Untuk mengatasi kemiskinan, jujurlah
- keren989
- 0
Di bawah garis kemiskinan nasional Indonesia yaitu sekitar $0,70 per hari, hanya sekitar 28 juta orang yang dianggap miskin. Namun sekitar 100 juta orang hidup dengan pendapatan kurang dari $2 per hari.
JAKARTA, Indonesia – Jika pemerintahan Presiden terpilih Joko “Jokowi” Widodo ingin mengentaskan kemiskinan secara efektif, maka pemerintah harus jujur, kata direktur Wahid Institute, Yenny Wahid.
“Harus dimulai dari kejujuran, baik dari segi angka kemiskinan maupun ukuran angka kemiskinan apa yang akan digunakan,” kata Yenny, mantan jurnalis dan aktivis sekaligus putri mendiang Presiden Abdurrahman “Gus Dur” Wahid. Dia berbicara di forum Bank Dunia tentang kemiskinan dan kesenjangan pada hari Selasa, 24 September.
28 juta
Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional Indonesia sebesar $0,70/hari
100 juta
Perkiraan jumlah penduduk Indonesia yang hidup dengan pendapatan kurang dari $2 per hari
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan 11,3% penduduk, atau lebih dari 28 juta penduduk Indonesia, hidup di bawah garis kemiskinan resmi, yang ditentukan berdasarkan a. perhitungan yang rumit dari jumlah minimum yang diperlukan untuk membeli sekitar seratus jenis makanan dan non-makanan yang dianggap perlu oleh para pejabat.
Berdasarkan perhitungan ini, BPS menghitung sebagai orang miskin mereka yang hidup di bawah Rp250.000 ($20,9) per bulan (rata-rata nasional, bervariasi menurut kota), atau kurang dari $0,70 per hari. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan garis kemiskinan sebesar $1,25 yang digunakan oleh organisasi internasional seperti Bank Pembangunan Asia, yang sudah dikritik karena terlalu rendah oleh mereka yang berpendapat bahwa $2 harus digunakan sebagai dasar.
Di bawah garis $2 per hari, diperkirakan sekitar 100 juta penduduk Indonesia akan dianggap miskin.
Itu Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah lama menganjurkan revisi cara penentuan garis kemiskinan. Bahkan Gubernur DKI Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama sebaliknya, ibu kota akan memiliki tingkat kemiskinan yang jauh lebih tinggi yaitu 30-40% di bawah tingkat realistis Rp2,4 juta per bulan, dibandingkan dengan tingkat kemiskinan sebesar 3,72% berdasarkan garis kemiskinan Rp343.000 per bulan.
Memperlambat pengentasan kemiskinan
Selama bertahun-tahun, Indonesia telah mengumumkan tingkat pengentasan kemiskinan yang mengesankan. Pada bulan Agustus, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) mengumumkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia turun sebesar 4,25 juta jiwa dari 32,53 juta jiwa pada tahun 2009 menjadi 28,28 juta jiwa pada tahun 2014. Angka ini juga menunjukkan penurunan yang sangat besar dari 24% pada tahun 1999. menjadi 11,3% tahun ini.
Namun menurut Bank Dunia, di balik angka-angka tersebut, tingkat pengentasan kemiskinan di Indonesia telah melambat dalam dua tahun terakhir menjadi hanya 0,7% pada tahun ini – penurunan terkecil dalam satu dekade terakhir.
Pada saat yang sama, ketimpangan terus meningkat. Koefisien Gini Indonesia – ukuran ketimpangan – meningkat menjadi 0,41 pada tahun 2013 dari 0,30 pada tahun 2000.
Selain itu, sekitar 68 juta penduduk Indonesia memiliki pendapatan yang hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan resmi, yang berarti mereka dapat dengan mudah jatuh ke bawah garis kemiskinan jika krisis terjadi.
“Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan akan menjadi tantangan paling penting bagi pemerintahan baru Indonesia,” kata Rodrigo A. Chaves, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia.
Bagaimana cara mengurangi kemiskinan?
Chaves mengatakan penerapan kebijakan publik yang baik secara efektif oleh pemerintah pusat dan daerah, serta kemitraan dengan sektor swasta dan masyarakat sipil, akan mendorong Indonesia mencapai kemajuan signifikan dalam mengurangi kemiskinan dan kesenjangan.
Akses terhadap listrik dan air bersih juga akan membantu masyarakat miskin meningkatkan kualitas hidup mereka karena kebutuhan dasar akan memungkinkan mereka untuk bekerja dan menjadi produktif, kata Yenni dalam forum tersebut.
Selain itu, “ICT (infrastruktur) akan sangat bermanfaat bagi perempuan karena memungkinkan mereka bekerja dari rumah,” kata Betti Alisjahbana, pendiri perusahaan layanan ICT dan pengembangan kepemimpinan QB International.
Wakil Presiden terpilih Jusuf Kalla mengatakan pemerintahan mendatang bersama Presiden terpilih Joko Widodo akan meningkatkan produktivitas untuk mengurangi kemiskinan dan kesenjangan serta memperbaiki infrastruktur seperti jalan untuk meningkatkan mobilitas masyarakat dan mempercepat transportasi barang.
“Petani miskin bukan karena lahannya sempit, tapi karena tidak bisa mendapatkan benih yang berkualitas, tidak mendapat cukup air untuk irigasi, atau tidak bisa mendapatkan pupuk tepat waktu, sedangkan nelayan yang berperahu besar menjual hasil pertaniannya. menangkap karena tidak mempunyai cold storage,” kata Kalla dalam sambutan penutupnya.
Tapi pertama-tama, seperti kata Yenny, Indonesia harus jujur soal kemiskinannya. – Rappler.com