TKI asal Purwakarta ditangkap polisi di Yaman
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
TKI lainnya terancam hukuman mati. Bisakah pemerintah menyelamatkannya?
Jakarta, Indonesia – Seorang TKI asal Purwakarta ditangkap polisi di Yaman saat hendak pulang ke tanah air.
Nunung binti Masri asal Purwakarta, Jawa Barat, harus mendekam di penjara Yaman karena kasus yang ia tangani pada tahun 2007.
Kabar duka diterima kakak Nunung, Toha, yang meninggal dunia sebuah pesan singkat yang dikirimkan oleh seseorang yang mengaku Kombes Untung Widyatmoko pada Kamis, 23 April 2015. Kombes Untung merupakan pejabat Atase Polri KBRI Riyadh, Arab Saudi.
Dalam pesan singkatnya, Kombes Untung mengabarkan, Nunung tidak berada di KBRI, melainkan ditangkap di perbatasan kota Jizzan, Yaman, dalam perjalanan pulang ke tanah air.
Atase Kepolisian RI di Riyadh saat ini masih terus membebaskan Nunung. Media-media di Indonesia memberitakan, Nunung terancam hukuman mati, meski belum jelas kasus apa yang melibatkannya.
(BACA: Bunuh Balita, TKI Dieksekusi di Arab Saudi)
Misteri kasus Nunung
Nunung menjadi TKI sejak tahun 2007. Ini merupakan keempat kalinya Nunung berangkat ke Timur Tengah sebagai TKI. Nunung diberangkatkan melalui Perusahaan Jasa TKI PT Bagus Sodara di Jakarta. Ibu dua anak ini dikabarkan kembali ke tanah air pada 20 April karena kontraknya habis.
Menurut Toha, Nunung ditangkap karena terlibat kasus yang terjadi pada 2007. Namun, hal ini masih belum jelas sampai sekarang Apa saja yang melibatkan Nunung?
Saat itu, Nunung ditangkap Kepolisian Arab Saudi dan ditahan pihak kejaksaan selama 9 bulan. Bahkan, Nunung sempat masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).
Kompol Untung mengatakan, Atase Polri di KBRI Riyadh belum mengetahui secara pasti kasus apa yang melibatkan Nunung. Sebab Nunung tak mau bicara. “Masyarakat di sana berusaha membantu agar adik saya bisa bercerita,” jelas Toha.
(BACA: TKI Dipukul Besi dan Dilempar ke Hutan di Malaysia)
Kesedihan keluarga
Saat Toha mendengar kabar buruk tentang adiknya, Toha hanya bisa menatap wajah kedua putri Nunung dan menghapus air matanya. Keluarga besarnya sempat khawatir, apalagi Nunung meninggalkan dua orang putri yang masing-masing duduk di bangku kelas VI dan kelas II SD.
“Kami tidak tahu harus berbuat apa. “Kami bingung,” kata Toha.
Toha mengaku melaporkan hal tersebut kepada pemerintah di desanya dan polisi setempat. Pihak keluarga, kata Toha, berharap pemerintah Indonesia membantu dan membawa pulang Nunung dengan selamat.
“Kasihan kedua anak Nunung, mereka sangat berharap ibunya pulang dengan selamat. Selain itu, ayahnya meninggal. “Mereka yatim piatu, sehingga terpaksa ibu Nunung memilih bekerja di luar negeri,” dia menekankan.
(BACA: Indonesia protes pemenggalan kepala pekerja migran Siti Zaenab di Arab Saudi)
Ke Kabar ini dimuat, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir belum bisa dihubungi, ia masih berada di Kuala Lumpur, Malaysia untuk menghadiri KTT ASEAN. —Rappler.com