• October 7, 2024

Tips berhemat saat rupiah melemah

Rupiah kembali melemah. Sebentar lagi diprediksi mencapai Rp 13 ribu. Pemerintahan Joko “Jokowi” Widodo – seperti rezim sebelumnya – menyalahkan faktor eksternal.

Kondisi Yunani, Amerika Serikat, China, dan Jepang yang belum membaik menjadi penyebabnya. Bahkan krisis di Eropa Timur dan Timur Tengah menjadi alasan Indonesia bukan satu-satunya negara yang mengalami depresiasi nilai tukar. Singkat kata, kondisi buruk ini tidak hanya dialami oleh Indonesia, namun juga banyak negara lainnya.

Maka jangan heran jika anak sekolah ditanya oleh orang tuanya kenapa nilai ujiannya jelek, jawabannya: Sebenarnya bukan hanya saya saja yang nilainya jelek. Masih banyak lagi yang lainnya. Nampaknya anak-anak sekolah ini meniru tingkah laku pejabat.

Selain kondisi eksternal, yakni perekonomian dunia dan (sayangnya) politik internasional, Indonesia juga dipusingkan dengan permasalahan seputar rupiah yang disebabkan oleh faktor internal.

Beberapa masalah tersebut antara lain: jumlah terutang yang harus dibayar, defisit transaksi berjalandan utang luar negeri swasta yang lebih besar dibandingkan utang pemerintah. Terakhir, tetapi tidak kalah pentingkeadaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (BPRS) 10 tahun terakhir harus banyak diperbaiki.

Singkat kata, kondisi internalnya juga punya lubang yang cukup besar. Perawatan tidak bisa bersifat jangka pendek.

Alhasil, dalam waktu dekat rupiah jelas akan menguat tak menentu. Naik dan turun seperti penumpang bus. Tidak ada jaminan stabilitas nilai tukar. Selanjutnya penguatan signifikan dalam jangka pendek.

Dengan melemahnya rupiah, otomatis produk impor menjadi lebih mahal. Indonesia mengimpor berbagai produk mulai dari belanja modal hingga konsumsi. Ya, konsumsi merupakan hal terpenting dan menunjang pertumbuhan negara ini. Mulai dari produk elektronik, komponen otomotif, hingga komoditas pangan dan produknya.

Nilai impor pangan dan olahannya saja sebesar Rp 100-150 triliun per bulan. Per bulan lho. Saya terkejut, jadi saya menulis ini bukan tanpa alasan.

Jika impor dilakukan ketika perekonomian tumbuh baik dan stabilitas perekonomian dunia tetap terjaga, maka daya beli akan terbantu secara signifikan. Kalau rupiah melemah padahal sudah terbiasa dengan produk impor, ya, agak repot.

Hitung pengeluaran untuk konsumsi makanan. Kalau masih 50 persen, berarti kamu termasuk orang rata-rata.

Oke, cukup tentang hal-hal ekonomi yang berat. Jika Anda tidak puas, silakan minta tagihan Anda Twitter @hotradero. Mari kita pikirkan apa yang harus kita lakukan dalam kondisi dimana rupiah sangat rentan melemah. Ini adalah hal yang paling penting.

Prinsipnya sederhana, rupiah boleh melemah, tapi kita tidak.

Padahal, hal-hal yang akan saya bahas di bawah ini sebaiknya dilakukan dalam kondisi rupiah melemah, menguat, atau stabil, mengingat rupiah akan terus bergejolak dalam jangka pendek.

Hitung ulang pengeluaran makanan

Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007-2013, rata-rata penduduk Indonesia menghabiskan lebih dari separuh pendapatannya untuk konsumsi. Sisanya untuk kebutuhan lain. Di daerah pedesaan, 55-58 persen dari total pengeluaran mereka digunakan untuk konsumsi. Di kota berkisar 51-52 persen. Selebihnya tentu saja untuk kebutuhan lain.

