• September 22, 2024

Tirulah ‘makan lebih bijak’ Michelle Obama di bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan menjadi momen yang tepat untuk mengevaluasi pola konsumsi pangan. Yuk, pilih makanan yang lebih sehat.

Alhamdulillah, saat saya menulis ini, kami sekeluarga baru saja menikmati buka puasa pertama Ramadhan 1346 H. Menu berbuka puasa pun biasa saja, sama seperti masakan sehari-hari. Yang berbeda adalah segelas teh manis yang menemani berbuka puasa, serta minuman segar yang dipadukan dengan perasan kelapa dan buah rambutan kalengan.

Siang tadi saya masak tumis pare, atau sayur pare. Bentuknya seperti timun dengan tonjolan-tonjolan kasar pada kulitnya. Sayuran ini sangat dalam keluarga cucurbitaceae dan rasanya pahit. Banyak orang tidak menyukainya. Tapi saya memasukkan diri saya ke dalam grup #PareLover.

Saya sudah terbiasa makan pare sejak kecil. Almarhum ibu saya biasa memasak tumisan atau tumisan pare. Rasanya yang pahit seperti obat herbal karena sayur ini mengandung banyak manfaat. Yang paling dikenal di berbagai negara adalah kemampuan pare dalam mengontrol kadar gula darah.

Peneliti kesehatan memposisikan sayur pahit ini sebagai obat alami diabetes, anti virus dan anti oksidan. Ketika ayah saya mengidap diabetes belasan tahun lalu, saya jadi lebih sadar akan manfaat pare. Mengonsumsi sayuran tersebut jelas memberikan rasa aman dan nyaman dibandingkan menelan pil obat kimia.

(BACA: Bismillah, yuk kita mulai perjalanan Ramadhan tahun ini)

Dari ibu saya belajar bahwa membiasakan makan pare yang rasanya pahit akan mempersiapkan kita menghadapi berbagai situasi kehidupan. Yang tidak selalu manis. Itu tidak selalu mulus. Tidak selalu berada di posisi teratas. Bisa juga meluncur. Banyak masalah. Hal ini selalu saya ingat setiap kali saya makan pare, dan juga saat saya memasaknya.

Ingin tahu lebih banyak tentang pare? saya menemukan Link initentang pahit yang kaya akan manfaat.

Mengenali apa yang kita konsumsi, bahannya apa, apa manfaatnya, semakin terasa di bulan Ramadhan.

Di bulan biasa rasanya hidup berlalu begitu saja, cepat, sering, tiba-tiba berubah keesokan harinya. Makan apa saja, baik yang dimasak oleh asisten rumah tangga maupun dibeli di warung dan restoran. Keinginan untuk hidup lebih sehat, termasuk memilih makanan yang memiliki gizi cukup untuk menunjang kesehatan, semakin terasa di bulan Ramadhan. Ini untukku, kamu tahu. bagaimana denganmu

Makanan sehat bukan hanya sayur dan buah saja. Tubuh juga membutuhkan zat gizi, lemak dan protein, baik hewani maupun nabati. Saya masih punya sepanci tengkleng iga domba yang saya masak kemarin untuk berbuka puasa hari ini. Niatnya makan secukupnya saja, jangan berlebihan. Jangan lupa gunakan acar mentimun dan wortel agar lebih segar.

Hari ini saya membaca berita tentang kunjungan Ibu Negara AS Michelle Obama dan kedua putrinya, Sasha dan Malia, ke Italia. Di sebuah sekolah Amerika di Milan, Michelle terlibat dalam pemotongan ayam dan sayuran untuk membuat salad. Dia menular ayo makan dengan bijak kampanye alias makan lebih cerdas

Kampanye pemilihan pangan yang bijak merupakan pengembangan dari program kampanye “Ayo bergerak” yang telah dilakukan Michelle Obama selama lima tahun terakhir. Idenya adalah membuat anak-anak makan makanan sehat dan lebih banyak bergerak. Hal ini dilakukan untuk meredam kecenderungan anak mengalami obesitas.

Presiden Barack Obama dan Michelle, serta kedua putri mereka, terlihat bugar, Bagaimanapun. Michelle juga terlibat aktif dalam mengajak anak-anak makan sayur. Hal tersebut juga ia lakukan melalui beberapa acara televisi populer.

Di Milan, kepada para pelajar yang menemaninya membuat salad, dan kepada media tentunya, Michelle mengingatkan pentingnya mengetahui bahan-bahan makanan yang kita makan. Pentingnya membiasakan makan makanan yang dimasak sendiri (Masakan rumah). Makanan yang dimasak sendiri dan diolah dengan baik biasanya masih mengandung nutrisi yang cukup. Segar juga.

AS, Obesitas merupakan permasalahan yang rumit yang mengkhawatirkan. Sepertiga penduduk Amerika, atau lebih dari 76 juta orang, mengalami kelebihan berat badan. Hal ini terjadi pada orang dewasa dan anak-anak. Bayi juga mengalami kelebihan berat badan.

Indonesia berada di peringkat 10 di dunia yang memiliki populasi obesitas. Saya memasukkan salah satunya .

Kurangnya olahraga dan pola makan, termasuk kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji menjadi pemicunya. Obesitas cenderung mengundang berbagai penyakit, mulai dari diabetes, kanker, hingga serangan jantung. Kekhawatiran mengenai pemilihan makanan dan asal usul makanan semakin meningkat dalam sepuluh tahun terakhir. Menjamin keamanan pangan (keamanan makanan) tidak hanya memeriksa tanggal kadaluarsa.

Jadi ketika kita membaca apa yang dilakukan Michelle di Milan, rasanya tidak berlebihan jika kita mulai peduli pada hal yang sama. Bulan Ramadhan bisa menjadi momen yang tepat. Karena kita ingin menjalaninya dengan sehat, tetap bugar dan bahagia. —Rappler.com

Uni Lubis adalah jurnalis senior dan Eisenhower Fellow. Dapat disambut di @UniLubis. ‘Cerita Ramadhanku’ merupakan postingan harian selama bulan Ramadhan 2015.


judi bola online