Wakil Menteri Luar Negeri AS mengunjungi pengungsi Rohingya di Aceh
- keren989
- 0
Wakil Menteri Luar Negeri AS Anne Richard mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Aceh yang telah membantu para manusia perahu selama mereka ditampung di Aceh, dan memuji langkah pemerintah Indonesia yang memberikan kesempatan kepada mereka.
KUALA CANGKOI, Indonesia – Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Bidang Kependudukan, Pengungsi dan Migrasi Anne Richard pada Selasa mengunjungi warga etnis Rohingya yang tinggal di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Kuala Cangkoi, Kecamatan Lapang, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, dihosting. , 2 Juni.
Dalam kunjungan yang didampingi Duta Besar AS untuk Indonesia Robert Blake, perwakilan Kementerian Luar Negeri Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud dan Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf, Anne bertemu dengan sejumlah pengungsi perempuan etnis Rohingya dan perwakilan warga Aceh. nelayan.
Di tempat ini terdapat 33 pengungsi Muslim Rohingya yang terdiri dari 107 laki-laki, 36 perempuan, dan 189 anak-anak. Mereka terdampar pada 10 Mei di perairan Seneuddon, Aceh Utara bersama 247 warga Bangladesh. Pencari kerja asal Bangladesh saat ini ditampung di bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe di Desa Punteut.
(BACA: Di Sudut Kamp Pengungsi Rohingya)
Dalam perbincangan dengan pengungsi perempuan Rohingya, Anne menanyakan alasan mereka meninggalkan wilayahnya di Rakhine, Myanmar. Ia juga menanyakan bagaimana keadaan selama berbulan-bulan pelayaran laut dan harapan para muslimah yang terusir dari negaranya.
Perempuan Rohingya, Syamsyidar (30 tahun), menjawab pertanyaan Wakil Menteri Luar Negeri AS, mengaku terpaksa meninggalkan wilayahnya di Myanmar akibat kekejaman yang dilakukan aparat keamanan pemerintah terhadap warga minoritas yang dilakukan di sana.
Syamsyidar mengaku ingin ke Malaysia karena suaminya sedang berada di Negeri Jiran. Namun dalam perjalanannya di laut, mereka ditinggalkan oleh nakhoda kapal dan akhirnya terdampar di perairan Aceh.
“Selama di laut, kami hanya mendapat sedikit makanan dan minuman, hanya dua kali sehari. Kita semua terkena dampaknya. “Pria dan wanita semuanya dipukuli saat berada di kapal,” katanya kepada wakil menteri luar negeri AS yang diterjemahkan oleh penerjemah dari badan pengungsi PBB (UNHCR).
Syamsyidar yang pernyataannya juga dibenarkan oleh rekan-rekannya mengatakan, mereka sangat senang berada di Aceh karena masyarakat di sini suka membantu dan ramah. Selama hampir tiga minggu berada di Aceh, kondisi mereka membaik dan makanan tersedia berlimpah.
Dalam siaran persnya, Anne mengaku sangat prihatin dengan pengalaman yang dialami perempuan Rohingya selama berbulan-bulan melaut.
“Mereka mempunyai pengalaman yang sangat mengkhawatirkan. Mereka juga mengalami penyiksaan. Mereka melihat orang mati dan mayat dibuang ke laut,” kata Anne.
Ia pun mengaku prihatin dengan kondisi manusia perahu yang diyakini masih berada di tengah laut. Namun Anne mengaku belum mengetahui secara pasti berapa jumlah manusia perahu yang masih terapung di laut.
“Militer AS telah mendapat izin dari otoritas Malaysia dan Thailand agar pesawat AS terbang untuk melakukan operasi pencarian dan penyelamatan. Operasi ini juga dilakukan oleh negara-negara kawasan, kata Anne.
Anne juga mengatakan, setelah krisis manusia perahu muncul, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengajukan permintaan bantuan keuangan sebesar 26 juta dolar AS kepada pemerintah AS untuk mengatasi masalah ini.
“Pada tanggal 29 Mei, pemerintah AS berjanji untuk menyediakan US$3 juta untuk menanggapi permintaan ini. “Ini merupakan dana tambahan dari US$109 juta yang diberikan AS dalam beberapa tahun terakhir untuk membantu pengungsi Rohingya di Myanmar dan negara-negara sekitarnya,” kata Anne.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Aceh yang telah membantu para manusia perahu selama mereka ditempatkan di Aceh. Beliau juga memuji langkah yang diambil oleh pemerintah Aceh dan pemerintah Indonesia yang memberikan mereka kesempatan untuk tetap tinggal sambil menunggu solusi komprehensif terhadap krisis ini.
(BACA: Ditolak TNI Angkatan Laut, Pengungsi Rohingya Dibantu Nelayan Aceh)
“Saya juga sangat berterima kasih kepada para nelayan yang berperan sangat penting dalam menyelamatkan manusia perahu. “Lagipula, mereka sudah berbulan-bulan berada di laut,” ujarnya.
Usai mengunjungi pengungsi Rohingya di Aceh Utara, Anne dan rombongan akan berangkat ke Jakarta menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk membahas penanganan krisis manusia perahu. –Rappler.com