(BACA: Penelitian menunjukkan orang Indonesia paling banyak mengonsumsi makanan)

Silakan hitung pengeluaran Anda untuk konsumsi, terutama makanan. Berapa persentase pengeluarannya? Kalau masih 50 persen, berarti kamu termasuk orang rata-rata.

Jika di kisaran 35-40 persen, Anda setara dengan rata-rata penduduk Jakarta. Lebih rendah dari 25-30 persen berarti Anda pandai mengatur keuangan dan bisa rajin berpuasa Senin-Kamis. Untunglah…. Lillaah. Kongregasi…

Masyarakat yang berada di perkotaan mungkin akan mengalami peningkatan belanja pangan karena banyak pangan impor yang masuk saat rupiah melemah. Anda harus pintar-pintar merencanakan untuk menghemat biaya makanan. Membawa bekal dari rumah merupakan pilihan ekonomis yang baik dan menyehatkan. Paling pemalu di-menggertak Teman. Dulu saya sering membawa bekal dan menyantapnya karena bekal ini dibuat dengan penuh cinta dari istri saya. Yang menggertak segera menyebar.

Lalu kurangi porsi makan di luar saat akhir pekan. Ini penting karena anggaranJumlahnya cukup besar jika dihitung per bulan. Nongkrong juga di kafe dan menunggu kemacetan atau sekedar ngobrol tanpa tujuan dengan teman. Harus dikurangi.

Berpikirlah secara fungsional

Sulit bagi kelas menengah. Pengeboman saluran periklanan dan komunikasi memenuhi pikiran dan menguras kantong. Gawai masih baru, seri terbaru sudah keluar. Itu juga dipanaskan oleh orang-orang di sekitar Anda.

Pernah ada kejadian dimana seorang kamjet (penduduk desa yang berpura-pura menjadi jet) membeli BlackBerry terbaru. Kalau ditanya kenapa beli baru padahal BB lama masih bagus, jawabannya: BB ini lebih canggih.

Apa kecanggihannya? Itu bisa dikirim siaran dan cek pembaruan terkini teman-teman. Oh, BB generasi pertama yang jadul juga bisa melakukan itu.

Terkadang juga Gawai digunakan sebagai pembuat kesan pertama. Oleh Gawai segala sesuatunya canggih, kesan “Wow” akan didapat. Bahkan setelah 1-2 jam berdiskusi Anda akan mengetahui bahwa kecerdasan Anda tidak sehebat gadget Anda.

Begitu juga mobil. Mobil dan sepeda motor tidak ada habisnya. Perkenalan Produk baru seolah tidak mengenal waktu dan kondisi perekonomian. Cara mendapatkannya pun mudah. Dengan uang muka rendah dan cicilan terjangkau.

Sesaat! Terjangkau ya, tapi kalau dijumlahkan semua cicilannya, ternyata total yang dibayarkan selama 3-4 tahun bisa melebihi 150 persen dari harga tunai. Sementara itu, harga produk terus turun secara signifikan.

Gawai dan mobil merupakan produk yang sangat elastis terhadap pelemahan rupiah. Harga mungkin naik tajam karena nilai tukar. Produsen kedua produk ini tentu tidak ingin pendapatannya turun sehingga mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk mengosongkan kantong Anda. Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya hindari membeli, apalagi dengan mencicil.

Cintai uang yang Anda hasilkan dengan kerja keras. Jangan buang waktu Anda membelinya Gawai dan produk otomotif yang akan merusak nilai uang Anda di kemudian hari.

Simpan dan investasikan

Saat rupiah dalam kondisi apapun, biasakan menabung. Potong langsung 10-15 persen pendapatan. Segera simpan, jangan dipusingkan. Sisanya hanya digunakan untuk keperluan saja. Jangan berbalik, beli dulu dan simpan sisanya. Tidak akan pernah ada lagi yang tersisa.

Jika terbiasa memotongnya untuk menabung terlebih dahulu, otomatis konsumsinya akan berkurang. Kita bisa mengendalikan keuangan kita dengan lebih sehat. Misalnya tabungan, bonus, dan penghasilan lainnya bisa digunakan untuk membeli rumah. Rumah jauh lebih penting daripada mobil baru atau gadget trendi.

