• November 27, 2024

Turut berduka cita kepada keluarga Iti Rasti, jemaah haji yang meninggal dunia akibat terjatuhnya crane

BANDUNG, Indonesia – Rumah di Desa Cibogo, Lembang, Bandung Barat dipenuhi pelayat yang ingin menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Iti Rasti Darmini, WNI yang meninggal dunia dalam peristiwa tersebut. derek menimpa jamaah haji yang beribadah di Masjidil Haram Mekkah pada hari Jumat, 11 September 2015.

Di antara yang berkabung adalah Arbani Sodiq, anak kedua Iti. Pria berusia 31 tahun itu tampak tegar menerima ucapan belasungkawa dari para tamu yang datang, meski matanya terlihat sembab.

TIDAK ada firasat atau tanda apa pun mengenai kematian ibu. “Baru pada malam sebelum keberangkatan kami sekeluarga berkumpul dan saling memaafkan,” kata Arbani kepada wartawan, Sabtu, 12 September 2015.

Arbani menerima kabar kematian ibunya dari Kelompok Bimbingan Haji Toyiba. Ia kemudian menelepon ayahnya, Duskarno bin Dasta Kartamiharja (65) untuk mengonfirmasi kabar tersebut. Orang tuanya berangkat ke tanah suci pada 30 Agustus 2015.

“Ayah sudah memastikan kalau ibu sudah tidak ada lagi. Alhamdulillah bapak selamat dan sehat, ujarnya.

Saat kejadian, kata Arbani, ayahnya sedang berada di hotel usai menunaikan salat Jumat. Sementara itu, ibunya dan rombongan ibu-ibu lainnya sedang berada di Masjidil Haram menunaikan salat Asar dan menunggu waktu salat Maghrib tiba, hingga terjadilah badai pasir dan hujan es yang menyebabkan derek menjatuhkan

Arbani menuturkan, ibunya sangat senang dan bersemangat bisa berangkat haji tahun ini setelah menunggu selama 5 tahun. Ia juga mendengar ibunya khawatir tidak berangkat karena masalah visa yang muncul di awal keberangkatan haji.

“Tetapi ibu berangkat sesuai jadwal,” katanya.

Selain Arbani, Iti mempunyai dua orang anak lagi, yakni si sulung Wiwi Widiani (35) dan si bungsu Iman Nugraha (25). Iti menjalani kesehariannya sebagai ibu rumah tangga. Suaminya, Duskarno, adalah pensiunan PNS.

“Ibu ini rajin ke masjid dan aktif dalam berbagai pengajian,” kata Iman.

Iman tahu betul betapa besar harapan ibunya untuk bisa menunaikan rukun Islam yang kelima.

“Ibu rutin salat agar bisa berangkat haji. Doanya juga panjang. “Saat saya berangkat, ibu saya lebih semangat dibandingkan ayah saya,” kata Iman.

Ketika dia pergi, kata Iman, ibunya menasihati dia dan saudara-saudaranya untuk rukun dan saling menjaga. Ia berjanji akan menjalankan amanah ibunya.

Iman mengaku ikhlas atas meninggalnya ibunya. Menurutnya, kejadian ini sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Ia berdoa agar ibunya ada di sana dengan bahagia di alam.

“Ini adalah bencana. Siapa yang ingin kejadian ini terjadi. Karena memang begitulah adanya. Jika itu ibu TIDAK pergi haji, mungkin (mati) di sini. Namun ketika saya berangkat haji, ibu saya sangat senang. Mungkin ibu juga senang dia meninggal di sana. “Sekarang saatnya ibu bersenang-senang di (alam) di sana,” kata Iman dengan mata berkaca-kaca.

Meski ikhlas, Iman masih punya satu penyesalan.

“Sebagai seorang anak, banyak dosa yang tidak bisa kamu lakukan berbahagialah ibu,” katanya jujur.

Dia meninggal karena penyakit jantung dan tidak tertimpa burung bangau

Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Kabupaten Bandung Barat (KBB) mendatangi rumah Iti untuk menginformasikan dan mengonfirmasi meninggalnya ibu tiga anak tersebut kepada pihak keluarga.

“Kami ingin informasikan dan konfirmasi kepada pihak keluarga. Apakah benar identitas korban cocok?” ujar Ketua Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Kanwil KBB Kemenag Rahmat Hidayat saat mendatangi rumah korban, Sabtu.

“Karena simpang siur informasinya, ada yang bilang namanya Siti, ada pula yang bilang Ati. Namun yang benar adalah Iti Rasti Darmini dari KBIH Toyiba dengan nomor urut 353 Grup 8 Tim 32 porsi 1000411806 dan nomor paspor B0716645.

“Ini berita sedih, jadi kamu harus berhati-hati saat menyebarkannya.”

Kementerian Agama, kata Rahmat, akan membantu keluarga dalam pengurusan pembayaran asuransi. Namun saat ini pihaknya masih berkoordinasi dengan pihak terkait terkait pengurusan jenazah tersebut di Arab Saudi. Berdasarkan informasi yang diterima Rahmat, jenazah Iti akan dimakamkan di Syaraya.

“Hubungannya pengelolaan jenazah langsung oleh pemerintah di sana jadi tidak dikelola di sini. Jenazah tidak bisa dikembalikan ke tanah air. Minta keikhlasan pihak keluarga,” kata Rahmat.

Sementara itu, KBB Kemenag membenarkan Iti meninggal dunia diduga karena penyakit jantung, bukan karena tertindih derek itu jatuh

“Menurut informasi ketua rombongan Pak Haji Ishak, Jumat kemarin, setelah salat Jumat ibu-ibu pulang ke rumah, melaksanakan Sa’i dan Thawaf ibu-ibu. Setelah 5 jam terjadi badai pasir dan hujan deras,” kata Staf PHU KBB Kemenag Ahmad Fikri Firdaus kepada wartawan.

“Nyonya. Iti dan 6 ibu lainnya panik saat derek tersebut terjatuh. Ibu Iti pingsan dan dibawa ke rumah sakit oleh ibu lainnya. Nyonya. Jadi Iti tidak kena derek kasusnya, tidak seberdarah di foto.”

Pihak keluarga membenarkan Iti mengidap penyakit jantung.

“Iya, ibu saya diketahui mengidap penyakit jantung saat dilakukan pemeriksaan kesehatan saat hendak berangkat haji, namun tidak ada riwayat dirawat atau masuk ICU karena penyakit jantung. “Sejauh ini ibu sehat,” kata Iman.— Rappler.com

BACA JUGA:

link sbobet