• September 21, 2024
Usai penangkapan, kelompok Tom Iljas mengaku mendapat intimidasi

Usai penangkapan, kelompok Tom Iljas mengaku mendapat intimidasi

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

‘Polanya sama, pada masa Orde Baru teror dilakukan dengan cara bertanya kepada tetangga apa kegiatannya, pekerjaan apa, berapa lama tinggal di sini, bagaimana kabarnya.’

JAKARTA, Indonesia – Yulia Evina Bhara, salah satu rombongan haji Tom Iljas, mengalami intimidasi tidak langsung dari oknum yang mengaku dari Badan Intelijen Negara (BIN).

Yuli, Senin, 19 Oktober, mengatakan, intimidasi tidak hanya dialami dirinya, tapi juga orang-orang yang diyakini membantu Tom menemukan makam ayahnya di kompleks pemakaman massal tragedi pembantaian massal 1965 di Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

“Setelah penangkapan pada 13 Oktober, kami mendapat informasi bahwa kepala desa mengunjungi rumah salah satu kelompok, dan dia memberi tahu keluarga di rumah tersebut bahwa inisial OP melakukan tindakan yang membahayakan negara,” kata Yuli kepada Rappler. , Senin 19 Oktober.

OP adalah anggota keluarga Tom Iljas.

“Kemudian pada tanggal 15 Oktober kami mendapat kabar ada yang mengaku dari BIN dan tentara datang ke rombongan dari Jakarta. “Mereka menanyakan kegiatan dan kegiatan apa yang dilakukan,” kata Yuli.

“Tanggal 16 Oktober kami mendapat kabar bahwa kelompok di Padang kembali diintimidasi dan harus datang ke Koramil (Komando Distrik Militer) dan diancam jika tetap melanjutkan aktivitas akan dipersulit,” ujarnya.

Yuli sendiri mengaku merasa gerak-geriknya diawasi, karena sejumlah tetangganya ditanyai mengenai aktivitas yang dilakukannya.

Polanya sama, pada masa Orde Baru teror dilakukan dengan bertanya kepada tetangga apa kegiatannya, pekerjaan apa, berapa lama tinggal di sini, bagaimana kabarnya. “Gali banyak informasi,” ujarnya.

“Mereka juga bilang dari BIN dan tentara. Apa ini kalau bukan intimidasi?” kata Yuli.

Dia secara pribadi merasa tidak nyaman setelah kejadian itu. “Kami juga yakin sedang diawasi, mungkin sekarang kami selalu diikuti dalam aktivitas dan pergerakan kami,” ujarnya.

Tom Iljas, 77 tahun, WNI yang tinggal di Swedia, berniat salat di makam ayahnya yang menjadi korban pembunuhan massal tragedi 1965 di Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Sebaliknya, ia ditangkap polisi dan imigrasi dengan tuduhan membuat dokumentasi yang dianggap membahayakan keamanan negara.

Ketika dia ingin pergi haji, dia bersamanya Yulia, AI (81 tahun), AK (36), AM (41) dan OP (35) yang merupakan bagian dari keluarga Tom berangkat ke Salido, Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dalam rangka ziarah ke Tanah Air. kuburan keluarga.

Namun sesampainya di tempat yang tidak diizinkan oleh pemilik tanah dan kepala desa, Tom dan rombongan pun dicegat oleh Polsek Pesisir Selatan lalu diinterogasi dan dideportasi ke tanah air. —Rappler.com

BACA JUGA:

Result Hongkong Hari Ini