Memiliki rumah sendiri dengan sepeda motor bekas jauh lebih baik dibandingkan dengan mobil baru, namun menyewa rumah atau menginap di rumah orang tua. Setidaknya sepertinya kita tidak melakukannya kecenderungan, tapi tidak apa-apa. Jujur terhadap kondisi bukanlah hal yang buruk.

Relaksasi

Singapura, Selandia Baru, dan Hong Kong.  Masyarakat kelas menengah Indonesia suka bepergian ke luar negeri demi gengsi.  Foto oleh Shutterstock

Rekreasi ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit lho. Pernahkah Anda menghitung berapa kali Anda pergi ke bioskop dalam sebulan? Nongkrong di kafe mencari internet gratis? Atau ketemu teman, main billiard, jalan-jalan ke puncak Bandung, atau cari tiket pesawat murah untuk liburan ke luar negeri? Biayanya mahal, lho.

Kondisi ini menjadi tren dan gengsi bagi masyarakat kelas menengah. Terutama liburan ke luar negeri bersama keluarga. Tampaknya hal ini ada di benak semua kelas menengah jika hal ini belum terjadi penempatan foto keluarga di luar negeri sepertinya tidak valid sebagai keluarga sukses. Beberapa orang akhirnya menjadikannya kebiasaan tahunan untuk membayarnya dengan kartu kredit.

Dalam kondisi rupiah yang melemah, biaya pergi ke luar negeri menjadi semakin mahal. Potensi kenaikan bunga pinjaman akan tinggi akibat pelemahan rupiah. Bersikap boros dalam kondisi seperti ini jelas tidak bijaksana. Kecuali jika Anda menemukan belahan jiwa yang sangat kaya atau warisan keluarga yang luar biasa besarnya. Selain itu, seberapa streskah pekerjaan sehingga Anda harus berlibur ke luar negeri setiap tahunnya? Karir juga tidak kemana-mana, pendapatan tidak meningkat secara eksponensial. Ada sesuatu yang salah dengan ini. Ya, gaya hidup yang tinggi.

Beberapa tips diatas saya tulis bukan karena ingin bersaing dengan Ligwina Hananto perencana keuangan. Sama sekali tidak. Saya mungkin hanya kualifikasi KW 3-nya, tapi saya lebih mengajak kelas menengah untuk berefleksi dan berbuat sesuatu. Mulailah dari diri kita sendiri. Saya juga termasuk orang yang akan berpikir sebelum diteriaki pembaca dengan: “Gayamu, kenapa…”

Melakukan sesuatu yang berarti dengan pendapatan kita dalam situasi rupiah yang bergejolak seperti ini tentu lebih baik daripada berharap pemerintah melakukan upaya serius untuk menyelamatkan hidup kita dengan menguatnya nilai tukar rupiah, katakanlah, Rp 5.000 per dolar AS. Itu tidak akan pernah terjadi. Ya, tapi tidak mungkin dalam waktu lima tahun.

Ada baiknya setiap individu menjaga pendapatan yang diperoleh dengan susah payah agar tidak tiba-tiba habis karena dibelanjakan untuk hal-hal yang tidak perlu. Jika setiap individu berpikir secara fungsional dan menabung, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih realistis. Konsumsi masyarakat yang menjadi penopang pertumbuhan akan menurun dan digantikan oleh kegiatan ekonomi produktif lainnya. Bisa jadi lho, satu rupee nilainya lebih dari satu juta dolar. Ya, dolar Zimbabwe. —Rappler.com

Kokok Herdhianto Dirgantoro adalah mantan jurnalis, mantan pegawai bank. Kini beliau menjalankan kantor konsultasi di bidang komunikasi strategis. Namun Kokok sangat tertarik mempelajari masalah ekonomi. Gaya tulisannya lucu, namun penuh analisis. Ikuti Twitter-nya @kokokdirgantoro.


Togel Singapura