• October 7, 2024
Warga Aceh menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk menyelamatkan manusia perahu

Warga Aceh menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk menyelamatkan manusia perahu

Para pengunjuk rasa ingin pengungsi Rohingya diselamatkan, dengan mengatakan bahwa saat terjadi tsunami banyak orang dari berbagai negara datang membantu tanpa memandang ras, etnis, dan agama.

BANDA ACEH, Indonesia – Sekitar 100 warga Aceh melakukan aksi unjuk rasa di Banda Aceh pada Selasa, 19 Mei 2015, menuntut pemerintah Indonesia segera menyelamatkan ribuan migran Rohingya dan Bangladesh yang diyakini masih berada di laut.

Demonstrasi tersebut diprakarsai oleh Aliansi Masyarakat Aceh Peduli Rohingya, gabungan beberapa komunitas kemanusiaan di Aceh. Dalam penampilan mereka, mereka berteriak: “Hidup Aceh!”, “Hidup Rohingya!” sambil membentangkan sejumlah spanduk yang mengecam pemerintah Myanmar.

Koordinator Aksi Darlis Aziz menyatakan pihaknya tergerak untuk berkampanye dan menggalang dana untuk membantu migran Muslim etnis Rohingya dan Bangladesh yang terdampar di Aceh sejak Minggu lalu.

“Kami menyerukan kepada pemerintah Indonesia, PBB, dan OKI untuk segera menyelamatkan masyarakat Rohingya dan Bangladesh yang masih terapung di laut,” ujarnya.

“Ketika negara lain menolak kehadiran mereka, Aceh menerimanya dengan lapang dada. Hal ini membuktikan bahwa Aceh merupakan bangsa yang peduli terhadap kemanusiaan. Konon mereka adalah umat Islam yang merupakan saudara kita.”

Darlis juga mendesak pemerintah Indonesia, Malaysia, dan Thailand membuka mata untuk menyelamatkan manusia perahu dari ambang kematian karena berbulan-bulan berada di laut dengan persediaan makanan dan minuman yang sangat sedikit.

“Bayangkan jika kita atau keluarga kita ada di posisi mereka. Sekaranglah waktunya untuk membuktikan bahwa kita memiliki kemanusiaan. “Yang menyelamatkan kami adalah manusia, bukan hewan,” teriaknya.

Ketua OSIS Universitas Syiah Kuala, Muhammad Hamzah dalam sambutannya mengajak semua pihak untuk membantu para migran yang diselamatkan oleh nelayan Aceh.

Kembalikan bantuan tsunami

Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, sebanyak 1.346 manusia perahu berhasil diselamatkan di Aceh pada pekan lalu. Mereka ditampung di Kuala Cangkoi, Kecamatan Lapang, Kabupaten Aceh Utara, bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe, dan Kuala Langsa, Kota Langsa.

“Saat tsunami melanda Aceh, semua bangsa dari seluruh dunia datang membantu kami tanpa memandang ras, suku, dan agama. “Sekarang saatnya kita terpanggil untuk menunjukkan rasa kemanusiaan dengan membantu etnis Rohingya yang terusir dari negaranya,” kata Hamzah.

Iqbal, aktivis mahasiswa Universitas Muhammadiyah Aceh, meminta pemerintah Aceh terus membantu warga Muslim Rohingya dan Bangladesh yang saat ini ditampung di Aceh Utara dan Kota Langsa.

“Orang-orang Rohingya adalah saudara kami. Untuk itu kami menghimbau kepada pemerintah Aceh untuk menyediakan tempat bagi mereka, karena sifat masyarakat Aceh sangat menghargai tamu. “Mereka adalah sesama tamu Muslim kita,” katanya.

“Kalau perlu dijadikan warga Aceh. Jangan kirim mereka kembali ke negaranya di Myanmar, karena mereka akan dibantai di sana.”

Bantuan terus mengalir

Sementara bantuan untuk migran yang bermukim di Aceh Utara dan Kuala Langsa terus mengalir. Berbagai komunitas juga telah mengumpulkan bantuan untuk mereka. Bentuk bantuannya berupa uang, makanan, dan pakaian.

Koordinator Aliansi Masyarakat Aceh Peduli Rohingya, Basri Effendi mengatakan, beberapa komunitas kemanusiaan di Aceh telah mendirikan posko di Banda Aceh sejak Senin, 18 Mei 2015. Posko tersebut bertujuan untuk mengumpulkan bantuan dari warga Aceh untuk disalurkan kepada pengungsi Rohingya dan Bangladesh yang ditampung di Aceh Utara dan Langsa.

“Sejauh ini sudah banyak bantuan pangan seperti beras, roti, dan mie instan yang merupakan sumbangan warga. Ada juga warga yang menyumbangkan uang. “Kami sudah membuka rekening khusus,” ujarnya seraya menambahkan bantuan akan disalurkan pada Sabtu, 23 Mei.

Aliansi Masyarakat Aceh Peduli Rohingya, tambah Basri, akan melakukan advokasi terhadap migran Rohingya yang diusir dari Myanmar karena tidak diakui kewarganegaraannya. Dalam waktu dekat, konferensi internasional tentang Rohingya akan diadakan di Aceh.

“Kami juga menyerukan kepada negara-negara ASEAN dan PBB untuk memberikan tekanan pada Myanmar agar mengakui Muslim Rohingya sebagai warga negara di negara tersebut.” — Rappler.com

demo slot pragmatic