan saya terhadap Islam karena saya tidak pernah mengikuti ritual. Sebaliknya, hal itu akan meningkatkan pemahaman dan hubungan baik antara Islam dan Kristen, kata Muhaimin, yang mengetuai Yayasan Konferensi Agama dan Perdamaian Indonesia (ICRP).

Pemahamannya tentang Islam diajarkan kepada murid-muridnya. Mereka belajar pluralisme, multikulturalisme, hak asasi manusia, jenis kelamindan lingkungan.

“Misi Islam adalah membawa kebaikan bagi semua, sehingga setiap umat Islam harus memiliki semangat perdamaian, bukan kebencian dan kekerasan. Alquran mengajarkan kita untuk menghormati manusia, ciptaan Allah yang paling sempurna yang menjadi pemimpin di muka bumi, kata Muhaimin.

Di pesantren ini, sedikitnya 70 tamu dari berbagai agama dan negara datang untuk berdiskusi tentang agama, demokrasi dan perdamaian. Mereka juga menerima beberapa pelajar dari Tiongkok dan Jepang yang menghabiskan beberapa bulan di sana untuk mempelajari Islam.

Forum Persaudaraan Setia (FPUB) didirikan di pesantren ini pada tahun 1997 untuk mengatasi konflik sektarian yang meluas. Forum yang beranggotakan sekitar 70 tokoh agama ini mendorong perdamaian dan toleransi melalui dialog dan kerja sama antar umat untuk bantuan kemanusiaan ketika terjadi bencana. — Rappler.com

slot online gratis